Epilogue

5.9K 340 7
                                    

"Freya, cepetan. Lo hampir terlambat. Tamu udah nunggu, penghulunya udah datang," seru Lizzy saat Freya masih sibuk mencari sepatu-nya.

Hari ini adalah hari pernikahan Freya. Setahun setelah ungkapan cinta di rumah sakit, mereka pun memutuskan untuk menikah. Dan hari inilah hari bersejarah itu. Mereka akan mengikat janji untuk setia sehidup semati sampai ajal menjemput.

"Iya, tunggu bentar."

"Ya ampun. Lo tuh ya, kebiasaan. Kok bisa lupa sih narohnya," ujar Evelyn yang masih sibuk mencari.

"Ketemu," ujar Sonya. Ia buru-buru menunduk dan memakaikannya di kaki Freya.

Mereka pun mengiringi Freya menuju ke tempat ijab Kabul.

Andra telah menunggu di sana. Ia mengenakan setelan jas hitam yang membuat tubuhnya terlihat proporsional lengkap dengan peci hitam di tasnya. Pada lehernya dikalungkan rangkaian bunga melati panjang melingkar hingga perutnya. Ia terlihat begitu menawan dengan raut mukanya yang tegas.

"Bagaimana? Sudah bisa dimulai?" tanya penghulu. Andra pun mengangguk. Wajahnya sedikit gugup.

"Saudara Andromeda Lewis bin Lewis Bahtiar, saya nikahkan engkau dengan Freya Sastadina Bin Rahadi Utomo dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan emas 10 gram dibayar tunai."

"Saya terima nikahnya Freya Sastadina Binti Rahadi utomo dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan mas 10 gram dibayar tunai," ujar Andra mantap.

"Bagaimana saksi. Sah?"

"Sah..." jawab semua orang yang hadir.

Penghulu pun membacakan doa yang diamini oleh pengantin dan hadirin dengan khidmat.

Freya mencium tanga Andra sebagai symbol bakti dan hormat kepada suami, dan Andra mencium kening Freya sebagai symbol ketulusan cintanya. Kini, mereka telah sah sebagai pasangan suami istri. Bukan sebagai musuh, ataupun mahasiswi dan dosen lagi.

###

"Aduh, ini kita mau kemana sih?" tanya Andra yang terlihat penasaran karena Freya terus menutup matanya dengan tangan.

"Udah diem aja, bentar lagi sampai," balas Freya.

Langkah mereka berhenti. Freya menarik telapak tangannya dari mata Andra. Mata Andra terbuka.

"Ta-daa..." Freya berteriak memberi kejutan.

Andra melihat bangunan di depannya dengan takjub. Rumah yang mewah dengan cat berwarna cokelat, berdiri dengan kokoh. Ia melihat sekeliling. Lokasinya sama dengan kosan yang telah terjual setengah tahun lalu, tapi bangunan di depannya begitu berbeda.

"Suka nggak?" tanya Freya.

"I.. ini bukannya kosan abu? Tapi bukannya udah kejual?" tanya Andra heran.

"Emang iya. Yang beli papa," ujarnya tersenyum.

"Ya ampun... tapi jadi sebagus ini?" Andra tak percaya.

"Iya dong. Gue minta sama papa buat beli kos-kosan ini, buat hadiah pernikahan kita. Papa terus punya ide buat renovasi jadi rumah. Gue setuju aja. Lagian, kos ini juga punya kenangan banyak. Sayang kalo dibuka jadi kosan lagi, ntar kenangannya bercampur sama punya orang," candanya.

"Lagian, gue tau kok kalo kos-kosan ini tuh berarti banget buat lo. Masa kecil lo di habisin di sini. Gue mikir sayang aja kalo di jual gitu aja," Freya menjelaskan. " Lagian ini juga tempat pertama kali kita ketemu," tambahnya.

Andra memeluk Freya erat.

"Makasih ya, udah jadi orang yang paling pengertian buat gue," ucapnya.

Freya membalas pelukan Andra erat. Ia tersenyum tenang.

"Mau coba lihat ke dalem nggak. Kata papa, dia beli kasur baru," Freya menggoda. Ia tersenyum jail.

Ia pun menggendong Freya tanpa aba-aba, membuatnya memekik terkejut, namun juga senang.

"Hmm... kayaknya patut dicoba," balas Andra.

Freya hanya tersenyum tersipu.

Mereka pun segera masuk ke dalam kos yang kini menjadi rumah tempat tinggal mereka.

-TAMAT-

Kosan In Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang