29. Laki-laki Atau Perempuan?

3.4K 195 2
                                    

Bismillah

Koreksi typo

Selamat membaca

***


Sejak kepulangan Jihan dengan perlahan kondisi Dimas mulai berangsur membaik. Semuanya berkat Jihan. Sakit itu memang membutuhkan penawarnya di saat obat tak lagi berefek bisa jadi kehadiran orang terkasih lah yang menjadi penguat.

Dimas mendongak menatap Jihan tangannya melingkari pinggang Jihan meski terhalang oleh perut besarnya. Tangan Jihan menahan wajah Dimas agar tetap diam, lalu mengambil pisau cukur untuk mencukur bulu-bulu halus yang tumbuh lebat di sekitar rahang Dimas.

"Diem dulu ih."

Dimas terkekeh pelan melihat raut kesal istrinya. Membuat Jihan kesal adalah hal yang paling di sukainya. Mendapati tatatap tajam dari Jihan membuat Dimas manut, dia tidak lagi banyak bergerak membiarkan Jihan melakukan apa yang ingin dilakukannya.

Jihan tampak telaten memegang pisau cukurnya, dengan perlahan dan hati-hati dia berhasil mencukur habis bulu-bulu halus itu di wajah Dimas. Kini wajah Dimas sudah nampak tampan seperti sebelumnya dan bersih dari janggut dan brewoknya. Jihan mengambil handuk kecil yang sudah di basuh dengan air hangat untuk mengelap wajah Dimas setelahnya berganti dengan handuk kering.

"Suami aku udah ganteng lagi." kekeh Jihan menepuk pipi Dimas.

Dimas memejamkan matanya saat Jihan mengelus wajahnya perlahan. Kembali terbuka saat di rasa Jihan menarik tangannya.

Jihan menggenggam surai Dimas yang memanjang, "Rambut kamu udah panjang banget Mas. Aku potongin yah." pinta Jihan.

Dimas menatap Jihan tidak yakin, senyuman di wajah Jihan semakin membuatnya tidak yakin. Dimas merasa deja vu.

"Emang bisa?"

"Bisa dong."

"Boleh yah."

"Enggak deh, nanti Mas ke salon aja."

Jihan cemberut dengan pipi yang di gembungkan. "Aku bisa loh Mas pangkas rambut, gratis nih." Jihan nampak tidak menyerah. Tapi tetap saja Dimas menggelengkan kepalanya.

"Rambut Adzan aku yang potongin loh Mas."

"Masa?"

"Iyah, gak percaya banget sih."

Dimas tertawa kecil dia melihat ke arah Adzan yang sedang bermain mobil-mobilannya di gazebo. Saat ini mereka sedang berada di halaman belakang rumah.

"Iya kan Adzan sayang." seru Jihan sedikit kencang agar Adzan dapat mendengarnya.

Adzan mengangkat wajahnya melihat ke arah Jihan dan Dimas lalu menganggukkan kepalanya meski tidak tahu apapun.

"Iyah Bunda." balas Adzan lalu kembali asyik dengan mainannya.

Jihan tersenyum senang lalu menaik-turunkan alisnya menatap Dimas. Dimas tertawa lagi sambil menggeleng.

"Boooooo. Mas nggak asik."

Namun Jihan tidak peduli akan penolakan Dimas, dia turun dari pangkuan Dimas lalu mengambil gunting dan berdiri di belakang Dimas. Dimas mendongakkan kepalanya agar dapat melihat Jihan yang merunduk memasangkan handuk melingkari lehernya.

"Sayang."

"Hasilnya gak akan mengecewakan Mas, percaya deh."

Jihan terkekeh lalu merunduk mencium kening Dimas. Dimas memegangi tangan Jihan tapi Jihan melepaskannya. Jihan menahan kepala Dimas agar tetap menatap lurus ke depan tanpa melakukan pergerakan. Terdengar suara gunting dan Dimas pasrah akan Jihan yang sekarang telah memotongi surainya.

PULANG [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang