Cryonic 1

924 91 39
                                    

"Nama yang bagus," Casper melipat tangannya, "Untuk seorang kakek-kakek."

Proses mengutak-ngatik mayat dimulai. Yola memasang alat sedot di hidung mayat, untuk menyedot sisa-sisa cryonic yang masuk ke paru-paru. Jika mayat tersebut tiba-tiba hidup, pasti dia sudah memberontak atau menjerit kesakitan.

"Bagaimana kita membersihkan cryonic yang sudah menyerap dalam jaringan kulitnya, Profesor?"

"Tidak perlu dibersihkan, masing-masing paket plastic darah yang sesuai dengan golongan darah mereka sebelumnya sudah dikombinasikan dengan anti-gen penghancur zat dalam cairan cryonic. Kalian cukup membersihkan cairan dari dalam paru-parunya. Mengerti?"

"Mengerti, Profesor." jawab mereka serentak.

"Ssstt, Leila." Casper menyikutnya.

"Apa?"

"Bagaimana jika mayat ini justru jadi mutan?"

"Mungkin dia bisa jadi salah satu actor film X-Men. Ah sudahlah. Tenang saja, Casper. Ini kan hanya percobaan."

Cairan kuning yang sedikit kehijauan keluar melalui selang pembuangan. Bayangkan mayat yang disimpan selama puluhan tahun, menyimpan organ-organ penting utuh dan mungkin masih bisa berfungsi-jika dipacu untuk aktif kembali.

"Kalian bisa ambil jarum untuk memasukkan darahnya di lemari kaca. Setelah itu sambungkan dengan plastik berisi darah yang sesuai dengan golongan darah mereka. Transfusi darah ini menggunakan system fluida, jangan ada yang bertanya lagi bagaimana kalian menggunakannya."

Seperlahan mungkin mereka memasukkan jarum tadi ke dalam pembuluh darah mayat melalui pergelangan tangan. Casper mengambil bagian ini. Leila dan Yola hanya memperhatikannya. Semua berjalan dengan lancar, meskipun cukup sulit menusukkan jarum ke dalam daging yang hampir membatu karena beku, dan perlu dorongan agar darah tersebut mau mengalir.

***

Siang hari yang cerah menambah rasa nikmat segelas jus jeruk. Lokasi fakultas kedokteran di Hebrew University of Jerusalem (Universitas Ibrani Yerusalem) memang rindang, pohon-pohon tua nan besar menutupi halaman rumput hijau. Leila masih duduk santai di bawah pohon menikmati jusnya, sesekali memperhatikan mahasiswa-mahasiswa Muslim yang baru selesai sholat, atau mereka yang Kristiani yang baru selesai dari Kebaktian Jumat. Seseorang mendatanginya, dengan setelan kemeja dan rok span, juga high-heels-nya.

"Maaf mengganggu sebentar, aku hanya ingin memberi brosur ini." Katanya seraya memberikan brosur ukuran sedang-brosur perekrutan organisasi.

"Oh, terima kasih. Tetapi aku tidak berminat." tolaknya.

"Tidak apa, ambil saja brosurnya. Siapa tahu adik berubah pikiran." balasnya ramah. Dengan terpaksa ia mengambilnya. Lalu wanita itu pun pergi. Berganti dengan Casper yang mendatanginya, sambil membawa dua porsi hot dog.

"Pasti perekrutan organisasi lagi, kan?" tebaknya begitu sampai, "Ini, kau pasti lapar."

"Terima kasih, Tuan Pemadam Kelaparan." Leila langsung melahapnya.

"Wow! Tapi aku lebih suka jika kau memanggilku Casper. Brosur seperti ini ujung-ujungnya dijadikan kipas alternatif. Apalagi kalau cuaca panas dan listrik mati. Tapi untungnya listrik tidak pernah mati, ya."

***

Pintu kelas baru saja akan ditutup ketika Casper tiba. Leila menatapnya tajam saat ia berjalan menuju bangku paling belakang. Menurut penuturan para senior, dosen mata kuliah Filsafat memang sangat santai, namun saat pengumpulan nilai akhir, semua mahasiswa akan hampir dibuat gila olehnya. Satu kata untuk materi Metafisika hari itu, membosankan.

CryonicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang