03. Karyawisata

1.7K 183 1
                                    

Bismillah.

Selamat membaca :)

Tandai typo dan jangan lupa klik pojok kirinya. Gratis kok.

***

Anak - anak tampak antusias begitu mereka sampai di dunia safari. Jihan beserta para guru lainnya mengatur agar murid - murid mereka agar berbaris rapi sesuai kelompok sebelum masuk ke dalam arena dunia safari.

" Siapa yang mau ketemu sama Uncle Bear?" tanya Laras. Semua murid perempuan kompak mengacungkan tangannya.

" Putli mau bu gulu."

" Lea juga bu gulu."

" Leo juga mau!!" teriak Leo yang merupakan kembaran Lea.

Melihat antusiasme murid - murid membuat para guru begitu senang. Mereka jadi tidak sabar untuk mengenalkan murid mereka tentang dunia safari.

" Wah ... kalian semangat sekali yah. Ayo kita masuk." Kata guru Dewi yang sudah memegang karcis masuk.

" Ayo anak - anak kita masuk, pegang tangan teman lainnya jangan di lepas yah. Ingat temannya masing - masing yaa ... "

" Baik bu guru."

Para guru begitu antusias menjelaskan dan mengenalkan berbagai jenis hewan yang terdapat di dunia safari. Berbagai pertanyaan ingin tahu pun terlontar dan mereka tampak begitu antusias mendengarkan jawaban yang guru mereka berikan.

" Bu guru ada Monkey." seru Leo melihat Orang utan bergelantungan di pohon.

" Itu bukan Monkey Leo, itu Orang utan." Jelas Jihan. Leo mengerutkan keningnya melihat lebih jelas lalu menggelengkan kepala.

" Enggak bu guru itu Monkey bukan Orang utan." kata Leo kekeuh.

" Monkey itu ekornya panjang, coba Leo liat baik-baik ekornya panjang gak? "tanya Jihan.

Leo menggeleng," Enggak bu guru. Berarti itu Orang utan yah bu guru? " Jihan mengangguk.

" Iya. Ekor Monkey lebih panjang dari Orang utan, terus lengan Orang utan lebih panjang karena suka gelantungan di pohon. Orang utan juga bisa jalan pakai kakinya, kalau Monkey pake tangan sama kakinya. " imbuh Laras menjelaskan. " Nah sampai disini udah paham apa perbedaan antara Orang utan sama Monkey?" tanya Laras kemudian.

Semua mengangguk," Udah bu guru. " jawab mereka kompak.

" Bagus ... Sekarang ayo kita ke tempat Uncle Bear. " Ajak Jihan yang langsung di sambut gembira oleh murid - muridnya.

Sesampainya di kandang Beruang, anak - anak tampak bersemangat melihat Beruang yang tengah tertidur. Mereka terus berceloteh bertanya ini dan itu.

***

Para orang tua sudah menunggu kepulangan anak - anak mereka. Mobil bus yang mengangkut para guru dan murid Paud Mentari tiba di depan halaman sekolah. Para orang tua langsung mendekati mobil bus begitu mobil tersebut berhenti dan para guru menurunkan murid mereka dengan hati - hati dan tertib.
Anak - anak tampak kelelahan sehabis menjalani aktivitas yang menyenangkan. Mereka langsung berlari kepelukan orang tuanya, menceritakan hal - hal menyenangkan yang telah mereka lalui.

Jihan hanya memandang sendu penampakan di hadapannya, kerinduannya akan kehadiran sosok kecil dalam keluarganya memang sudah tak terbendung lagi. Namun, untuk saat ini Jihan hanya bisa bersabar dan terus berdoa kepada sang Pencipta.

" Jihan kamu pulangnya di jemput sama suamimu, kan?" tanya Laras membuyarkan lamunan Jihan.

Jihan menoleh kemudian mengangguk. " Iya Mbak, aku di jemput kok. " jawab Jihan.

" Oke deh ... Kalau gitu aku duluan ya."

" Iya Mbak.. Hati - hati yah. Mbak Laras."

Laras mengacungkan jempolnya, kemudian masuk ke dalam mobil. Jihan melambaikan tangannya ketika Laras membunyikan klakson mobil pertanda pamit.

Jihan memutuskan untuk menunggu Dimas di  halte bus tidak jauh dari sekolah Paud Mentari. Hanya ada beberapa orang di halte bus, Jihan duduk di bangku yang kosong. Tak berapa lama bus pun tiba dan orang - orang masuk kedalam bus, kini tinggal Jihan seorang diri disana.

Lama Jihan menunggu namun Dimas tak kunjung datang, mungkin suaminya sedang sibuk di kantor. Pikir Jihan.

Dering ponsel membuat Jihan tersentak, dia buru - buru merogoh tasnya mencari keberadaan ponsel pintarnya. Jihan langsung menggeser tombol hijau begitu melihat suaminya lah yang menelepon.

" Assalamu'alaikum, sayang." sapa Dimas diseberang.

" Wa'alaikumussalam Mas. Mas udah dimana?" balas Jihan.

Bangku yang di duduki Jihan berbunyi derit pertanda ada seseorang yang mendudukinya. Jihan menoleh kesamping melihat siapa yang duduk, seorang laki - laki berhoodie dengan kacamata hitam. Jihan langsung memalingkan wajahnya ketika laki - laki itu melihat ke arahnya.

Menyeramkan, itu kesan pertama Jihan ketika melihat sosok laki - laki itu. Jihan jadi takut sendiri terlebih hanya ada mereka berdua disana.

" Ini Mas udah di jalan kok jalanannya agak macet, sabar ya sayang sebentar lagi Mas sampai." kata Dimas, Jihan mengangguk meski Dimas tidak dapat melihat anggukannya.

" Iya Mas. Mas hati - hati di jalan jangan ngebut Mas." peringat Jihan.

Terdengar suara tawa di seberang,
" Iya sayang.. Yaudah Mas tutup dulu, Assalamu'alaikum, istriku." Pamit Dimas.

"Iya Mas ... Wa'alaikumussalam hati - hati Mas." Jihan menutup panggilannya dan kembali menyimpan ponselnya di dalam tas.

Jihan mendengar suara dehaman dari orang di sampingnya tetapi Jihan tidak menoleh melihat, matanya menatap lurus kedepan sembari mengucapkan istighfar banyak - banyak dalam hati guna menghilangkan kegelisahannya.

" Ekhm."

Kali ini suara dehemannya lebih keras membuat Jihan semakin takut seiring bangku yang mereka duduki kembali berbunyi derit, laki - laki yang tadinya duduk berselang tiga bangku kini menggeser duduknya lebih dekat dengan Jihan.

" Em ... Mbak, sa—"

Tinn ... Tinnnn.

Jihan menghela napas lega, Dimas— suaminya tiba tepat waktu.

Jihan beranjak bangun, berdiri,
" Maaf, saya permisi." Jihan melewati laki - laki itu segera pergi menuju mobil Dimas yang terparkir di seberang jalan.

Jihan melihat kanan - kiri sebelum menyebrang setelah dirasa aman barulah Jihan menyebrangi jalan.

Sampai di depan mobil Dimas, Jihan  membuka pintu mobil masuk kedalam.

" Maaf ya, Mas jadi buat kamu nunggu lama." Kata Dimas begitu Jihan sudah masuk kedalam mobil dan duduk dengan nyaman.

Jihan mengambil tangan kanan Dimas lalu mencium punggung tangan suaminya. " Enggak papa kok, jalanan jam segini, kan emang suka macet Mas." kata Jihan. Dimas mengusap kepala Jihan yang tertutupi hijab pashmina coklat susu kemudian mencium kening Jihan.

Jihan melihat ke arah halte bus, dimana laki - laki itu masih duduk disana. Meski samar namun Jihan dapat melihat laki - laki itu tersenyum.

" Ayo jalan Mas nanti kita kemalaman sampai rumah."

" Iya sayang ... Pasang dulu seatbeltnya atau mau Mas yang pasangin, hm?" Jihan memberengut suaminya ini selalu saja menggodanya.

" Enggak, aku pasang sendiri." kata Jihan dan langsung memasang seatbelt.

Dimas melajukan mobilnya memutar arah melewati halte bus. Laki - laki itu tersenyum saat mobil Dimas melewatinya dan matanya terus saja menatap kepergian mobil itu sampai menghilang dari penglihatannya.

Laki-laki itu membuka tudung hoodie dan kacamata hitamnya. Memperlihatkan wajahnya yang rupawan.

" Anna ... Anna. " gumamnya lalu beranjak pergi dari halte bus.

PULANG [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang