Seusai kebaktian mereka menemui Leila yang sedang duduk sendiri di atas bangku yang terbuat dari batu. Yola langsung pamit pulang, tinggallah Greyson dan Leila yang masih bergeming seribu bahasa.
"Leila," Greyson membuka percakapan, "Aku tahu kau marah padaku."
"Tidak, Greyson. Aku hanya memang tidak mau masuk ke dalam." Leila menggulung kecil ujung jaketnya, "Oh ya, seminggu ke depan kita tidak akan bertemu."
"Kenapa? Lalu bagaimana denganku? Nanti aku tidak punya teman bermain."
"Kau ini seperti anak kecil, masih banyak perawat yang lain. Aku di skors selama seminggu."
Greyson memiringkan kepalanya tanda tak mengerti, Leila hanya tersenyum (terpaksa) padanya.
"Hari Rabu aku akan datang menghadiri konferensi. Aku akan berusaha menemuimu."
"Memangnya kenapa? Aku tidak mengerti."
"Sudahlah, anggap saja semalam adalah kecerobohanku, makanya aku diskors. Ayo pulang. Dingin sekali disini."
Mereka kembali ke parkiran, tak lama mobil pun melaju meninggalkan Gereja Makam Kudus.
_________________________________________
Dua hari berlalu, Leila hanya menghabiskan waktunya di dalam kamar, memakan semua persediaan cemilan selama seminggu, tv menyala hampir selama 48 jam, dan bagian bawah matanya pun mulai menghitam, keadaannya benar-benar kacau.
Laptopnya menyala tanda bahwa surat kabar online hari itu sudah terbit. Ia berjalan sempoyongan menuju meja belajar,
'Rabu, Desember 27, 2071
Berita Utama: Steven Chevakosvic, PM Rusia, menutup kantor kedutaan Israel di Rusia...
ISIS II mengeluarkan ultimatum kedua, untuk membunuh atau menyerahkan hasil percobaan Cryonic kepada mereka hingga minggu depan...
Matanya membulat membaca topik kedua. Ingatannya akhirnya kembali setelah dua hari mengurung diri memikirkan akibat dari kesalahannya sendiri. Ia bergegas mandi, untuk yang pertama kali setelah 48 jam, menyisir rambut secukupnya, menyambar coat, lalu keluar, memakai sepatunya di dalam lift.
_________________________________________
Pintu terbuka lebar, dua belas orang sudah duduk di kursi masing-masing di podium ruang auditorium, Leila pun menuju kursi yang disediakan untuknya. Audiens yang hampir 300 orang di sekitar memperhatikannya. Konferensi sudah dimulai 30 menit yang lalu.
"Ahlan wa sahlan, Hourani." (Selamat datang, Hourani.)
"Terima kasih."
Profesor Jac mengaitkan jemarinya sambil menopang dagu, ia yang memimpin konferensi itu. Yola, Casper, Profesor Farikh, dan beberapa orang penting lainnya, menatap ke arah Leila seolah dia adalah karung tinju yang siap dihajar karena terlambat datang.
"Seperti berita-berita yang kalian dengar atau pun kalian baca, ISIS II, jaringan yang fanatik dan berbahaya, mengancam untuk mengebom Tel Aviv jika kita tidak membunuh, atau menyerahkan hasil percobaan kita kepada mereka, Greyson Chance.
"Maka dari itu, menimbang dan memutuskan, kita akan membunuhnya."
"NO!" Leila berdiri hingga kursinya terjatuh, "Kau gila, Profesor!" tatapnya nanar.
Profesor Jac mengabaikannya, justru melanjutkan penjelasannya lalu bertanya kepada audiens untuk memilih membunuh Greyson atau menyerahkannya kepada pihak ISIS II, sebagian besar dari mereka memilih untuk 'membunuh'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cryonic
Science Fiction"Kalau dia masih hidup, mungkin umurnya sekitar 74 tahun. Dia meninggal karena penyempitan pembuluh darah setelah selesai berolahraga saat berumur 24 tahun." "Oh ya, siapa nama mayat ini?" "Namanya," Yola membalikkan kertas ke lembaran pertama...