Sinar matahari masuk saat Freya membuka korden jendelanya. Sambil menggosokkan mengeringkan rambutnya ia pun berjalan ke kamar Andra untuk mengambil hp dan beberapa pakaian.
Freya membuka kamar Andra yang sebenarnya adalah kamarnya. Ia menatap sekeliling. Tak banyak berubah, hanya lebih berantakan dan tidak terawat. Ia mengambil baju-baju yang tergeletak di lantai dan membereskan beberapa dokumen yang berantakan. Lalu mulai mengambil beberapa helai baju di dalam almari dan memasukkannya ke dalam tas jinjing berwarna biru gelap
Ia kemudian mengambil ponsel Andra di atas meja samping ranjang. Ketika hendak memasukkannya, layar ponsel itu menyala. Pemberitahuan pesan masuk. Sekilas, Freya dapat melihat begitu banyak pesan masuk dan panggilan tak terjawab dengan nama kontak yang sama: Zian. Freya mengernyitkan dahinya, ia tidak tau kalau Andra ternyata punya orang yang super perhatian kepadanya.
Freya memasukkan ponsel Andra ke dalam tas kecilnya agar mudah di ambil saat diberikan nanti. Ia pun segera mengemasi barang-barang yang akan dibawa ke rumah sakit dan bergegas keluar kos.
Baru saja sampai di depan indekos, ponsel Andra berbunyi. Sebuah panggilan masuk dari Zian. Namun Freya tak mau mengangkatnya. Ia pikir, ia tak punya hak untuk menjawab panggilan yang ditujukan kepada Andra.
Namun ternyata tak semudah itu. Sejak naik taksi dari depan kos, ponsel Andra tak berhenti berbunyi. Berulang kali dimatikan, berulang kali juga telepon itu berbunyi. Freya sampai malu ketika diingatkan oleh beberapa pasien dan perawat di rumah sakit. Karena geram, ia kahirnya menjawab panggilan itu sambil berjalan menuju ruangan Andra.
"Halo. Ya ampun Ndra, akhirnya lo angkat juga," suara lelaki berbicara di telepon.
"Lo dari mana aja sih? Seenggaknya, lo buka, baca syukur-syukur bales pesan gue dong. Udah ditelepon nggak diangkat, di-reject mulu. Buat apa sih punya hp bagus kalo nggak ada gunanya?" Lelaki itu berbicara panjang lebar dengan suara cukup nyaring sehingga Freya harus sedikit menjauhkan ponsel Andra dari telinganya.
"Halo Andra. Lo dengerin gue nggak sih?" tanyanya saat mendengar tak ada balasan.
"Halo Pak, mas, om, kak, mas atau temennya yang punya hp ini, tolong tenang ya. yang punya hp lagi nggak bisa jawab panggilan."
"Hah, kenapa? Ada apa? Lo siapa lagi? Andra dimana?"
Freya memutar bola matanya tanda malas. Ia bingung harus menjawab pertanyaan yang mana.
"Anggap saja saya temannya Andra."
"Hah, Andra punya temen cewek?" Zian menyela.Freya mendengus malas kemudian melanjutkan perkataanya: "Anggap saja begitu. Pokoknya, saya sekarang sedang menemani Andra di rumah sakit."
"Hah, Andra di rumah sakit?" serunya kaget.
Freya telah sampai di ruangan tempat Andra dirawat. Ia pun segera memberikan ponsel itu kepada Andra
"Silakan bicara sama yang punya hp ya."
"Siapa?" tanya Andra setengah berbisik.
"Nggak tau bapak, om, kakak atau saudara lo. Yang penting namanya Zian," jawab Freya.
Andra pun segera mengambil ponsel itu dari tangan Freya.
"Halo," sapanya memulai pembicaraan.
"Ya ampun... ini lagi anak satu. Kok bisa sih lu masuk rumah sakit hah? Lu pasti kemarin nggak ngebaca pesan gue kan? Apa kurang gue kirim lo pesan sampe seratus lebih?" ujar Zian gemas.
Andra hanya menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar omelan sahabatnya. Sudah ia duga Zian pasti akan cerewet ketika tau dia masuk rumah sakit.
"Udah lo nggak usah kuatir. Lu urus aja urusan lo di sana," balas Andra malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kosan In Love [END]
RomanceApa jadinya kalo harus hidup satu kos sama cowok yang nyebelin? Freya yang terpaksa harus balik ke kos untuk menyelesaikan tugas akhirnya ternyata harus berbagi kosan dengan anak pemilik kos yang super nyebelin. Dia berulang kali harus menahan emosi...