Berakhirnya Agam Sebagai Pelayan

101 3 0
                                    

Keesokan harinya, aku pun bekerja seperti biasanya, tapi kali ini Rini sudah mulai masuk kerja, dan itu artinya semua pelayan sudah kembali bekerja semuanya.

Tapi, ada satu masalah lagi hari ini. Karena ini sudah ganti minggu, jadi jadwal pun berubah lagi.

Di shift pagi, ada Aku, Becca, Rini, dan Reina. Dan di jam siang, ada Nana yang menggantikan Reina. Jadi ada 4 pelayan di shift pagi dan siang. Dan itu, sangat tidak efektif.

"Hey, apa tidak masalah jika kita hanya diam seperti ini?" ucapku pada Rini.

"Entahlah, Becca dan Reina saja sudah cukup untuk melayani pelanggan" jawab Rini.

"Kita tetap digaji meskipun tidak bekerja, menyedihkan" kataku.

"Eh? Kenapa? Bukannya malah enak ya? Kita gak perlu terlalu capek kerja, tapi tetep dapet uang" tanya Rini.

"Kalo itu, emang iya. Tapi, semua itu gak ada artinya kalo bukan hasil kerja kerasku sendiri" kataku.

"Kamu kan tetep kerja walaupun lebih ringan dari biasanya" ucap Rini.

"Iya sih, tapi, kalau dapat hasil dari kerja keras, itu lebih enak lagi menurutku" ucapku.

"Agam, kamu........

.

.

.......... Aneh" ucap Rini.

"Tapi, kalau restoran sepi terus kayak gini, kemungkinan terburuknya, akan ada yang dikeluarkan" kataku.

"Jujur saja, aku juga berpikir begitu" ucap Rini.

Lalu, Dirga memanggil kita dari dapur.

"Hey, ada yang bisa membantuku?" ucap Dirga.

"Ada apa Dirga?" tanya Rini.

"Hari ini Ivan tidak masuk kerja karena sakit, dan Raka masih libur, aku tidak bisa melakukan pekerjaan dapur sendirian, ada yang bisa membantuku? Asalkan bisa masak, sudah cukup" ucap Dirga.

"Aku gak terlalu bisa masak, kalo Becca dia chief disini, jadi dia harus tetep jadi pelayan, kalau Reina?" ucap Rini.

"Maaf, aku juga gak jago masak, gimana kalo Agam?" ucap Reina.

"Agam?" tanya Rini.

"Dia yang masak sendiri di kosannya, dia juga pernah masakin aku beberapa kali, dan masakannya enak kok" ucap Reina.

"Gimana? Agam? Mau bantu di dapur?" tanya Dirga.

"Boleh, sekalian aku mau belajar cara masak makanan lain" kataku.

"Yaudah, sekarang cepatlah ganti seragam" ucap Dirga.

Lalu, aku pun mengganti seragam pelayanku dengan seragam koki.

"Jadi, apa yang harus ku lakukan?" kataku.

"Kita tinggal menunggu pesanan datang dan membuatnya, itu saja" ucap Dirga.

"Itu saja? Kedengarannya mudah" ucapku.

"Kalo pelanggannya banyak, itu akan sangat susah, tapi sepertinya pelanggannya tidak terlalu banyak hari ini, jadi sedikit mudah" ucap Dirga.

"Oh, gitu ya" kataku.

"Ini, buku resep semua menu di restoran ini, untuk berjaga-jaga. Kali ini, buatlah masakan yang pernah kamu buat sebelumnya, dan masakan yang mudah, untuk masakan yang sulit, biar aku yang buat" ucap Dirga.

"Oke" ucapku.

Lalu, aku pun bekerja membantu Dirga sebagai koki pembantu.

"Gimana? enak kerja jadi koki?" tanya Becca.

"Enak sih enggak, sama aja capeknya, tapi aku seneng masak, jadi kebawa enjoy" jawabku.

"Jadi, enakan jadi koki apa pelayan" tanya Becca lagi.

"Kayaknya enakan jadi koki deh, jadi aku gak diganggu kamu terus" jawabku.

"EEHHH? Kok gitu?" ucap Becca.

Lalu, aku membantu di dapur selama 5 hari semenjak Ivan sakit. Dan di hari ke-6, Ivan sudah sembuh dan kembali bekerja, dan aku kembali menjadi pelayan.

Beberapa hari kemudian, restoran semakin sepi setiap harinya, Lalu....

"AAAHHHH bosenin banget, rasanya kayak gak kerja kalo kayak gini" ucap Becca.

"Iya, kita jadi harus lebih memprioritaskan Reina dan Nana yang bekerja paruh waktu yang lebih membutuhkan" ucap Rini.

"Aku juga pekerja paruh waktu, tapi jam kerja ku lebih banyak, jadi aku tidak terlalu membutuhkan untuk saat ini" ucapku.

"Kalo misalkan pak manajer udah menyadari ini, pasti dia akan bertindak hari ini atau besok" ucap Rini.

"Palingan yang bakal dikurangin jam kerja Rini sama Agam" ucap Becca.

"Iya" ucapku.

Dan ditengah percakapan itu, Pak Manajer tiba-tiba memanggilku.

"Agam, bisa keruangan saya sebentar?" ucap Pak Manajer.

Semuanya tiba-tiba sunyi.....

"Baik pak" jawabku.

Lalu, aku pun ke ruangan Pak Manajer bersama Pak Manajer.

"Eh? Agam mau kemana sama Pak Manajer?" tanya Reina yang baru selesai melayani.

"Agam dipanggil ke ruangan Pak Manajer" jawab Rini.

"Ada apa emangnya?" tanya Reina.

"Kemungkinan, jam kerjanya akan dipotong. Dan kemungkinan terburuknya, dia dipecat" ucap Rini.

"Kenapa? Kenapa Agam dipecat? Dia kerjanya bagus kan?" ucap Reina.

"Itu....." ucap Rini.

"Sudahlah tenang saja, Agam itu kerjanya bagus, jadi dia tidak mungkin dipecat, paling cuma dikurangi doang jam kerjanya yah. Ayo kerja lagi" ucap Becca untuk mencairkan suasana.

"Iya. Oh, Kak Becca, shiftku sudah selesai, bisa tolong gantiin aku?" ucap Reina.

"Yaudah, kamu ganti sana" ucap Becca.

"Semoga Agam gak dikeluarin" ucap Reina dalam hati.

Setelah ganti seragam dan bersiap pulang, Reina pun hendak mengucapkan selamat tinggal kepada Becca dan Rini.

"Eh? Agam masih belum selesai juga?" tanya Reina.

"Iya nih, bikin tegang aja" jawab Rini.

"Aku mau nungguin sampe Agam selesai, baru pulang deh, aku khawatir sama Agam" ucap Reina.

"Ciee... Ciee... khawatir ni yee" ucap Becca.

"E-Enggak kok, biasa aja" ucap Reina.

Lalu, aku pun keluar dari ruangan Pak Manajer bersama Pak Manajer.

"Ada yang ingin saya bicarakan tentang Agam" ucap Pak Manajer.

Semuanya seperti sudah siap menerima apapun keputusan akhirnya.

"Agam.......

.

.

.

.

.

......... dikeluarkan" ucap Pak Manajer.

Meraih MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang