Epilog (END)

4.3K 187 12
                                    

Bagaimana cara kita menghadapinya menjadikan penentu akan akhirnya nanti.

PULANG

Bismillah

Koreksi typo

Selamat membaca

***

Dimas langsung terbangun dari tidurnya mendengar suara bayi menangis dengan kencang dan dengan mata yang masih terpejam turun dari ranjang menuju box bayi yang berada di samping ranjang.

Setelah menjalani rawat intensif di ruang nicu selama tiga bulan, akhirnya dari dua minggu yang Dimas dan Jihan dapat melepas rindu pada dua buah hatinya juga Adzan yang menyambut gembira kepulangan adik-adik kecilnya. Sejak bayi kembarnya di perbolehkan pulang, suara tawa dan tangis dari dua bayi mungil itu senantiasa bersenandung merdu mengisi keheningan. Rasa penat karena lelah bekerja sepanjang hari seakan sirna begitu saja begitu melihat dua makhluk mungil itu.

"Dua-duanya nangis ya, satunya biar sama Mas aja sayang." kata Dimas dengan suara seraknya, mengangkat tubuh salah satu bayi kembarnya dan mendekapnya.

"Iya nih Mas. Lagi rewel yah sayang biasanya tidurnya anteng."

Dimas menepuk pantat bayinya pelan, membawanya ke ranjang dan bersandar di kepala ranjang.

"Cup, cup, cup... Afsheen sayangnya Ayah.

"Itu Ashaar Mas." kekeh Jihan ikut mendudukkan diri di tepi ranjang.

Dimas membuka sedikit matanya merunduk menatap bayi mungil di dadanya.

"Oh iya, ini Ashaar."

Jihan tertawa kecil karenanya.

Lama-kelamaan tidak lagi terdengar suara tangis dari kedua bayi itu. Jihan akan kembali membaringkan si kecil Afsheen ke dalam box bayinya tapi putrinya kembali menangis. Jihan kembali menenangkan putri kecilnya sampai akhirnya berhenti menangis.

Dimas dan Jihan tidak hentinya bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah kepada mereka. Kehadiran tiga orang anak dalam rumah mereka sungguh adalah hal yang paling membahagiakan. Memiliki Jihan sebagai istrinya dengan dua putra dan satu orang putri, Dimas merasa menjadi suami dan ayah yang paling bahagia di dunia.

Jihan menatap wajah Dimas, suaminya sudah tertidur lagi dengan Ashaar di dekapannya. Jihan tertawa kecil melihat Ashaar yang tidur persis seperti ayahnya. Jihan merunduk menatap putri kecilnya, baik Ashaar ataupun Afsheen sama-sama mewarisi rupa Dimas.

Ashaar adalah versi Dimas di masa kecil dan Afsheen adalah Dimas versi perempuan.

Jihan cemberut masih tidak terima karena anak-anaknya tak ada satupun yang mewarisi dirinya. Hanya bola mata Afsheen yang berwarna sama dengannya.

"Gemes banget sih nak."

"Sehat-sehat yah anak-anaknya Bunda."

Jihan mencium gemas pipi Afsheen yang semakin berisi. Si kecil Afsheen tampak mengerutkan wajahnya dan seperti akan kembali menangis karena tidurnya terusik. Dan benar saja tidak lama kemudian putrinya kembali menangis.

PULANG [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang