Please dibaca an aku karena ini menyangkut kenyamanan kita bersama😊
Sebelum masuk ke part 6 aku ada pemberitahuan penting📢 Aku merevisi bagian part 5 pas percakapan antara Riyuna sama teman-temannya karena setelah aku baca kembali ternyata udah nggak searah sama alur yang aku rencanain dari awal. Mungkin ada beberapa yang menyadari dan aku minta maaf banget kalau misalnya ada yang keganggu dengan part lalu karena udah melenceng.
Kalian bisa membaca ulang tentang Ghea atau novi yang mengatakan soal keadatangan Rio di kampus buat bernostalgia. Padahal pas S1 Rio nggak disitu, begitupun dengan S2-nya. Kan dulu satu kampus dengan Riyuna? Iya bosku. Tapi Riyunanya kan pindah ke daerah lain yang otomatis dia pindah ke kampus lain juga. Maaf atas kekeliruan yang hqq ini😅. Namanya juga nggak pake kerangka😣😂 nulis aja kaya air sungai. Kalian bisa baca ulang part 5. Kalau di library kalian cerita aku bagian part 5 udah berubah menjadi 'Part 5|just do not understand (revisi)' berarti bagian itu aku udah perbaiki. Tapi kalau belum aku nggak tahu itu akibat jaringanku yang lelet atau sebaliknya.
Dari pada saya banyak bacot, saya mempersembahkan part 6 yang semoga mengundang tangan kalian untuk memberi vote dan komentar🙂 dilarang pelit!
Happy reading! And sorry for typo
___________________________________
Riyuna menatap tak rela mama dan papanya yang baru pergi menggunakan mobil. Kedua orang tuanya akan bertolak ke Semarang satu pekan kedepan karena adik bungsu dari sang mama akan memberlangsungkan pernikahan--sekaligus mengunjungi neneknya yang sedang sakit-sakitan disana. Ia ingin ikut, tapi terhalang oleh statusnya sebagai mahasiswa. Lagipula Nino sedang mempersiapkan ujian kelulusan.
Riyuna berbalik memasuki rumah saat mobil orang tuanya benar-benar tidak terlihat. Sekarang kesendirian tampak nyata ketika ia memasuki rumah yang baru ia tempati kurang lebih satu tahun. Rumah yang tampak sederhana tapi cukup nyaman bagi keliarganya.
Riyuna duduk di sofa. Seketika merasa bosan karena tidak ada aktivitas yang bisa ia kerjakan. Matanya yang semula menatap tv beralih menatap jam di dinding.
Pukul 14:00
Sudah satu jam berlalu dari jam pulang Nino dari sekolah. Tapi anak itu belum juga memunculkan batang hidungnya. Riyuna mendesis. Anak itu tahu saja jika orang tuanya sedang tidak ada di rumah dan berpikir bisa berbuat seenaknya.
"Nino." gumam Riyuna, jengkel. "kenapa, sih, tu anak nggak pernah nggak buat kesel sehari aja."
Riyuna berdiri setelah sekian lama mendudukkan bokongnya ke sofa. Ia akan mencari bocah tengik itu. Riyuna menangis dalam hati. Kenapa ia mempunyai adik Sejenis Nino?
Secepat kedipan mata, suara gebrakan terdengar keras disusul pintu terbuka lebar. Disana--Orang yang baru diratapi Riyuna berdiri dengan wajah panik. Peluh membasahi dahinya. Rasa lelah terpatri jelas ketika ia bernafas dengan ngos-ngosan.
Riyuna yang baru ingin memuntahkan segala amarah langsung berubah panik ketika adiknya itu datang dengan keadaan memprihatinkan.
"Nino, kamu kenapa?!" cecar Riyuna ketika ia berlari menghampiri Nino yang masih terdiam. Sesekali mata Nino berkeliaran menyapu ruangan. Ia memegang bahu adiknya sesekali mengguncang--siapa tahu Nino akan tersadar jika memang adiknya itu memang sedang tidak sadar.
Nino mencoba mengatur pernafasan kembali. Ia mendongak menatap Riyuna tanpa sorot jahil yang selalu ia tunjukkan, "mama sama papa udah pergi?"
Dahi Riyuna sontak mengeriput, "ha?"
"mama sama papa beneran udah pergi?" tanya Nino sekali lagi. Nafasnya masih menderu.
"Kamu kenapa, sih, Nino?!" Riyuna mulai panik. Jangan-jangan adik satu-satunya ini memiliki gangguan jiwa yang selama ini tidak mereka ketahui. Riyuna menggigit jarinya. Kenapa anak ini harus menunjukkan jati dirinya ketika mereka hanya berdua?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ex Husband is Next Door
Chick-LitMenjadi janda di umur 20 tahun, membuat Riyuna harus pandai-pandai menata hidup dan hatinya. Ia akui ini bukanlah perkara yang mudah. Bukan ditinggal mati, tapi ia benar-benar diceraikan oleh seorang lelaki tak berperasaan padahal umur pernikahan me...