Part 15|Our Feel

16.8K 1.2K 223
                                    

Taburkan kebahagian kita bersama dengan menekan tanda bintang😁

Happy reading and sorry for typo!
_____________________________________

"Una! Ada temanmu, loh!"

Riyuna yang baru menutup pintu kamar, segera berlari menuruni tangga saat mendengar teriakan dari bawah.

Pasti Andrean.

"kenapa kak Andrean masuk segala, sih?" Riyuna menggerutu.

Ia memelankan langkahnya saat ia mendapati Andrean sedang berbincang-bincang dengan orang tuanya. Terlihat begitu menikmati perbincangan hingga tidak menyadari kalau Riyuna sudah berada di samping mereka. Terkecuali untuk satu makhluk yang sedang melemparkan senyum jenaka dan tatapan menggoda. Riyuna menatap Nino, memberi peringatan. Anak itu pasti sedang mempersiapkan diri untuk menggodanya selepas ini.

Kembali pada Andrean. Riyuna tidak tahu harus berkata apa. Apakah ini salah satu taktik agar ia bisa lebih dekat dengannya? Bukannya tidak suka dengan Andrean. Iya menyukai Andrean dalam artian yang berbeda. Andrean adalah lelaki yang baik, pintar, sedikit tampan dan juga sopan. Masih dalam kategori pria idaman Riyuna--tapi bagi Riyuna hanyalah Rio dihati. Hanya saja ia tidak ingin menyakiti hati lelaki itu karena hatinya masih sepenuhnya ada pada Rio. Ia tidak ingin memberi harapan palsu.

"Eh, kak Andrean." Riyuna melirik orang tuanya yang kini menatap curiga. Pasti dalam hati mereka bertanya-tanya siapa Andrean? Apakah Andrean adalah kekasih barunya? Heh, yang benar saja. Mereka tidak tahu saja kalau ia belum bisa melupakan tetangga sebelah, "yuk berangkat sekarang. Keburu malam." alibi Riyuna. Padahal ia ingin secepatnya menghindar darisana.

"kamu udah minta izin sama orang tua kamu?" tanya Andrean yang berdiri dari duduknya.

Riyuna mengangguk, "sudah." lantas menyalami tangan Sera dan Panji dengan khidmat yang diikuti oleh Andrean, "aku pergi dulu. Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarrakaatuh."

"saya juga pergi dulu om, tante, dek. Assalamu'alaikum."

Sera dan Panji mengangguk sedangkan Nino yang kaget ditegur oleh gebetan baru kakaknya itu tersenyum lebar sambil meneriakkan kata semangat dengan keras membuat Riyuna ingin melempar sesuatu di wajah Nino.

Kakak itu pasti orang kaya. Pikir Nino sambil menyeringai licik.

"Wa'alaikumussalam." jawab orang tua Riyuna. Panji memperingatkan sebelum mereka pergi, "jangan pulang larut." iya menatap Andrean datar membuat Andrean gugup, "tolong jaga anak saya."

Riyuna mengerang. Kenapa jadi panjang begini dialognya? Dan ia rasa papanya terlalu memperlakukannya seperti seorang gadis polos yang belum tahu apa-apa. Padahal Riyuna bukan lagi seorang gadis. Tapi, sudah janda.

Andrean mengiyakan, patuh, sebelum bajunya ditarik Riyuna agar cepat berangkat. Riyuna melepaskan cengkramannya di jaket Andrean saat ia sudah berada di luar rumah kemudian membungkuk.

"maaf."

Andrean yang sedang memakai helm terkekeh melihat perilaku Riyuna yang menurut Andrean lucu, "untuk?"

"aku udah narik baju kakak. Nggak sopan." aku Riyuna sembari memakai helm dengan perasaan bersalah.

"nggak papa. Santai, dong. Kamu tahu nggak? Kamu lucu banget pas kayak gitu."

Alih-alih tersipu malu ala-ala siput keriput, Riyuna seketika merasa geli. Ia tidak bohong. Entah karena ia yang tidak pernah menerima kata-kata sanjungan seperti itu atau karena ia yang tidak terbiasa kecuali Rio yang mengatakannya.

Mengesampingkan itu semua, Riyuna menaiki motor Andrean tanpa hambatan seperti apa yang ia lakukan tempo hari saat Rio menawarkan tumpangan. Ia bergerak, mengambil posisi nyaman. Yaitu membentangkan jarak yang cukup lebar antara ia dan Andrean hingga rasanya sedikit lagi terjatuh.

My Ex Husband is Next Door Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang