Part 25|Telat 15 Menit dari Janji

22.3K 2.1K 737
                                    

Hehe.

Hehe.

Saya kombek walaupun telat yaa. Untung banget ide ngalir cepet. Mungkin karena ingat readers tercinta kali ya.. Hehe.

Sebelum baca kudu wajib vote. Awas aja nggak. Saya ngambek nih.

Happy reading and sorry for typo!
____________________________________

Perempuan beranak satu itu melewati malam dengan penuh tanda tanya. Bahkan ketika dirinya memaksa diri untuk fokus membantu sang ibu menyiapkan sarapan, Riyuna tetap saja terbayang dengan perkataan Novi semalam.

Aku sih curiga sama Kinan. Bisa jadi dia suka sama pak Rio tapi nggak bilang-bilang. ...

Ia memikirkan itu semua. Kata 'bisa saja' terus membayangi prasangkanya.

Riyuna membawa sarapan di meja makan. Mamanya sudah lebih dulu mengisi kursi disana begitupun sang papa dan juga Nino dengan seragam SMP. Riyuna yang biasanya tidak bisa bergabung karena Reigi yang sering rewel di pagi hari, kali ini ia bisa ikut serta berhubung Reigi masih tertidur pulas akibat begadang semalam.

"Pa, kalau Nino tamat SMP Nino maunya lanjut STM aja." ujar Nino sembari mengunyah roti.

Mata Riyuna menyipit, memandang Nino curiga. "ngapain lanjut STM? Mau belajar tawuran kamu disana?"

"Astaghfirullah kak. Jangan suka suudzon sama adik sendiri. Nino disana mau fokus belajar karena disana nggak ada cewek."

Mata Riyuna makin menyipit.

"papa udah daftarin kamu di pesantren," ucap Panji.

Riyuna memukul meja pelan. "nah, itu yang mantep."

Nino yang barusan ingin meminta jajan pada sang Mama langsung melotot kaget. "Pah, papa becanda, kan?"

Panji tidak menjawab.

"papa beneran daftarin Nino di pesantren?" pekik Nino tertahan. Nafasnya hampir mogok ketika Sera malah mengiyakan pertanyaannya barusan.

Riyuna terlihat puas menyaksikan wajah pias sang adik. Ia terkekeh sembari menikmati susu yang ia buat khusus untuk dirinya sendiri.

"Allahuma ... Mau jadi apa Nino lanjut di pesantren?" Mimik muka Nino terlihat tertekan.

"jadi anak yang berbakti, lah. Hahaha." jawab Riyuna. Tawanya berdengung mengejek di telinga Nino tapi kali ini ia tidak berselera untuk menanggapi.

Panji tertawa pendek melihat reaksi putra bungsunya itu begitupun dengan Sera. Panji memang sudah mendaftarkan Nino di pesantren yang ada di tengah kota. Ia sengaja tidak memberitahukan putranya itu karena ia tahu pasti Nino akan menolak.

"Lah? Katanya mau sekolah yang nggak ada ceweknya biar fokus belajar. Malah tambah bagus dong di pesantren. Biar pas lulus juga bisa jadi ustadz." Ucap Sera dengan senyuman cerah. Berbanding terbalik dengan Nino yang menggeleng tak percaya.

Dia? Jadi ustadz? Matilah image badboy yang Nino impikan ketika bersekolah di STM.

"ini nggak mungkin."

* * *

Jari-jari Riyuna mengetik sebuah pesan setelah beberapa saat lalu ia berhasil meyakinkan diri untuk mengambil satu keputusan.

Ya. Ia akan menanyakan langsung pada Kinan. Daripada ia berprasangka buruk padahal mungkin saja bukan dia.

Untuk itu ia berniat meminta kontak Kinan pada Novi dan Ghea. Ia tidak yakin mereka menyimpan kontak perempuan itu, tapi apa salahnya mencoba.

My Ex Husband is Next Door Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang