Tahan emosinya dan jangan lupa votenya kawan-kawan.
Happy reading and sorry for typo!
____________________________________Riyuna memandang keluar jendela tidak tenang. Ia tidak terlalu bodoh untuk mengetahui ke arah mana kalimat Rio tadi ditujukan. Apa benar ia sudah tahu perihal Reigi? Oh, ayolah. Dengan jarak rumah yang begitu dekat, siapapun bisa saja mendengar tangisan anaknya itu. Apalagi kamarnya yang berdekatan dengan rumah Rio. Sudah pasti pilihan untuk menyembunyikan Reigi adalah hal yang bodoh. Dan terlalu berisiko.
"Riyu, Mama sama papa pergi dulu. Udah telpon Novi sama Ghea, kan buat nemenin kamu sama Reigi?"
Lamunannya buyar. Sejenak ia pandangi wajah mamanya yang barusan masuk di kamar. Rasa ingin mengatakan soal kemungkinan itu. Tapi, ia tidak ingin mengganggu perjalanan mereka di Semarang. Cukup ia simpan sendiri saja.
Riyuna mengangguk, "udah. Nino ngapain ikut sih mah?" tanya Riyuna bermaksud menggoda. Nino yang berniat pamit pada kakak tercinta langsung mengurungkan niat.
"iri? Bilang boss!" Nino memeletkan lidahnya.
Riyuna tertawa pendek. Ia mengamati Nino, Mama dan papanya yang sedang mengerubungi Reigi sebelum pergi. Papanya menggendong Reigi dengan penuh kasih sayang, Mamanya sepertinya tidak ingin berhenti mencium Reigi dan jangan lupa Nino yang hobi mencubit pipi anaknya itu. Sejauh ini ia sangat bahagia. Reigi mendapatkan kasih sayang berlimpah. Meskipun tidak dari seorang Ayah. Tapi, itu lebih dari cukup.
* * *
Matahari begitu terik ketika Ghea dan Novi sampai dirumah Riyuna. Ini baru jam 2. Dan mereka termaksud cepat ketika Riyuna meminta tolong untuk menemaninya tidur di rumah. Sejak berteman, mereka berdua tidak pernah pikir panjang untuk menolongnya. Apalagi soal nginap-menginap. Kata mereka tidur bersama bestie merupakan hal wajib dilakukan. Selain Seru, Reigi juga termaksud alasan mereka semangat menemaninya.
Bagaimana ia tidak bersyukur?
"Riyuna, gimana kalau kita ke taman kota? Atau nggak ke ragunan, kah." Usul Ghea.
Saat ini mereka sedang bersantai di ruang Tv sejak kedatangan Ghea juga Novi 10 menit yang lalu. Menggelar karpet, lalu menonton bersama. Reigi sedang bermain di pangkuan Novi. Sedangkan Riyuna dan Ghea hanya menonton Tv.
Novi mengangguk semangat. Sangat setuju dengan usulan Ghea. "iya, Ri. Udah lama nih nggak ke taman kota."
Riyuna melirik Reigi, "trus anakku?"
"harus bawa dong biar bisa liat monyet. Kan Reigi nggak pernah liat monyet. Kan, kan?" Tanya Novi.
Reigi tertawa kecil.
"Tuh di iya-in langsung loh." Ghea sedikit berteriak gemas. Menghampiri Reigi yang berhasil mengundang rasa gemasnya. Ghea mencium pipi Reigi.
"nggak bisa. Kamu tahu, kan kalau Reigi nggak bisa keluar?"
Ghea menghela nafas. Lagi-lagi alasan itu. "Riyuna, sampai kapan kamu sembunyiin anak kamu dari dunia? Heh, kamu nggak salah dan Reigi bukan sebuah kesalahan. Jadi, nggak ada yang perlu disembunyiin. Kalaupun Rio tahu biarin aja. Biar laki-laki itu menyesal karena udah ceraiin kamu."
"iya, Ri. Lagian kamu pasti merasa gelisah, kan, karena harus sembunyiin Reigi terus dari mereka?" tambah Novi.
Riyuna mengangguk pelan. Harus ia akui, ia lelah menyembunyikan Reigi terus-terusan. Apapun itu, ia ingin anaknya juga ditahu dunia luar, memiliki identitas di masyarakat. Jika dipikir perkataan Ghea dan Novi ada benarnya. Tidak mungkinkan ia menyembunyikan Reigi selamanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ex Husband is Next Door
Genç Kız EdebiyatıMenjadi janda di umur 20 tahun, membuat Riyuna harus pandai-pandai menata hidup dan hatinya. Ia akui ini bukanlah perkara yang mudah. Bukan ditinggal mati, tapi ia benar-benar diceraikan oleh seorang lelaki tak berperasaan padahal umur pernikahan me...