------- 0.6 Jaemin's Plan

778 121 27
                                    

👤

Jaemin benar-benar tidak bisa percaya Jisung maupun Chenle. Yang ia percaya hanya Jeno dan Renjun. Ia menghela napas. Mungkin ini kah yang menyebabkan persahabatan mereka berakhir dengan kematian? Persahabatan antara tujuh orang yang tidak memercayai satu sama lain. Persahabatan yang hanya ucapan di mulut, dan bukan perlakuan.

Buku usang itu ia bawa kemana-mana dan selalu membacanya. Entahlah, dia malah candu dengan bagian Seven Reincarnation. Selanjutnya dirinya kan? Dia tak akan kalah tanpa perlawanan. Dirinya pasti akan menang.

Sebuah mobil berhenti didekat Jaemin yang sedang menuju sekolah sambil mendekap buku itu. Jendela nya terbuka dan menampakkan wajah yang tidak asing bagi Jaemin. Itu adalah Yangyang dan Hendery. Hey? Mereka berdua saling kenal?

"Jaem! Mau ikut gak?" tanya yang berambut pink. Jaemin terdiam sejenak. Ia memandangi buku usang yang ia bawa. Tak lama kemudian ia mengangguk lalu berjalan dan memasuki mobil berwarna pink itu.

Handery tersenyum dan melakukan mobilnya.

"Itu Jaemin kan? Sama Yangyang? Sama yang katanya tau tentang reinkarnasi?"

Dua orang yang tingginya berbeda cukup siginifikan nampak terdiam melihat kepergian Jaemin dengan kedua orang itu.

👤

"Le, gimana kalo Jaemin pelakunya?" Jisung memulai obrolan begitu ia mendapat pesanannya di meja kantin. Tadi saat bel istirahat, Jaemin malah keluar sekolah dan bertemu dua orang itu. Hendery dan Yangyang. Jisung merasa aneh dengan Yangyang.

"Jaemin? Lah elo kemaren dibonceng siapa gue tanya?"

Sarkasme Chenle membuat Jisung menghela napas.

"Yah kemaren mah gue itu ketemu aja di jalan. Gue juga kan emang mau kerumah lo,"

Yang lebih muda mengelak sambil memakan makanan yang tersaji diatas meja. Chenle pun diam dan menganggukkan kepalanya, memilih percaya pada Jisung.

"Kalo bukan Jaemin gimana?" tanya Chenle tiba tiba. Jisung pun berpikir sejenak. Diotaknya terlintas pikiran aneh yang tiba-tiba menghilangkan semua prasangkanya terhadap Na Jaemin.

"Le, gue kok kepikiran ya. Kepikiran doang nih, baru spekulasi gue," kata Jisung memastikan bahwa Chenle tidak akan yakin sekali dengan spekulasi otaknya yang amburadul, "Gue rasa pelakunya itu bisa aja orang yang udah meninggal yakan? Soalnya, kalo Jaemin, dia gak bakal tega bunuh Jeno sama Renjun. Kalo Mark, dia gak akan tega bunuh Haechan dan sebaliknya, kalo Jeno juga gak bakal tega bunuh Jaemin sama Renjun. Kalo gue mana tega bunuh sahabat seganteng elo dan elo mana mau bunuh gue. Darah aja lo jijik. Kalo Renjun—"

"Gak usah ngomongin orang mati. Nanti dosanya gak nanggung-nanggung loh," sela Chenle. Jisung mendengkus.

"Kalo kayak gitu, berarti kita gak boleh belajar sejarah dong? Kan gak boleh ngomongin orang mati, awowkowk," Jisung tertawa lepas.

"Anjir," respon Chenle.

Namun tawa Jisung berhenti ketika Jaemin duduk didepan mereka sambil tersenyum.

"Kenapa?" tanya lelaki bermarga Na itu. Jisung menggelengkan kepalanya dan lanjut tertawa.

"Gue denger tadi kalian ngomong, siapa pelaku yang memungkinkan?" tanya Jaemin. Jisung dan Chenle bertatapan untuk bertelepati. Setelah beberapa lama dan membuat Jaemin menunggu, mereka pun mengalihkan tatapan mereka pada manusia tampan didepannya.

"Lo sama Yangyang sama Hendery ngapain tadi?" tanya Jisung, dan bukannya menjawab pertanyaan Jaemin. Jaemin pun gelagapan sendiri.

"Ehm... Anu, itu... Gue diajak buat gabung sama mereka nyari pembunuh Haechan," jawab Jaemin akhirnya. Jisung memicingkan matanya dan menyeruput es teh manis miliknya di atas meja, kemudian menggebrak meja yang membuat dua manusia lainnya terkejut.

"Lo gak curiga sama dua manusia ganteng itu?" tanya Jisung.

Jaemin mengerutkan dahinya.

"Lo berdua juga ganteng, awkoawok," jawab Jaemin. Chenle memutar bola matanya sarkas.

"Tapi masih lebih ganteng gue," ucapnya sambil mengibaskan rambutnya yang pendek. Jaemin dan Jisung hanya mengangguk mengiyakan sang tuan muda.

"Back to topic, gue gak curiga," ujar Jaemin yang membuat kedua orang didepannya mengerutkan dahi.

"Kenapa? Kita gak tau asal-usul dua manusia itu dari mana. Dan tiba-tiba dia muncul berhentiin mobil Lee Jeno, terus minta dibawa kerumah Jeno. Terus abis itu Mwork meninggal. Terus dia yang nganterin daging itu, yang lo bedua makan. Terus tiba-tiba dia tau dimana gudang tempat Haechan dibunuh itu dan ngajakin lo kesana tanpa ngabarin kita berdua. Lo masih percaya sama dia?" papar Chenle.

Jisung pun tak menyangka temannya ini memiliki otak yang encer.

"Terus itu dibuku, ada jiwa kedelapan. Lo gak curiga kalo itu Hendery?"

Jisung sekarang bertepuk tangan. Sementara Jaemin terdiam. Dia tersenyum dan mengisyaratkan agar kedua temannya merapat.

"Gue punya rencana buat nangkep pembunuh berkedok si Jiwa ketujuh ini,"

Chenle dan Jisung mengerutkan dahinya entah untuk yang keberapa kalinya.

"Jadi—"





















"Ah... Bersekongkol untuk menangkapku ya? Hahaha,"

👤












Mampus kepo sama rencana Jaemin wkwkwk

30Days Project  SWgroup22

Vote and comment very important!!

Share ke teman kalian yaaaa

How To Die [7 Dreams]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang