WARNING!
JANGAN MENIRU ADEGAN KEKERASAN DAN KATA-KATA KASAR DALAM BENTUK APAPUN!
________________________________
Leila tersenyum menyeringai, perlahan ia menarik anak panah yang ujungnya sudah ia lumuri dengan obat penenang syaraf dosis tinggi, mengarahkannya ke gerombolan Styx yang sibuk menembak.
"Come to Mama..." satu anak panah dilepaskan. Seorang Styx ambruk ketika anak panah tertancap di atas lututnya. Leila terus memanah dari tempat terbuka yang tersembunyi. Sudah 20 orang Styx yang ia lumpuhkan. Tetapi masih ada sesuatu yang dirasanya meragukan.
"Bukannya Styx selalu berjumlah ganjil? Kalau mereka semua anak buah, berarti pemimpin mereka..." Leila segera bangkit dari tiarapnya di atas gedung yang tidak jauh dari gerombolan. Menajamkan penglihatannya dan menghitung baik-baik jumlah Styx yang sudah diam tak bergerak di bawah sana.
"Aku harus mencari yang lain." Gumamnya. Saat berjalan mundur sambil memeriksa keadaan, ia menabrak sesuatu di punggungnya, dengan cepat Leila berbalik tanpa mempersiapkan anak panahnya, matanya terbelalak kaget,
"Mi-"
BRUUKK!
Tendangan keras mendarat di dagunya hingga ia terpental ke belakang, busur dan anak panahnya terlepas, cairan amis mulai keluar dari sudut bibirnya, dan ia juga dapat merasakan kalau salah satu gigi serinya copot.
"Mencariku, Hourani?" tanya seseorang yang sudah benar-benar dikenalnya.
"Ka-kau! UUUKKHH!" Leila mengerang ketika Michael menendang perutnya berkali-kali.
"Betapa bodohnya dirimu." Kata Michael lagi, kali ini ia sudah tidak lagi menendang secara brutal. Leila dengan sekuat tenaga mencoba bangkit sambil memegangi perutnya dan membiarkan cairan amis keluar dari mulut dan hidungnya.
"Sudah...kuduga. Kau pasti mengetahui keberadaanku karena-"
"Karena aku yang menempelkan pendeteksi jejak sekaligus alat penyadap di ikat rambutmu saat itu."
"Cih!" Leila mengusap darah di hidungnya, "Menyebalkan."
Michael berjalan mendekat, dan ketika ia akan berjongkok Leila melayangkan tinjunya. Tindakan tak terduga itu membuat Michael kaget. Belum sempat ia membalas serangan, Leila sudah kembali menyerang dengan menendang tepat di ulu hatinya, lalu sekali lagi tinjuan di rahang kanan. Berjalan dengan sempoyongan, Leila berusaha mengambil anak panah dan busurnya. Michael tidak tinggal diam, ia mengeluarkan handgun dari sakunya lalu menembak betis kiri Leila tiga kali. Leila ambruk.
"Mau melawan? Kau pikir kau kuat?" tanyanya sambil berusaha berdiri.
Leila menahan erangannya. Benar-benar luar biasa sakit. Peluru yang tertanam di betisnya membuatnya sulit bergerak, darah mulai merembes keluar akibat tiga tembakan tadi. Michael melihat sekeliling, didapatinya benda berbentuk kubus dan segelas jus jeruk, ia lalu mengambil kedua benda tersebut.
"Kau menipu pasukanku dengan benda kubus ini?!" bentaknya. Benda kubus itulah yang memancarkan dua gelombang sehingga membentuk hologram diri Leila dan juga gelombang suara. Untuk orang-orang seperti Styx yang tinggal jauh di dasar permukaan tanah, penglihatan mereka sangat peka terhadap cahaya, itulah mengapa mereka sering menggunakan kacamata hitam karena tidak tahan dengan sinar matahari. Berbeda dengan Michael, ia adalah Styx yang ditugaskan sebagai mata-mata, dan sudah berada di permukaan sejak masih bayi.
"Itu salahmu...punya pasukan...yang bodoh."
Michael menatapnya geram. Ia melempar benda kubus itu tepat mengenai dahi Leila. Leila yang sudah tidak bisa bergerak lagi, merasakan luka baru di dahinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cryonic
Science Fiction"Kalau dia masih hidup, mungkin umurnya sekitar 74 tahun. Dia meninggal karena penyempitan pembuluh darah setelah selesai berolahraga saat berumur 24 tahun." "Oh ya, siapa nama mayat ini?" "Namanya," Yola membalikkan kertas ke lembaran pertama...