23. Saran Dari Teman

2.3K 281 1
                                    

Kamar minimalis dengan cahaya terang dari jendela menghadap halaman depan itu kini terlihat semakin sempit oleh dua orang lelaki dengan barang yang cukup berantakan. Andra tengah santai membaca buku, sementara Zian duduk santai di kursi samping jendela, memainkan ponselnya. Mereka berdua kini lebih terlihat seperti dua orang pengangguran daripada dosen dan pebisnis.

Hari ini Zian memang sedang tak ada job. Ia akan libur sehari penuh sebelum besok tak bisa beristirahat sama sekali. Kesempatan ini ia gunakan untuk mengunjungi rumah Andra setelah kemarin tak sempat main sebentar karena harus persiapan untuk perjalanan esok harinya.

"Lo tumben libur di hari aktif," ujar Zian setelah bosan memainkan ponselnya.

"Gue emang nggak ada jam di hari jum'at buat semester ini," jawab Andra tanpa berpaling dari bukunya.

"Iya, tapi biasanya lo juga sok sibuk. Minggu kemarin contohnya." Zian mengingat minggu lalu ia mengajak Andra menemaninya perjalanan untuk pergi ke Bandung namun ditolak dengan dalih sedang ada urusan di kampus.

"Oh itu. Iya, gue harus ngurus beberapa berkas. Lo tau kan kalo gue bakalan pindah ke Surabaya dalam waktu deket." Andra memang telah bercerita kepada Zian kalau ia memang akan pindah ke Surabaya dan tentunya alasan serta perihal kos yang akan dijual.

"Yakin lo nggak Cuma alesan doang?" Zian memancing. Namun Andra hanya membalas dengan memutar bola matanya dan kembali melanjutkan membaca bukunya.

Zian kemudian memajukan badannya ke depan.

"Si mahasiswi kesayangan lo gimana kabarnya?" tanya Zian menggoda.

Andra mengangkat alisnya sebelah menatap Zian. "Siapa?" tanyanya.

"Si cewek kecil cerewet yang nolongin lo di ruamh sakit," Zian menanggapi.

Andra mengesah. "Udah selesai skripsinya," balasnya malas.

"Hah, tumben. Standar lo udah turun?" Zian meledek.

Andra melempar Zian dengan bantal di sampingnya. Zian malah terkekeh karena bisa mengganggu fokus Andra.

Ia pun berjalan, lantas mengembalikan bantal itu ke atas kasur Andra. Pandangannya kini tertuju pada pajangan kecil yang terletak di dekat lampu Andra. Zian menunduk mencermati bentuk dari kerajinan tangan itu.

"Ini landak ya?" serunya tertarik. Ia pun segera mengambil kerajinan kerang yang dibentuk seperti landak.

"Gue bingung ya. Orang-orang kok bilang itu landak, padahal Cuma batu hiasan yang disusun dan gue nggak tau bentuknya apa," balas Andra bingung sendiri.

"Lah, kan emang Landak. Ini matanya, telinganya, durinya, kan emang landak," ujarnya menyimpulkan. "Emang ada yang bilang ini landak selain gue?"

"Yang ngasih," ketus Andra.

"Emang siapa yang ngasih," Zian kini penasara.

"Si cewek yang lo sebutin tadi."

Zian kini tersenyum lebar. "Tumben lu mau nyimpen barang beginian," ledeknya yang langsung dapat pukulan bantal dari Andra.

"Eh, tapi beneran ya Ndra, gue perhatiin, sikap lo tuh beda gitu ke Freya," Zian berpendapat. "Selama gue kenal lo, lo tuh nggak pernah deket sama cewek. Lo deket sama gue aja butuh waktu lama. Tapi sama Freya, lo bisa deket dengan waktu Cuma sekitar sebulan. Udah gitu, lo kelihatan percaya dan nurut sama dia. Contohnya aja, waktu ke Psikiater kemarin, lo langsung nurut sama dia. Bahkan sampe nyeritain alasan trauma lo lagi."

"Ya itu karena dia cerewet makanya gue langsung berangkat. Dan masalah cerita itu, biar dia nggak salah paham," balas Andra santai.

"Kalo masalah cerewet, gue juga cerewet tuh. Tapi lo masih sering aja absen. Terus, kalo soal ngejelasin alasan trauma lo, kenapa lo pengen dia ngerti dan nggak salah paham?" pancing Zian. "Kayaknya lo suka deh sama dia," simpul Zian.

Andra hanya menyeringai meremehkan.

"Ngaco lu," umpat Andra.

"Serius. Lo belum nyadar aja kali. Lagian, lo kan nggak pernah pacaran. Pasti belum pernah ngerasain perasaan kayak gini." Zian berusaha mempertahankan argumennya. Andra hanya terkekeh mendengar perkataan Zian. Namun Zian masih belum menyerah. Ia kini menyuruh Andra menutup mata.

"Tutup mata lo. Coba lo bayangin perempuan dalam bayangan lo," suruh Zian.

"Apaan sih?" elak Andra.

"Udah, lakuin aja bro!" perintah Zian sambil berusaha menutup mata Andra dengan telapak tangannya. Andra mengesah malas saat telapak tangan Zian menutupi matanya.

"Udah?" tanya Zian. "Siapa yang lo bayangin?" Zian penasaran.

"Raisa," balas Andra.

"Yah, elu." Celetuk Zian malas sambil menepuk pundak Andra. "Raisa itu emang idaman kaum adam."

Andra hanya terkekeh geli.

"Pokoknya, lo harus coba deh pastiin perasaan lo ke Freya. Gue takutnya lo jatuh cinta, tapi nggak tau apa yang lo rasa."

Andra semakin malas mendengarnya.

"Bentar lagi Freya wisuda. Itu artinya dia bakalan jauh dari lo. Jangan sampai lo terlambat menyadari perasaan lo," Zian menasehati. "Lo lebih baik kasih dia kenang-kenangan gih. Yah, kalo bukan karena rasa suka, seenggaknya terima kasih. Dia juga orang yang udah nyelametin nyawa lo waktu pingsan di kosan kemarin."

Andra hanya diam kali ini. Sebenarnya dia tidak peduli. Tapi Zian ada benarnya, Freya adalah orang yang banyak membantunya.

Kosan In Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang