01. How are you with your mask?
❄️❄️❄️
"BARAA!! BALIKIN SEPATU GUEE!!" pekik seorang gadis sambil berlari membawa sebelah sepatu.
"Haha ga bakalan haha," ejek seseorang didepannya sambil terus berlari membawa sebelah sepatu milik gadis itu.
Hampir sepanjang koridor mereka berlari, tapi Bara belum ada tanda-tanda akan mengembalikan sepatu milik salju. Siswa-siswi yang melihat kejadian itu hanya menggelengkan kepala karena ini bukan pertama kalinya mereka melihat Bara menjahili Salju.
"Baraa balikin gue capek lari terus!!" rengeknya di sela-sela berlari.
Bukannya menjawab rengekan Salju, Bara hanya terus berlari sambil mengejeknya, hal itu membuat Salju makin kesal. Kali ini mampus lo Bara. Gumamnya penuh kekesalan, ia mengambil ancang-ancang untuk melempar sepatu yang ada di tangan kanannya, dan
Bughh
Deg!
Salju membeku di tempat, nafasnya terasa berat, ia merasakan oksigen di sekitarnya menipis. Begitupun dengan Bara ia mendadak merasa menyesal karena menjahili Salju. Sialnya, sepatu yang seharusnya mendarat di kepala Bara kini mendarat tepat di kepala Pak Sartono salah satu guru paling killer di SMA Laksmana High school. Suasana mendadak hening, siswa-siswi yang berlalu lalang di koridor itu pun menghentikan aktivitas mereka. Jangan tanyakan bagaimana kondisi Salju saat ini, jika ia memiliki ilmu menghilang, ia akan menghilang saja ke planet Pluto.
"SIAPA YANG LEMPAR!!!" suara itu menggelegar di seluruh penjuru koridor. Kumis tebal milik pak Tono naik-turun pertanda ia sangat marah.
"JAWAB!!!" sentaknya lagi.
Semuanya diam tidak ada yang berani berkata-kata, tapi tatapan mereka tertuju pada gadis yang dari tadi hanya menunduk.
"KAMU?!!"
Salju hampir saja terlonjak akibat bentakan Pak Tono.
"Maaf P-pak," ucapnya setelah mengumpulkan keberanian."BERANI SEKALI KAMU IKUT SAYA!!" perintahnya dengan penuh penekanan.
Shit! Bara sialan awas aja lo, abis ini gua ga bakalan biarin lo bernafas dengan hidung, batin salju memaki Bara yang dia sendiri tidak tau kemana laki-laki itu sekarang. Sebut saja Bara pengecut, yah Bara memang pengecut.
❄️❄️❄️
Dan disini lah Salju sekarang, berdiri menghadap tiang bendera di bawah terik matahari. Pak Tono memang tidak main-main menghukumnya sudah hampir tiga jam ia berdiri dengan keringat yang membanjiri tubuhnya. Untungnya Fhara, salah satu sahabat dekatnya sempat membawakan sepatu dan sebotol air mineral untuknya.
Tak jauh dari tempatnya berdiri terlihat beberapa orang siswa sedang bermain futsal. Karena terlalu sibuk merutuki nasibnya, Salju tak memperhatikan bahwa sebuah karma datang menghampirinya.
Bughh
"Aiss- sial bange-," tiba-tiba sebuah ide muncul di kepalanya, cepat-cepat ia membaringkan tubuhnya dan berpura-pura pingsan di tempat. Ia tau ini adalah cara yang sangat tidak aesthetic, tapi hanya cara ini yang ada di otaknya. Persetan dengan cardigan putihnya yang kotor.
"Eh woi pingsan woi."
"Eh iya anjirr kasian banget."
"Na tolongin Na."
"Lah kok gua?!"
"Lah kan lo yang nendang bos gimana si"
"Ck!"
Sayup-sayup Salju dapat mendengar suara mereka, sebentar lagi ia akan bebas dari hukuman menyebalkan ini. Salju tidak peduli siapa yang penting ia mendinginkan tubuhnya yang sebentar lagi akan menjadi Ikan asin. Ralat, manusia asin mungkin.
Salju dapat merasakan tubuhnya diangkat, batinnya menjerit mengucap syukur, ia tidak menyesal mendapat karma tertimpa bola futsal karna itu menyelamatkannya dari hukuman ikan asin pak Tono.
Salju masih setia memejamkan mata, perlahan ia bisa merasakan udara dingin menyapa kulitnya tidak lagi panas yang ia rasakan. Benda empuk menyambut tubuhnya, ia tau itu adalah kasur dan tempat ini adalah UKS. Karena Salju merupakan langganan setia di ruangan ini, dia sampai hafal bau obat-obatan di tempat itu.
"Heh bangun lo! Gua tau Lo ga pingsan!" Ck sepertinya kebahagiaan itu hanya sesaat.
"Heh lo budek apa gimana?! Gua bilang bangun ya, bangun!!" hardiknya lagi.
Yang nolongin gue cowok kayaknya, kasar bener, batin Salju. Tapi bukan Salju namanya kalau menyerah ia tetap kekeuh memejamkan matanya.
Kesal, Salju tidak bangun laki-laki itu menarik kasar lengan Salju dan berusaha membangunkannya dengan paksa. Detik itu juga salju meringis. Sakit! Sial kenapa harus lengan?!
Melihat Salju meringis laki-laki itu tersenyum mengejek, ia tau gadis di depannya ini tidak pingsan, detik berikutnya ia kembali menormalkan ekspresi nya. Perhatiannya teralihkan saat tangannya yang mencekal lengan gadis itu terasa lembab dan basah. Darah? Dahinya menyerngit bingung. Karna tidak ingin memendam rasa penasaran, dengan cepat laki-laki itu menyingkap cardigan yang menutupi lengan salju. Lagi-lagi dahinya di buat berkerut ada begitu banyak luka gores dan bercak kebiruan di lengan gadis itu, dan sepertinya luka yang mengeluarkan cairan kental berwarna merah itu adalah luka yang paling dalam.
Salju memejamkan matanya, kenapa ia sangat ceroboh, luka yang selama ini ia tutupi kini diketahui oleh seseorang yang bahkan ia tidak kenal.
❄️❄️❄️
Hollaaaa 👋
Gimana? Feelnya dapet?
Jangan lupa tandai typo yaaa
Ayo tinggalkan jejak!!
KAMU SEDANG MEMBACA
She's Not Snow White [On Going]
Teen Fiction⚠️ Mengandung kata-kata kasar dan tindakan kekerasan, tidak untuk ditiru. (Jangan lupa follow akun Author!) ... "Dia lelah, dia rapuh, tapi rasa sakit itu tidak menginginkannya untuk beristirahat." Salju Dalivona, gadis dengan sejuta rasa sakit, me...