Freya masih menatap Andra dengan kesal. Ia mengamati semua gerak-geriknya dengan sinis, namun Andra sepertinya tak terlalu peduli. Ia acuh saja dan fokus mengoreksi skripsi Freya.
"Prak!" Andra melemparkan jilidan berkas skripsi Freya ke atas meja sambil melihat wajahnya.
"Kenapa ngeliatin gitu?" balasnya songong.
Freya masih melihatnya dengan tatapan sinis, kesal, namun jika dilihat malah membuatnya terlihat imut. Ia pun mengambil skripsinya, lantas membukanya. Namun, betapa terkejutnya ia saat melihat lembaran skripsinya penuh coretan berwarna merah.
"What? Ini apa-apaan? Lo dendam ya sama gue? Kenapa semuanya merah sih?" Keluhnya kesal.
"Itu tandanya masih banyak yang harus diperbaiki. Lagian ya, kamu itu Mahasiswi Sastra Inggris, udah mau lulus, Grammar nya masih salah semua. Pemilihan katanya juga monoton dan marginnya semuanya berantakan. Makanya, jangan salah kalau semuanya banyak coretan. Saya paling anti sama bahasa dan penulisan yang tidak benar."
Freya beristighfar dalam hati. Baginya, cowok di depannya ini senewen dan sangsi nya melebihi cewek. Entah kenapa tiba-tiba ia merindukan Mr. Tobias. Masih lebih baik Mr. Tobias dengan segala amarahnya daripada si cowok senewen, Sosiopat dan super nyebelin ini.
Tanpa mengucapkan apapun, Freya bergegas berdiri hendak melangkah pergi.
"Eh, jangan lupa revisinya hari Kamis."
"Hah? Lusa dong?"
Andra mengangguk dengan senyuman yang menurut Freya menyebalkan.
"Pendahuluannya aja kan?"
"No. All of."
"What? Lo pikir gue mesin tik apa bisa nyelesain lembaran setebel ini dalam waktu dua hari?"
"Terserah kamu saja. Saya hanya membantu kamu buat cepat selesai."
"Ya tapi nggak gitu juga dong woy!"
"Ssttt... Saya tidak menerima protes. Dan satu lagi, saya di sini sebagai dosen kamu jadi kita seharusnya menerapkan etika Dosen dan Mahsiswa."
Freya hanya bisa melotot kesal. Tanpa banyak kata lagi, ia pun segera meninggalkan ruangan dosen itu.
###
Freya masih kesal walau ia sudah sampai di depan gedung fakultasnya. Dalam hatinya masih saja menggerutu, apalagi jika melihat skripsinya yang penuh tinta merah.
"Ya Tuhan... Salah apa sih gue sampe ketemu orang kayak dia. Ya Allah... Ngeselin banget sumpah. Udah perebut kamar gue, nggak mau ngalah, Sosiopat, super nyebelin, mana sekarang jadi dosen pembimbing skripsi gue lagi. Ih... Kesel gue. Kenapa?"
Ia tak sadar telah melontarkan suara yang cukup keras hingga membuat semua orang yang ada di sekitarnya meliriknya dengan tatapan aneh.
"Drrrt... Drrrt..."
Ponselnya berbunyi. Ia melihat nama Lizzy di layar.
"Halo. Fey. Gimana? Udah selesai urusan Lo sama Mr. Tobias?" Tanya Lizzy begitu telepon diangkat.
"Huaaa... Lizzy..." Kini ia merengek, membuat orang-orang di sekitarnya mulai menggunjingnya. Tapi ia tak peduli. Ia masih terus saja berbicara.
"Dosen gue Sosiopat!" Lanjutnya.
"Hah, Mr. Tobias ternyata selama ini Sosiopat?"
"Bukan. Bukan Mr. Tobias."
"Lha terus? Bentar-bentar gue video call ya."
Beberapa saat kemudian panggilan video call masuk. Freya langsung mengangkatnya.
"Dosen Baru," jawab Freya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kosan In Love [END]
RomanceApa jadinya kalo harus hidup satu kos sama cowok yang nyebelin? Freya yang terpaksa harus balik ke kos untuk menyelesaikan tugas akhirnya ternyata harus berbagi kosan dengan anak pemilik kos yang super nyebelin. Dia berulang kali harus menahan emosi...