26. Bukan Perihal Bisnis

2.4K 258 5
                                    

Hari yang ditinggu-tunggu pun tiba. Freya mengenakan toganya dengan bangga. Wajahnya tak berhenti tersenyum sejak pagi. Ini adalah hari bersejarah dalam hidupnya.

Bagi Freya, hari ini adalah hari terpenting sekaligus hari paling membahagiakan dalam hidupnya. Ia bisa memenuhi keinginan mamanya untuk menjadi lulusan sarjana bahasa asing, hari kelulusannya dihadiri papanya, duduk di antara sahabat-sahabatnya, dan maju dengan bangga mengikuti proses pengesahan kelulusan. Tak ada hari yang paling membahagiakan selain hari ini.

"Huu... Ye..." Sorak-sorai terdengar riuh di lapangan. Beberapa mahasiswa berkumpul dengan keluarganya, berpelukan sambil tersenyum. Orang tuanya terlihat menangis haru. Beberapa yang lain berfoto ria bersama keluarga dan sahabatnya.

"Ya ampun, gue masih nggak nyangka bisa lulus dari Univrsitas ini," ujar Evelyn tak percaya.

"Iya. Gue masih inget waktu pertama kali ketemu kalian. Si Lizzy dulu culun banget, pendiam dan kayak nggak bersahabat banget. Eh, nggak taunya otak pinter dan lulus duluan," kenang Sonya.

"Gue juga masih inget waktu pertama ketemu Sonya. Dia pingsan waktu ospek gara-gara abis dapat telepon kalo kucingnya mati," celetuk Lizzy yang disertai dengan tawa renyah mereka semua.

"Girls. Kita harus abadiin momen ini. Supaya waktu tua nanti, bisa jadi cerita buat anak cucu bahkan cicik kita," usul Evelyn.

Ia pun segera meraih memasang kameranya dan berfoto ria sampai tangannya pegal.

"Ih, selfie mulu. Pengen foto bareng setengah badan. Sayang kan, dandanan gue kalo Cuma difoto di wajah doang," ceriwis Sonya.

"Butuh bantuan ladies?" tanya seseorang dari belakang. Sontak mereka berempat menoleh.

Zian tengah berdiri tersenyum dengan Andra yang terlihat ogah-ogahan di sampingnya.

"Ih, cakep banget," bisik Sonya pada Evelyn.

"Zian. Lo kok di sini. Nggak sibuk lo?" celetuk Freya.

"Fey, lo kenal. Kenapa nggak kenalin ke kita-kita," ujar Sonya lirih.

"Gue mau nemanin Andra. Katanya mau nemuin lo," celetuknya yang langsung mendapatkan cubitan dari Andra.

"Ngarang lo," balasnya sewot.

"O, iya. Kenalin, ini temen-temen gue. Ini Sonya, dan ini Evelyn."

"Hai," ujar mereka berbarengan.

"Dan ini Andra dosen pembimbing gue, di sampingnya itu Zian, temannya Andra," Freya gentian mengenalkan Zian dan Andra kepada mereka.

"Oh, dosen yang lo bilang ngeselin itu?" celetuk Sonya.

"Yang ngerebut kamar lo itu?" tambah Evelyn sontak membuat beberapa mata menoleh ke arah mereka. Andra langsung melotot, sementara Zian hanya cengengesan.

Freya langsung menginjak kaki Evelyn dan menutup mulut Sonya. Lantas tersenyum canggung ke arah mereka berdua.

"Ya udah, sini kameranya, katanya mau foto. Make up kalian udah mulai luntur tuh," uajr Zian.

Mereka pun berfoto berkali-kali dengan gaya bermacam-macam. Pose senyum sambil mengacungkan dua jari, candide, sampai melompat. Dari foto bersama, sendiri sampai berdua, semuanya ada. Semua gaya foto mereka coba hingga memori kamera penuh.

"Bokap lo nggak jadi datang?" tanya Andra saat teman-temannya sedang asyik berfoto dengan Zian, dan Lizzy pergi membeli minuman-karena ia satu-satunya yang memakai baju kasual-di tepi lapangan.

Kosan In Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang