09. Siapa sebenarnya Salju?❄️❄️❄️
Sinar matahari menelisik masuk dari celah jendela, menerpa wajah seorang gadis dengan rambut sebahu yang masih setia berkutat dengan selimutnya.
Terdengar suara erangan kecil dari bibir mungil gadis itu, ia berusaha bangkit kasur empuknya. Sesekali gadis itu memegangi kepalanya yang terasa berat, dan sedikit berdenyut.
Salju melirik jam yang bertengger manis pada dinding kamarnya, 06:16. Sial! Kalau begini ia pasti akan terlambat lagi kesekolah.
Seakan teringat sesuatu, Salju meraba tubuhnya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Ia menelan ludahnya dengan susah payah.
Kepala masih ada, leher ga putus, tangan masih dua, jari tangan masih sepuluh, perut ga bolong, kaki juga ga di mutilasi, jarinya juga masih lengkap. Hufftt... Amann.
Salju mengelus dadanya lega, mengingat kejadian yang menimpanya semalam sangat membuatnya ngeri.
Ia sangat bersyukur dirinya tidak di jadikan tumbal oleh makhluk yang mengganggunya semalam.
Ngomong-ngomong siapa yang membawanya ke kamar? Ah- pasti bi Inah yang menemukannya, atau paling tidak pak Bejo.
Salju beranjak ke kamar mandi, guna membersihkan tubuhnya. Bagaimanapun, ia harus sekolah hari ini, ya walaupun ia tau ia pasti akan terlambat.
Salju keluar dengan seragam lengkap Laksmana High School, tak lupa juga cardigan putih yang membaluti kulit cerahnya.
Gadis itu berjalan menuju tangga dengan sedikit tergesa, sesekali ia melirik jam tangan yang bertengger manis di lengan kirinya. Ya, jam tangan itu juga ia gunakan untuk melindungi bekas lukanya yang mulai mengering.
"Agghh-" Salju berhenti di tengah-tengah anak tangga, saat rasa sakit mulai menjalar di kepalanya. Gadis itu juga terlihat mencengkram perutnya yang terasa keram bersamaan dengan rasa sakit di kepalanya.
"Kamu mau lauk yang mana lagi, sayang?"
"Ayamnya dong Ma,"
"Okeyy. Ini, makan yang banyak ya, Salsa. Lihat, badan kamu itu udah kurus begitu, pasti di sana itu pola makan kamu kurang teratur ya?"
"Em- Mama, Salsa itu udah usaha buat makan banyak, tapi ya badannya aja yang ga gendut-gendut,"
"Hemm.. bisa aja anak Mama,"
Salju terperangah mendengar percakapan dua orang di ruang makan. Gadis itu kembali melanjutkan langkahnya, mencoba mengabaikan rasa sakit yang seperti akan menggerogoti kepala dan perutnya.
Kak Salsa? Kapan dia pulang?
Tanya Salju pada batinnya.
Dari ujung anak tangga ia dapat melihat dua orang wanita yang sedang bercengkrama sambil menikmati sarapan pagi.
Bahagia, itulah yang dapat Salju tangkap dari ekspresi mereka berdua.
Salju menghela nafas pelan, tatapan sendunya masih setia mengarah pada ibu kandung dan kakak tirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
She's Not Snow White [On Going]
Teen Fiction⚠️ Mengandung kata-kata kasar dan tindakan kekerasan, tidak untuk ditiru. (Jangan lupa follow akun Author!) ... "Dia lelah, dia rapuh, tapi rasa sakit itu tidak menginginkannya untuk beristirahat." Salju Dalivona, gadis dengan sejuta rasa sakit, me...