03. Late
❄️❄️❄️
Kaki panjang milik seorang gadis mengetuk tanah dengan tergesa, bibir mungilnya terus merutuki dirinya sendiri yang bangun kesiangan. Ia juga kesal dengan supir dan pembantu rumah tangganya yang belum pulang dari kampung tiga hari yang lalu. Alamat dia kesiangan ditambah pula terlambat kesekolah.
Gadis itu mengenakan seragam sekolah yang dibaluti dengan cardigan, bahkan cardigan yang dikenakannya sekarang lebih panjang dari biasanya. Retina milik gadis itu melirik jam tangan yang bertengger manis di lengan kirinya, hal itu semakin membuatnya gelisah. Tujuh menit lagi bell sekolahnya akan berbunyi, sedangkan jarak dirinya sekarang dengan sekolahnya terbilang cukup jauh.
Karena tak memperhatikan jalan, salah satu dari kakinya tak sengaja tersandung batu yang cukup besar, alhasil hidungnya yang manis terpaksa mencium aspal, bahkan gaya jatuhnya pun tidak bisa dibilang keren. Hal itu semakin membuatnya kesal. Siapa yang tidak kesal disaat-saat kita sedang terburu-buru, ada saja batu yang nyelekit kaki tanpa permisi.
"Duhh, hidung mancung gua!!" teriaknya histeris. Dengan cepat ia meraba hidungnya melupakan rasa perih di lututnya yang menjadi tumpuan saat ia jatuh.
"Huft, untung masih ada," gumamnya lega, bukan apa-apa ia hanya takut hidungnya nyungsep ke dalem terus hilang ga nongol-nongol lagi, masa iya dia harus jadi Rina nose kedua."Astaga! Telattt!!!" teriaknya lagi, masih dengan gaya histeris yang sama. Dengan tertatih-tatih berusaha berdiri diiringi dengan omelan lugunya. "Ini gara lo tau ga?! Kalo aja lo ga diem ditengah jalan, gua ga bakalan jatuh! Setidaknya lo bilang kek kalo lagi diem disitu, ginini contohnya! Awas Salju, di sini ada gua jangan tabrak gua, gituu!! paham ga sih lo?!" omelnya tanpa toleransi.
Ya, gadis itu adalah Salju, gadis mana lagi yang kalo kesandung batu, batunya yang minta maaf.
Salju mendongakkan kelapanya, terlihat dari arah yang sama dengannya seorang pengendara motor melaju dengan kecepatan sedang. Salju tidak mengenalnya, yang membuat gadis itu tertarik adalah seragam yang dipakainya sama dengan seragam Salju. Tentu saja itu membuat jiwa kriminal gadis itu meronta-ronta, dengan sigap ia mencegat pengendara motor itu tanpa takut.
"STOPPP!!" teriak Salju sambil merentangkan tangannya.
Tindakan Salju berhasil membuat pengendara itu terlonjak, meskipun ia mengendara tidak terlalu kencang tapi tetap saja hal itu sangat berbahaya.
"APAAN SI LO?! KANGEN SAMA MALAIKAT MAUT?!! tanya pengendara itu dengan kesal+judes.
"Nebeng," jawab Salju cepat, tanpa menunggu persetujuan dari si pemilik motor Salju naik dengan sigap, Salju dapat melihat tatapan risih dari orang itu yang seperti akan memutilasi dirinya dari ujung rambut sampai ujung upil.
"Cepetan elahh, nanti aja marahnya keburu telat inii," celoteh Salju tanpa sadar diri.
Sepertinya pengendara itu malas berdebat, ia melajukan motornya tanpa aba-aba. Dan itu berhasil membuat Salju hampir terjungkal.
"HUAA, PELAN-PELAN BEGO! NYAWA GUA MASIH KETINGGALAN DI BELAKANGGG!!" teriak Salju lebih histeris dari biasanya. Tapi Salju tidak bohong, ia merasa jiwanya lepas dari tubuh terus nyusul lagi tanpa slow motion.
Refleks Salju memeluk pengendara itu sangat erat, bahkan sangat erat. Ia tidak peduli jika dirinya benar-benar akan dimutilasi sampai ke upil, siapa suruh mengendarai motor seperti orang kesetanan.
"WOII! YANG KANGEN SAMA MALAIKAT MAUT KAYAK LO DEH, BUKAN GUA!!" teriak Salju lagi, tapi terdengar seperti rengekan.
"EHH, GIMANA KALO MALAIKAT BENEREN CEGAT KITA DI TENGAH JALAN?" tanyanya lagi, masih dengan rengekan.
KAMU SEDANG MEMBACA
She's Not Snow White [On Going]
Fiksi Remaja⚠️ Mengandung kata-kata kasar dan tindakan kekerasan, tidak untuk ditiru. (Jangan lupa follow akun Author!) ... "Dia lelah, dia rapuh, tapi rasa sakit itu tidak menginginkannya untuk beristirahat." Salju Dalivona, gadis dengan sejuta rasa sakit, me...