5. Hari Penuh Rasa

4.2K 448 6
                                    

1 minggu kemudian.

Freya berbaring malas di atas kasurnya. Tiap kali ia mendengar suara motor ataupun mobil berhenti dekat kosannya, ia akan buru-buru membuka tirai jendelanya dan melihat siapa yang datang. Namun, berulang kali ia melakukan hal yang sama, berulang kali juga ia hanya akan berakhir dengan mendengus kesal.

"Hih... gue nggak nyangka bakal jadi kayak orang bodoh gini. Nungguin dosen udah kayak nungguin pacar pulang aja!" gerutunya sambiul mengacak-acak rambutnya sendiri.

"Lagian ya, seenggaknya tuh kasih info kapan bisa bimbingan atau sekadar kasih info nggak bisa hari ini gitu loh. Huh, tau gini kemarin gue nggak perlu kebut-kebutan kayak bangun candi. Udah diselesain tepat waktu, malah ditinggal pergi tanpa kabar. Seminggu full lagi," omelnya kemudian menendang-nendang dan memukul-mukul bantalnya melampiaskan kekesalannya.

Sudah satu minggu sejak hari kamis, Andra tidak tau pergi kemana. Freya bahkan sempat mengirim pesan lewat nomor yang didapatnya dari bagian informasi menanyakan kapan kiranya ia bisa melanjutkan bimbingan skripsinya, tapi jangankan dibalas, dibaca pun tidak. Lebih mengesalkannya lagi, Andra benar-benar tidak bisa ditemui walau mereka hanya berhalang dinding.
Kedatangannya pun tak pernah bisa diprediksi. Pernah malam-malam saat Freya membeli nasi goreng saat ia kembali pintu gerbang telah terkunci. Ia harus memanjat pagar untuk bisa masuk ke dalam. Namun, betapa mendidih darahnya saat dilihatnya ternyata Andra telah ada di kos dan tidur di sofa. Esok harinya, saat ia hendak memberikan skripsinya Andra bahkan sudah pergi, tak tau kemana. Freya benar-benar uring-uringan dibuatnya. Terlebih Andra juga tak meninggalkan pesan kapan ia bisa ditemui.

"Ah, apa sih yang bisa gue harepin dari Dosen sosiopat super nyebelin? Dasar nyebelin!" serunya sambil melempar boneka Piggy-nya. Lemparannya begitu keras hingga membuat foto di atas mejanya jatuh. Freya buru-buru mengambil pigura foto berisiskan gambarnya dan seorang kesayangannya lalu memeriksa apakah pigura itu pecah.

"Ah, untung aja nggak pecah," ungkapnya lega.

Ia kemudian menatap lamat fotonya bersama seorang wanita dengan senyuman teduh di sampingnya. Tangannya membelai wajah di foto itu dengan halus. Matanya kemudian beralih pada kalender kecil yang terletak di samping pigura itu. Ada tanda lingkaran pada tanggal 28 Februari.

"Hhh... waktunya sebentar lagi," ujarnya. Ia kembali menatap foto di bingkai itu dengan tatapan sendu.

###

Pukul 21.00. Freya tengah duduk di ruang tamu saat mendengar suara pintu gerbang berderat. Ia segera mengintip dari jendela dan buru-buru mengambil lembar skripsinya.

"Kali ini nggak boleh lolos," ujarnya dengan tatapan mata penuh dendam.
Ceklek. Andra membuka pintu utama. Freya segera menyodorkan lembaran skripsinya tepat di depan muka Andra. Andra mengangkat sebelah alisnya tanda bingung.

"Skripsi gue yang udah lu gantungin seminggu lebih tanpa kepastian," ujarnya cepat tanpa bernapas.

"Lu gila ya. Gue baru pulang. Nggak bisa ntar apa?" tanyanya sewot.

"Nggak. Kalo nggak bakal lu anggurin lagi sebulan."

Andra menatap Freya kesal. Ia mengambil lembaran skripsi itu dengan kasar.

"Ya udah. Lusa kita bahas," ujar Andra sambil berjalan menuju kamarnya.

"Lusa? Nggak bisa besok apa?" balas Freya kaget.

"Lu kira gue nggak ada kerjaan? Lagian, gue juga butuh waktu buat meriksa skripsi lo."

"Ta... Tapi.."

"Lo pilih lusa atau mundur lagi?" tantang Andra.

Freya terlihat kesal dengan pertanyaan Andra yang seolah tak memberi pilihan.

Kosan In Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang