Ketika sudah memilih untuk menyerah, artinya tidak ada tempat untuk menempatkan penyesalan.
Pulang
Nrfitri
Bismillah
Koreksi typo
***
Jihan menyibak tirai gorden, membuka lebar jendelanya. Matahari bersinar terang hari ini. Jihan berbalik berjalan menuju Dimas yang tampak kesusahan memasang dasinya.
"Biar aku aja Mas."
Jihan langsung merebut dasi di tangan Dimas tanpa menunggu persetujuan suaminya. Dimas masih betah berlama-lama mendiami dan menghindarinya. Keterdiaman Dimas membuat Jihan tidak tahan, Dimas boleh marah dan merasa kecewa padanya tapi jangan dengan menghindarinya seperti ini.
"Jangan sungkan buat minta tolong sama orang lain kalau emang kamu butuh, Mas. Gak semua pekerjaan bisa kamu selesaiin sendiri."
Tangan Jihan sibuk memasangkan dasi di leher Dimas, sesekali Jihan menatap tepat pada mata Dimas yang langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain saat mata mereka bertubrukan.
"Pasang dasi aja masih keribetan, gimana bisa kamu ngurus keperluan yang lain sendiri, Mas? Sekarang semua keperluan kamu masih aku yang urus, aku gak tahu gimana nanti cara kamu ngurus diri kamu sendiri kalau aku gak ada." ujar Jihan selesai memasangkan dasinya.
Jihan berjalan ke arah meja rias mengambil jam tangan Dimas yang terletak di sana. Jihan kembali, memakaikan jam tangan tersebut di pergelangan tangan Dimas.
"Sebelum berangkat kerja, Mas jangan sampai kelupaan buat sarapan dulu. Perut kamu harus diisi dulu biar gak gak mumet kerjanya karena kelaperan."
"Jangan sering-sering begadang malam-malam, istirahat yang cukup. Kerjaan kamu gak harus selesai di hari itu juga, masih ada besoknya lagi."
Jihan terus berbicara hal yang tidak di mengerti oleh Dimas. Tidak ada yang aneh dengan setiap perlakuan Jihan tetapi setiap kalimat yang keluar dari bibir Jihan terdengar ambigu di telinga Dimas. Jihan berbicara seolah-olah nanti mereka tidak akan bertemu lagi.
Jihan memakaikan Dimas jas kerjanya. Lalu menarik Dimas agar duduk di depannya, Jihan mengambil sisir. Menyisirkan rambut Dimas agar rapi.
"Kebiasaan kamu suka diemin orang juga pelan-pelan di hilangin, Mas. Aku aja gak tahan kamu diemin terus, gimana sama yang lain? Hm." sindir Jihan lalu terkekeh kecil.
Jihan meraih tangan Dimas, menatap Dimas lekat. Jihan tersenyum menepuk pundak Dimas pelan.
"Nah, sudah selesai. Ayo Mas, cepetan. Nanti kamu telat, hari ini ada meeting, kan?"
Jihan beranjak bangun namun Dimas menahan tangan Jihan yang akan pergi. Jihan berbalik menatap Dimas.
Dimas mendudukkan Jihan lagi di tepi ranjang, menatap mata Jihan dalam mencari sesuatu yang mengusik dirinya di sana.
"Ada apa Mas? Kamu bisa telat loh. Oh iya, jangan lupa nanti malem acara pertemuan keluarga dengan orang tuanya Clara. Aku bakal dateng, jadi Mas juga harus dateng!"
"Kamu mau ke mana?"
Jihan tersenyum mendengar Dimas akhirnya berbicara padanya."Mas udah gak marah lagi sama aku?" tanya Jihan balik.
Jihan menubruk dada bidang Dimas. Memeluk Dimas.
"Kamu marah sama aku, gak mau ngomong juga sama hindarin aku terus. Aku takut Mas." lirih Jihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PULANG [SELESAI]
RomanceRomansa Yuk dibaca dulu. Siapa tau jadi suka. Jika berkenan bisa follow akunnya. ***** Dalam kehidupan ada banyak ujian dan rintangan yang akan kita hadapi kelak. Satu ujian terlewati maka akan datang ujian dan rintangan lainnya yang mungkin lebi...