Greyson menggerak-gerakkan jemari tangannya satu per satu. Ia masih duduk di tepi ranjang bersama Leila. Dua lembar roti tawar dan segelas susu sudah habis dilahapnya meskipun dengan sedikit paksaan.
"Gerakkan perlahan saja, Greyson. Nah, seperti itu. Sekarang kepalkan kedua telapak tanganmu. Ikuti petunjukku. Buka jempol kanan dan kelingking kirimu secara bersamaan."
"Tidak bisa." katanya gemetar.
"Bisa.", Leila membantu meluruskan kelingking kiri Greyson yang panjangnya sama seperti jari telunjuknya, "Setelah itu tutup lagi, lalu buka jempol kiri dan kelingking kananmu." Perlahan Greyson dapat melakukannya meskipun masih gemetar.
"Untuk apa aku melakukan ini?"
"Sebenarnya ini senam otak, selain menyegarkan pikiran juga untuk menjaga keseimbangan berpikir. Oh ya, apa kau bisa bermain alat musik sebelumnya?"
"Aku tidak ingat apa-apa."
"Hmm, baiklah." Leila melirik arlojinya dan langsung melompat turun dari ranjang yang lumayan tinggi. "Greyson, aku ada kelas pukul sembilan. Sampai jumpa sore nanti. Sebentar lagi akan ada perawat lain yang menjagamu." Leila menyambar tasnya.
"Tidak mau. Aku ikut." Tanpa aba-aba ia langsung ikut melompat dari ranjang, namun piyamanya tersangkut sehingga ia tersungkur dan selang infus pun terlepas dari tangan kanannya. Leila melempar kembali tasnya, membantu Greyson berdiri. Tapi cukup sulit karena persendian tulangnya masih kaku ditambah tubuh Greyson yang berat. Akhirnya Leila menelpon perawat lain untuk membantunya.
"Tetap di sini. Jangan kemana-mana. Aku janji akan kembali setelah perkuliahan selesai, mengerti?"
"Ya." Jawab Greyson lesu, sesungguhnya ia merasa bosan.
"Kau bisa sambil membaca," Leila mengeluarkan novel favoritnya dari dalam tas, "Atau menonton tv." Ia lalu menyalakan tv dan memberi remotnya kepada Greyson.
Leila keluar dari ruangan, dan seseorang langsung menyambar tangannya,
"Kau terlihat sibuk."
"Memangnya kenapa? Ada masalah?" tanyanya ketus.
"Tidak. Hanya saja, aku takut kau dalam bahaya. Sudah melihat berita hari ini, Leila?"
"Belum sempat. Memangnya ada apa?"
"Lihat ini."
Casper mengarahkan telunjukknya pada majalah dinding elektronik di salah satu lorong. Ia menarik beberapa artikel di layar, yang semuanya menyinggung permasalahan Greyson.
'ISIS II protes atas lambatnya kinerja pemerintah Israel. Mereka mengancam akan mengebom Tel Aviv jika sampai bulan depan pihak Israel belum memusnahkan Chance, Si Mayat yang Hidup Kembali.'
"GILA! Apa maksud mereka?" protes Leila.
'FBI mengirim tambahan pasukan ke seluruh dunia untuk mengawasi ISIS II apabila mereka melakukan terror tiba-tiba.'
'Profesor Jacob, dari pihak Hebrew University, berencana akan menghadiri rapat tertutup dengan pemerintah atas percobaannya setelah melaksanakan konferensi khusus fakultas kedokteran.'
"Apa kita harus tetap hadir di konferensi itu, Casper?"
"Kurasa iya. Lagipula kita memang hanya sebagai saksi, biarkan saja Jac yang menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka. Tapi kalau kau tidak mau ikut tidak apa, akan kuberi tahu dia."
"Kurasa aku bisa mengatakannya sendiri."
Mereka masuk kelas, dan mendapat tempat di bagian belakang, lagi. Professor Hayyem tampil cantik hari itu. Meskipun usianya sudah 55 tahun, tapi setelan blazer dan rok span berwarna merah muda sesuai dengan sanggul rambutnya yang khas. Dosen anatomi yang satu ini memang berbeda, dan tidak pelit memberi nilai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cryonic
Science Fiction"Kalau dia masih hidup, mungkin umurnya sekitar 74 tahun. Dia meninggal karena penyempitan pembuluh darah setelah selesai berolahraga saat berumur 24 tahun." "Oh ya, siapa nama mayat ini?" "Namanya," Yola membalikkan kertas ke lembaran pertama...