Casper mengeluarkan buku-buku dari susunannya satu persatu dengan rapi, memeriksa setiap celah dimana ia mungkin akan menemukan informasi. Ia sudah berada di dalam kamar tersebut sejak sejam yang lalu, tapi belum menemukan apa-apa. Pintu dibuka, seorang pria dengan jaket kulit berwarna hitam masuk,
"Sudah menemukan sesuatu?" tanyanya.
"Belum. Dia orang yang teliti, walau terkadang juga ceroboh." jawab Casper seadanya.
Wanita yang berpakaian hampir sama dengan pria tersebut juga ikut memeriksa, ia keluar dari dapur tanpa membawa apa-apa.
"Semua tertata rapi, bahkan sepertinya ia tidak membawa persediaan pakaian ketika pergi." kata wanita itu.
Casper memandang sebuah pigura di atas kabinet, lalu mengambilnya. Foto seorang gadis dengan rambut brunette yang panjang hampir sepinggang dan mata biru juga alisnya yang tipis namun tegas, duduk di atas rumput dengan sedikit memiringkan kepalanya, adalah temannya sejak berumur delapan tahun. Pintu yang kembali dibuka tiba-tiba mengagetkan mereka bertiga,
"Kita sudah mendapatkan posisinya, ia melakukan transaksi di salah satu restoran di Tel Aviv. Tiga mobil polisi sudah menuju kesana dan aku juga sudah menghubungi kepolisian di Tel aviv untuk mencari mereka."
"Kenapa dia justru pergi ke Tel Aviv? Bukanya di sana justru akan dilakukan pengeboman?" tanya wanita tadi.
"Akan kita cari tahu."
___________________________
Tujuh orang polisi terluka akibat terseret di atas aspal pada kecelakaan semalam. Pelakunya adalah seorang wanita dan pria yang mengendarai mobil Ferrari black metallic dengan nomor kendaraan...
Adam menyeruput kopinya, sambil terus mendengarkan perkembangan berita kecelakaan semalam.
"Lihat keponakan mu itu, Kalzakhof. Benar-benar berani." Seorang pria tiba-tiba datang menepuk pundaknya.
"Tentu."
"Polisi meminta bantuan kita, apa kita harus membantunya?"
"Ya," Adam kembali menyeruput kopinya, "Bantu mereka mengacaukan pencarian. Aku tidak mau Hourani kecilku tertangkap. Suruh Aiden dan Gilbert menyebar informasi palsu di Rehovot, Nazareth dan Haifa. Dan culik dosen bernama Samuel Jacobs itu kemari, aku perlu berunding dengannya."
"Siap! Sepertinya ini akan seru." Pria itu berlalu meninggalkan ruangan arsip yang terletak di bawah tanah.
____________________________________
Setelah mereka berganti pakaian, Leila kembali memeriksa isi tasnya lalu memakai tas yang cukup berat itu, dan menarik tangan Greyson keluar kamar.
"Santai saja, anggap tidak ada hal buruk terjadi." Leila tersenyum lebar.
"Mana mungkin, apalagi dalam keadaan seperti ini."
Mereka memasuki lift, tidak ada orang selain mereka berdua. Leila mengambil sebuah id-card dari dalam sakunya, menyuruh Greyson menempelkan ibu jarinya pada kartu tersebut, cahaya hijau tipis keluar dari pinggirannya, menandakan bahwa id-card palsu tersebut sudah diaktivasi.
Lift berdenting dan pintu terbuka, mereka sudah tiba di basement parkir, lalu berlari menuju mobil. Tidak ada percakapan setelahnya, Leila berusaha fokus menyetir meskipun dengan perasaan was-was, karena statusnya sudah berubah menjadi seorang buronan. Begitu pula Greyson yang sesekali menggigit kukunya, mengacak rambut, atau mengetuk-ngetuk jemarinya di kaca jendela.
Mereka tiba di sebuah stasiun kereta api ruang bawah tanah. Leila mengambil lima buah bola seukuran kelereng berwarna coklat dari saku tasnya, lalu melemparkannya ke dalam mobil setelah mengutak-atik beberapa tombol. Jendela tertutup otomatis dan mobil pun bergerak meninggalkan mereka, tak lama kepulan asap memenuhi bagian dalam mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cryonic
Science Fiction"Kalau dia masih hidup, mungkin umurnya sekitar 74 tahun. Dia meninggal karena penyempitan pembuluh darah setelah selesai berolahraga saat berumur 24 tahun." "Oh ya, siapa nama mayat ini?" "Namanya," Yola membalikkan kertas ke lembaran pertama...