06. Salju kenapa?
❄️❄️❄️
Bell tanda istirahat berbunyi beberapa detik yang lalu, seluruh penghuni kelas XI IPA 3 berhamburan keluar untuk mengisi perut mereka. Yah, di waktu istirahat kantin memang satu-satunya tempat yang paling menyenangkan bagi kebanyakan siswa.
Salju, gadis itu merebahkan kepalanya di atas meja dengan tumpuan dua tangan, sesekali ia membenarkan posisi lengannya agar tidak mengenai luka. Bagaimana kondisi mamanya sekarang? Pertanyaan itu tak pernah luput dari pikirannya. Meski bi Inah bilang kondisi ibunya mulai membaik, tapi tetap saja ia tidak tenang.
"Heh! Bengong aja!" tegur Fhara mengagetkan Salju.
"Apasih Fha, gua ga bengong," elak Salju malas.
"Ya terus?" tanya Fhara heran.
"Ngelamun aja," jawab Salju lagi.
"Jawaban lo ga berfaedah!" semprot Bara yang tiba-tiba datang bergabung bersama mereka.
"Kantin yok, laper," ajak Fhara, lalu melirik kedua sahabatnya secara bergantian.
Bara melirik jam tangannya, ia menghela nafas, "kalian aja yang ke kantin, gua mau latian basket bentar lagi."
"Yaudah, ayo Ju," ajak Fhara."Hmm okeyy," jawab Salju, sejujurnya ia malas tapi ia juga tidak bisa bohong kalau cacing di perutnya sekarang demo minta makan.
Mereka berdua berjalan menuju keluar kelas, baru beberapa langkah Salju dikejutkan dengan suara riuh anak-anak di sepanjang koridor kelas XI terutama anak siswi.
"Ada apaan sih Fha?" tanya Salju heran.
"Ya mana gue tau," jawab Fhara santai, "paling ada yang pura-pura kerasukan biar di suruh pulang cepet," ocehnya asal.
"Sembarangan lo!" semprot Salju. Ia meluruskan pandangannya, namun beberapa detik kemudian ia di kejutkan lagi dengan sosok yang berada beberapa meter didepannya.
Laki-laki itu, laki-laki yang telah beberapa kali menyelamatkannya dari berbagai macam kesialan, termasuk tadi malam.
Salju mengentikan langkahnya saat manik milik laki-laki itu menatap tepat kearahnya, gadis itu berusaha mengendalikan detak jantungnya yang tak bersahabat.
"Ya Allah ganteng banget jodoh gue."
"Emang pesonanya kak Atka itu ga main-main."
"Bang, aku padamu."
"Ya ampun kak, kok manis banget sih."
"Ih, tapi dia kenapa ke gedung kelas XI ya?"
"Ya nyamperin gue lah."
Berbagai macam pujian terdengar di sepanjang koridor kelas XI, Salju masih belum beranjak dari tempatnya berdiri. Saat laki-laki itu semakin dekat dengannya, detak jantung Salju semakin tak terkendali, sorot mata tajam terus mengunci tatapan Salju.
Duhh, ini dia mau nyamperin gue apa gimana? Ini jantung gue juga kenapa rasanya mau copot? Oke Salju, kalo dia nyamperin lo, lo harus bisa ngendaliin jantung lo yang udah mau meledak. Ya ampun, dia ganteng banget yaa. Batinnya, berusaha mengatur nafas dan memasang wajah manis.
Sial! Kenapa dia jadi ke-geer-an begini?
Tepat dihadapan Salju, laki-laki itu menghentikan langkahnya, sorot mata tajamnya menatap Salju dengan tatapan yang sulit diartikan. Laki-laki itu tidak sendiri, di belakangnya ada tiga curut yang selalu setia mengikutinya. Kedua tangannya dimasukkan kesaku celana, laki-laki semakin mendekat kearah Salju.
KAMU SEDANG MEMBACA
She's Not Snow White [On Going]
Teen Fiction⚠️ Mengandung kata-kata kasar dan tindakan kekerasan, tidak untuk ditiru. (Jangan lupa follow akun Author!) ... "Dia lelah, dia rapuh, tapi rasa sakit itu tidak menginginkannya untuk beristirahat." Salju Dalivona, gadis dengan sejuta rasa sakit, me...