Andra kini mengendarai mobilnya ke arah kos Abu. Ia kini menatap ragu kotak di bangku mobil bagian belakang. Ia menepuk memukul-mukul kepalanya sendiri sambil mengesah panjang.
"Gue bodoh banget sih, ngapain gue buang-buang uang buat barang nggak jelas gitu," umpatnya pada diri sendiri. Setelah lama berpikir, ia pun akhirnya termakan oleh omongan Zian. Andra pergi ke sebuah toko dan membelikin Freya sebuah hadiah. Suatu hal yang kini membuatnya menyalahkan diri sendiri.
Andra menghentikan mobilnya. Ia kini telah berada di depan kos. Ia kembali ragu-ragu lagi.
"Ah, gue buang aja kali ya," ujarnya. Namun, baru saja ia ingin mengambil biungkisan itu, ia melihat pagar terbuka dan Freya keluar. Gadis itu terlihat berpakaian rapi. Sepertinya ia ingin pergi, batin Andra.
Freya terlihat menunggu sesuatu. Ia melihat ponselnya beberapa kali, sedikit kesal. Ia terus saja melihat arah barat, berlawnan dengan tempat Andra memarkirkan mobil. Freya menoleh ke kiri. Mengerutkan dahi saat melihat mobil Andra yang sedari tadi berhenti. Dengan tatapan heran, Freya pun mendekati mobil itu. Andra sedikit kelabakan waktu Freya mendekat. Namun ia berusaha tetap santai.
Tuk. Tuk. Freya mengetuk kaca jendela. Andra pura-pura santai saat kaca pintu mobil turun.
"Apa?" ujar Andra dingin.
"Ya ampun, ternyata lo. Bikin takut aja lo. Gue kira penguntit, penjahat atau penculik gitu yang mengincar mangsa. Mobil baru ya?"
"Ini mobil udah lama. Hadiah dari tante gue, jarang gue gunain," jelas Andra. Freya hanya manggut-manggut sambil menelisik mobil Andra, memperkirakan harga, mode dan kecepatannya.
"Lagian emang penculik mana yang mau nyulik lo," ledek Andra meremehkan.
"Yang namanya waspada itu keharusan. Lo nggak baca berita? Sekarang lagi marak penculikan tau," balas Freya tak mau kalah. Ia memasang muka kesal sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
Andra hanya menatap Freya penasaran. Gadis ini kenapa begitu rapi, seperti hendak pergi ke suatu tempat. Andra bahkan kini bisa mencium bau parfum Freya yang disemaikan oleh angin. Pemilihan bajunya juga sedikit berbeda dari biasanya. Meski hanya menggunakan kemeja putih bertali dan celana jeans panjang, tapi dandanannya begitu rapi. Seperti ingin bertemu seseorang yang spesial.
"Woy, bengong aja. Lo ngapain di sini?" tanya Freya dengan nada lebih tinggi.
Andra tersadar dari pikirannya.
"Gue...Gue mau ngecek kos. Takut ada yang rusak," balasnya sekenanya. Ia pun melihat sekeliling berpura-pura memeriksa sekitar meski hanya dari dalam mobil.
Freya manggut-manggut.
"Lo sendiri ngapain di luar. Mau pergi lo?" tanya Andra.
"Gue lagi nungguin Lizzy. Mobil gue dibawa sama dia buat lembur kemrin. Katanya dia udah deket, tapi belum nyampe sampai sekarang. Padahal gue harus pergi sekarang, keburu macet," jawabnya menjelaskan.
"Buru-buru banget sih, janjian sama orang spesial ya?" ledek Andra.
"Mmm... bisa dibilang begitu," jawab Freya lugas.
Andra sedikit terkejut dengan jawaban Freya. Padahal ia bercanda, namun jawaban Freya terdengar serius. Entah mengapa, ada rasa kecewa dalam hati Andra yang membuat dadanya menciut. Perasaan yang aneh, tapi tak bisa dijelaskan.
Tring tring tririring... Ponsel Freya berbunyi. Nama Lizzy tertera di alyar.
"Halo Lizzy. Lo dimana? Katanya udah deket?" Freya mengomel.
"Aduh Fey. Sorry banget ya. Gue tiba-tiba harus putar balik. Senior gue minta tolong, gue nggak enak nolaknya."
Freya terlihat kecewa. Tapi ia berusaha memahami keadaan Lizzy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kosan In Love [END]
RomantizmApa jadinya kalo harus hidup satu kos sama cowok yang nyebelin? Freya yang terpaksa harus balik ke kos untuk menyelesaikan tugas akhirnya ternyata harus berbagi kosan dengan anak pemilik kos yang super nyebelin. Dia berulang kali harus menahan emosi...