Bismillah
Koreksi typo
Happy reading
Jihan menghela napas panjang dan berjalan cepat kearah suaminya. Jihan mengambil arlogi di atas nakas lalu memakaikannya di pergelangan tangan Dimas. Kemudian beralih membantu Dimas mengancingkan kemejanya.
" Mas ubah dong kebiasaan tidur lagi habis subuhan biar gak telat terus berangkat kerjanya." Jihan mulai mengoceh panjang lebar.
" Maaf sayang." cicit Dimas mencium sebelah pipi istrinya.
Jihan mendelik sebal, " Buruan Mas, udah telat banget nih." keluh Jihan karena Dimas masih berlama-lama memakai jasnya.
" Sudah."
Jihan mengambil tas kerja Dimas dan membawa bersamanya turun ke bawah sementara Dimas mengikutinya di belakang.
Jihan tengah menyiapkan kotak bekal untuk Dimas. Dirasa semuanya telah lengkap Jihan segera membawa kotak bekal tersebut pada Dimas yang sudah berada di depan rumah sedang memanasi mobilnya.
" Ini Mas bekalnya." Jihan memberikan kotak bekal tersebut pada Dimas yang langsung diterima oleh Dimas.
" Makasih sayang." ucap Dimas kemudian mengecup singkat kening Jihan setelah berpamitan pada sang istri.
" Mas berangkat duluan. Oh iya, maaf yah nanti Mas gak bisa jemput. Kamu di jemput sama Mang Nanang aja yah."
Jihan mengangguk lalu menyalimi tangan Dimas.
" Iyah, enggak papa biar nanti di jemput sama Mang Nanang aja Mas."
Dimas segera masuk ke dalam mobil dan melajukannya keluar dari perkarangan rumah.
" Mas berangkat, assalamu'alaikum. "
" Wa'alaikumussalam, hati-hati di jalan Mas. Jangan ngebut."
Jihan melambaikan tangannya, setelah mobil yang dikendarai oleh Dimas menghilang barulah Jihan kembali masuk ke dalam rumah dan bersiap untuk berangkat kerja.
***
Setelah meeting berakhir Dimas langsung keluar dari ruang meeting menuju ruangannya. Hal itu menarik perhatian para staf, karyawan dan peserta meeting lain karena tidak biasanya melihat Dimas yang langsung keluar begitu saja dari ruang meeting.
Dimas dan sekretarisnya berjalan cepat menuju lift untuk kembali ruangannya. Namun sebelum menggapai pintu lift panggilan dibelakang menghentikan langkah Dimas.
" Dimas Purnama Nugraha!"
Langkah Dimas terhenti dan dia berbalik ke belakang. Dimas memberi isyarat pada Syifa sekretarisnya agar pergi lebih dulu.
Eyang yang di bantu oleh Sadewa yang mendorong kursi rodanya melangkah mendekati Dimas yang masih berada di tempatnya. Di sisi samping Eyang ada seorang wanita yang terlihat tidak asing bagi Dimas.
" Dimas apa pernah eyang mengajari kamu untuk mengabaikan panggilan dari orang tua?"
" Maaf eyang."
Eyang mengangguk." Sudahlah, ayo ke ruangan eyang, eyang ingin bicara."
Dimas melihat wanita yang berada di sisi Eyang, yang tersenyum manis padanya begitu tatapan mereka bertemu.
" Halo Dimas. "sapa wanita itu tersenyum ramah. Dimas hanya mengangguk saja membalas sapaannya.
Eyang memberi isyarat pada sadewa agar kembali mendorong kursi roda yang di dudukinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PULANG [SELESAI]
RomanceRomansa Yuk dibaca dulu. Siapa tau jadi suka. Jika berkenan bisa follow akunnya. ***** Dalam kehidupan ada banyak ujian dan rintangan yang akan kita hadapi kelak. Satu ujian terlewati maka akan datang ujian dan rintangan lainnya yang mungkin lebi...