P

534 92 0
                                    

👤

Rumah sakit yang sama. Lantai yang sama. Orang yang sedang menunggu yang sama. Perasaan yang sama. Ketakutan yang sama. Semua itu menghantui Park Jisung. Bagaimana jika Chenle tidak selamat?

Beberapa dokter sedang menangani Chenle. Beberapa tusukan didapatkan di tubuhnya yang membuat lelaki itu kehabisan darah. Untungnya stok darah di rumah sakit sedang banyak-banyaknya.

"Jisung!" suara yang familiar membuat Jisung menoleh. Minjung? Kenapa dia kesini? Minjung berhenti tepat didepan Jisung dan terlihat terengah-engah.

"Jish... Ituh... Jihoon..." kata Minjung dengan jed di setiap kata yabg membuat Jisung tak sabar dan mengguncang bahunya.

"Jihoon kenapa?!" tanya Jisung.

"Jihoon... Ilang!! Aeri sama Karina lagi coba nyari," kata Minjung. Jisung melebarkan matanya. Sialan! Kenapa cecunguk itu masih saja mengambil anaknya padahal sudah mengorbankan Chenle?!

Jisung pun segera lari ke mobilnya diikuti Yangyang dan Minjung dibelakangnya. Jihoon harus selamat!

👤

Wow...

Tidak aku sangka, Jisung secepat itu. Kan aku jadi mudah menghabisi Chenle disini. Aku berjalan memasuki ruangan VIP dengan keamanan super ketat. Tapi lihatlah, dengan mudahnya aku masuk ke ruangan rawat inap ini dengan mudah.

Chenle terlihat sangat berwibawa berbaring di tempat tidur itu. Deja vu sekali dengan Mark hahaha... Aku memerhatikan wajahnya yang babak belur dengan sedikit luka gores. Masih tampan kok.

Aku mengitarinya.

"Omong-omong... Aku belum cerita bagaimana kau membunuhku kan? Baiklah baiklah... Aku akan cerita padamu sekarang. Ini persis seperti yang kau dan keluarga De La Vega mu lakukan padaku waktu itu. Sederhana. Kau menculikku dengan wanita yang aku sukai sebagai umpan. Dan kemudian kau menyiksaku. Lalu kau membunuhku saat aku masuk rumah sakit. Bagus sekali kerja mu, Cheres De La Vega," kataku. Ck, sebenarnya aku mau menceritakan cerita menyedihkan ini kepada pembunuhku. Tapi aku harus menceritakannya.

Karena sebentar lagi dia... Meninggal.

"Selamat tinggal, keturunan terakhir keluarga De La Vega!" aku melepaskan infus nya, kemudian melepaskan selang udaranya dan menyekapnya. Mudah bukan?

👤

Jisung masuk kembali kedalam gudang itu. Ia yakin sekali, hanya ini tempat favorit lelaki yang ingin disebut seventh soul itu. Minjung menggenggam erat tangan Yangyang disampingnya sementara Jisung berlari kesana-kemari mencari siapapun yang ada di gudang ini.

"KELUAR LO CECUNGUK SIALAN!!!!!" teriak Jisung dengan suara bassnya. Tak lama kemudian terdengar suara laki-laki dan perempuan tertawa bersamaan. Mereka keluar dari kegelapan dan menampakkan wajah mereka pada Jisung.

Itu Hendery dan Lia.

"Harusnya ini jam jemput Wonjin. Tapi gue malah disuruh nanganin kalian," kata Hendery. Ia menatap Yangyang yang terlihat kesal. Yangyang pindah haluan.

"This baby was so cute! He makes me want to kill him, hahahaha.." ujar Lia. Itu membuat Jisung mengepal kan tangannya. Namun Yangyang menahan tangan Jisung agar tidak terbawa emosi. Hendery itu memang sedikit kalem dan tenang dalam menghadapi musuh. Tapi sekali marah... Ah, tak perlu dibayangkan. Itu sungguh brutal.

Minjung yang menggenggam tangan Yangyang erat membuat Yangyang tak bisa bergerak. Yangyang mendecak dan menatap Minjung dengan tatapan kesal. Namun Minjung membalas tatapan itu dengan tatapan bayinya. Ah... Yangyang jadi tak tega karena itu.

"Balikin Jihoon!" ucap Jisung. Lia tertawa. Ia pun mengangkat Jihoon tinggi-tinggi dan melemparkan nya ke Jisung dengan cepat. Jisung melotot dan berlari untuk menggapai anaknya yang sudah seperti barang. Dilempar dengan kasar dan tidak dipedulikan. Itu membuat darahnya mendidih sekarang. Untung saja ia tepat dan hanya membuat Jihoon terkejut kemudian menangis. Jisung menatap Jihoon dengan tatapan tak tega.

Sialan sekali perempuan itu! Belum tau rasanya jadi ibu. Jisung menyerahkan Jihoon pada Yangyang dan Minjung. Kemudian memanas kan tinjunya.

"Nyerah aja, Park Jisung. Lo gak bakal sanggup lawan kita berdua," kata Hendery. Jisung tersenyum sarkas.

"Lo lupa satu hal," kata Jisung. Ia menyuruh Yangyang dan Minjung mundur. Hendery mengernyitkan dahinya menunggu ucapan Jisung selanjutnya.

"Gue adalah seorang papa. Lo lupa papa-papa Korea adalah orang yang paling tangguh? Ah enggak. Papa-papa seluruh dunia adalah orang yang paling tangguh jika sudah menyangkut soal anaknya," kata Jisung. Ia mengikis jarak antara dirinya dan Hendery.


Jisung  memilin lengan dan pergelangan tangan mereka sebelum melakukan kontak dengan Hendery dan segera melayangkan pukulan jab pada Hendery. Hendery tersungkur karena sakit yang ia rasakan pada pukulan Jisung.

"Boxing ya?" tanya Hendery. Ia berdiri dan melayangkan pukulan uppercut pada Jisung langsung dari bawah. Itu membuat Jisung mengerang kesakitan karena yang kena tepat di dagu Jisung. Jisung mendecak dan segera melayangkan pukulan hook namun segera mendapat balasan dari Hendery. Itu membuat dirinya tersungkur di tanah.

"Udah gue bilang, lo gak bisa ngalahin gue," kata Hendery dan mengangkat kerah baju Jisung. Jisung tersenyum. Waktunya pas!

Braaak!!!

Hendery menatap Jisung yang terlihat menyeringai penuh kemenangan.

"Lo pikir gue bego gak manggil bantuan?" tanya Jisung.

"SHIT!!"

👤




Sebenernya aku gak tau itu bener apa nggak teknik-teknik boxing nya.

Mohon maaf bila ada kesalahan, sekian terima Yuta.

30Days Project  SWgroup22

Vote and comment very important!!

Share ke teman kalian!

How To Die [7 Dreams]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang