Part 13|Masih Menghindar

15.1K 1.1K 109
                                    

Sebelum baca, silahkan di vote. nggak bayar kok:)

Happy Reading guys and sorry for typo!

____________________________________

Riyuna menyusuri koridor kampus menuju ruang kelas dimana mata kuliah selanjutnya dilaksanakan. Sebenarnya waktunya belum dimulai Masih 30 menit lagi. Tapi ia sedang malas berkeliaran seperti yang dilakukan Novi. Riyuna yang memiliki taraf keimutan yang berlebihan harus wajib menghindari keramaian. Ia bisa saja kan diculik om-om karena keimutan yang ia miliki?

Berbicara tentang Ghea, temannya yang satu itu tidak datang ke kampus karena alasan sakit. Riyuna sangsi sebenarnya jika Ghea benar-benar sakit. Pasalnya, ia dan Novi sudah beberapa kali menjenguk Ghea ke rumahnya karena ia beralasan sakit saat tidak datang ke kampus. Tapi apa yang mereka dapatkan? Anak itu malah enak-enak tidur di rumah sambil menonton drakor. Untuk alasan yang sama Riyuna dan Novi tidak lagi mempercayainya.

"Riyuna!"

Baru hendak menyentuh undakan tangga pertama--karena kelasnya berada di lantai 3--langkah Riyuna terhenti lalu berbalik ke arah sumber suara. Ia membentuk senyum ramah saat mendapati ibu Lily--salah satu dosen mata kuliahnya dengan tatapan sulit diartikan. Riyuna memang sering mempersulit diri dalam mengartikan sebuah tatapan. Padahal dosennya itu hanya menatap biasa saja.

Wanita paruh baya berumur 40-an itu mendekat padanya.

"iya, bu? Ada yang bisa saya bantu?" Riyuna berbicara seramah mungkin.

Ibu Lily menyerahkan sebuah proposal yang langsung disambut oleh Riyuna dengan perasaan bingung. Sekilas ia membaca bagian bawah sampul proposal yang bertuliskan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Oh, no! Itu adalah Fakultas dimana lelaki legenda bernama Satrio Adipan Turata mengajar.

Baik ... perasaannya mulai tidak enak. Riyuna menatap Ibu Lily was-was.

"tolong antarkan ke ruang staf Fakultas Ekonomi. Saya sedang buru-buru."

Permintaan sang dosen mendengung di telinga Riyuna di balik hijab maroonnya. Nada yang sarat tidak menerima penolakan membuat Riyuna menyesal tidak mengikuti ajakan Novi dan Ghea.

"Bu, gimana, yah. Fakultas saya dengan fakultas ekonomi, kan, jauh. Terus saya juga udah mau masuk kelas." Riyuna beralasan. Namun ia menggeleng lalu mengangguk cepat ketika raut Ibu Lily berubah kelam, "baik, bu. Saya antarin. Ke stafnya, ya bu?"

"iya, Riyuna. Dan tolong jangan lama-lama. Soalnya Pak Sodiman udah nunggu. Bilang aja ini dari Ibu Lily." Ibu Lily menepuk pundak Riyuna, "kalau begitu saya pulang dulu."

"bu?" panggil Riyuna sebelum ibu Lily makin menjauh.

Ibu Lily berbalik, "ya?"

Riyuna berlari kecil menuju dosen yang cukup akrab dengannya itu, "salam, bu." ucap Riyuna cengengesan  hendak menyalami tangan ibu Lily.

"kamu itu. Ibu kira ada apa. Cepetan, ibu mau pergi." kata ibu Lily sembari menyodorkan tangan untuk disalami.

Riyuna membawa tangan dengan keriput halus itu di dahinya. Menyalami dengan khidmat.

Terima kasih sudah menyuruh saya membawa proposal ini. Batin Riyuna sedikit sarkas ketika tangan itu menyentuh dahinya selama beberapa detik. Ia melepaskan tangan ibu Lily yang kemudian dosennya itu pergi dengan langkah buru-buru.

Untuk beberapa detik Riyuna terdiam. Namun mulai mengambil langkah menuju tempat dimana proposal itu diserahkan ketika ia memutuskan untuk biasa saja. Oke. Riyuna menarik nafas lalu membuangnya lewat mulut. Yah, tidak mungkinkan lewat indra keenam? Lupakan.

My Ex Husband is Next Door Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang