Isi Hati Nana

108 4 0
                                    

Hari berikutnya, aku dan Cola kembali bekerja seperti biasa. Cola bilang, kalo pelanggan yang marah-marah kemaren gak ditahan karena kurangnya bukti, jadi dia bisa lepas.

Lalu, aku pun memberi tahu Nana tentang ini.

"Eh Na, katanya pelanggan yang kemaren itu gak jadi ditahan" ucapku pada Nana.

"I-iya, aku udah denger dari Kak Becca" ucap Nana.

"Hmpth, kenapa ya, padahal buktinya udah jelas wajah aku, apa kurang ya pukulannya" kataku.

"Ka-kamu kan gak ikut ke kantor polisinya, jadi polisinya gak tau, makanya kurang bukti. Kalaupun ikut, tetep aja gak bisa dibuktiin" ucap Nana.

"Bener juga sih" ucapku.

"Yah, untungnya mereka gak dateng hari ini" kataku.

"I-Iya" jawab Nana.

Lalu kami bekerja seperti biasa pada hari itu.

Kemudian.....

======= Besoknya =======

"Eh? Nana izin gak masuk kerja?" tanyaku kepada Becca.

"Iya, dia tadi telepon, katanya dia gak enak badan dan gak masuk kerja dulu hari ini, jadi hari ini kamu jadwalnya lebih padet ya" jawab Becca.

"Iya gak papa" ucapku.

Lalu aku pun tidak terlalu memikirkan itu dan kembali bekerja seperti biasa.

Tapi.....

======= Seminggu Kemudian =======

"Nana masih belum masuk?" tanyaku pada Becca.

"Iya, katanya dia masih belum baikan, aku jadi khawatir" jawab Becca.

"Aku juga, apa aku boleh izin dulu sebentar? Aku mau ke rumahnya" ucapku.

"Boleh kok, aku juga khawatir sama Nana" ucap Becca.

Akhirnya aku pun pergi menjenguk Nana.

Di tengah perjalanan, aku membeli buah-buahan sebagai buah tangan menjenguk orang yang sakit.

======= Sesampainya Di Rumah Nana =======

Aku hanya memencet bel dan mengetuk pintu, aku tidak memanggilnya karena dia bisa aja sadar kalo aku yang dateng ke rumahnya, dan bisa aja dia pura-pura sakit padahal nggak. [Pengalaman Penulis].

"Iya sebentar!" teriak Nana dari dalam rumah.

"Suaranya keras, kayaknya dia baik-baik aja" pikirku.

Lalu pintu pun dibuka dan Nana sedikit kaget melihatku datang ke rumahnya.

Dilihat dari wajahnya, gak pucet kok, kayaknya dia udah baikan.

"H-Hai, aku dateng mau jenguk kamu" ucapku dengan gugup, karena aku jarang banget bertamu ke rumah orang, jadi aku gak tau baiknya kayak gimana.

Lalu seketika wajahnya berubah menjadi lebih pemalu dari sebelumnya.

Setelah aku dipersilahkan masuk dan duduk, aku pun dibuatkan teh oleh Nana.

"S-Silahkan" ucap Nana.

"Makasih, padahal kamu gausah repot-repot" kataku.

Lalu aku pun meminum teh nya.

"Jadi inget restoran yah, kalo jam istirahat suka minum teh. Rasanya mirip lagi kayak yang di restoran, apa jangan-jangan itu teh punya kamu?" ucapku.

"Semua teh kan rasanya sama" ucap Nana dengan datar.

"Itu kan gua lagi mencairkan suasana woi" ucapku dalam hati.

"Y-Yaa.... iya sih....." kataku.

"Tapi kamu bener, teh di restoran itu emang aku yang pilih, dan aku yang bikin" ucap nana.

"Jadi, gimana sakit kamu? Udah mendingan?" tanyaku.

"I-Itu.... sebenernya.... iya, aku udah baikan" jawab Nana.

"Kenapa? Sepertinya kamu ada sesuatu yang dipikirin" kataku.

"E-Enggak kok, aku cuma perlu istirahat beberapa hari lagi sebelum masuk kerja seperti biasa" ucap Nana.

"Bener ya, kamu harus kerja lagi" ucapku.

"I-Iya" jawab Nana.

"Padahal aku khawatir kamu trauma dateng ke restoran gara-gara kejadian waktu itu" kataku.

"Eh?" ucap Nana kebingungan.

"Bukan cuma aku, Becca juga khawatir kamu gak mau kerja lagi disana karena tau orang itu gak jadi ditangkap" ucapku.

Lalu, Nana terdiam untuk sementara.

"Eh? Kamu kenapa?" tanyaku.

"Gam, aku mau cerita, tapi kamu janji gak kasih tau siapa-siapa ya" ucap Nana.

"Iya, cerita aja" jawabku.

"Sebenernya yang kamu bilang itu bener, aku trauma dateng ke restoran, aku bukan takut mereka dateng lagi, aku takut kamu sengaja dipukul lagi cuma demi ngelindungin aku, makanya aku takut ke restoran lagi. Dan aku pake alesan sakit buat aku biar gak masuk kerja, sebenernya aku gak sakit sama sekali, justru kamu yang harusnya sakit, malah aku yang gak masuk kerja" ucap Nana.

"Gak papa, aku udah tau kok" jawabku.

"Eh?" ucap Nana yang kebingungan.

"Sebenernya......

======= Ketika Masih Di Restoran =======

"Eh Gam, bisa jadi Nana itu cuma pura-pura sakit karena dia trauma dateng ke restoran" ucap Becca.

"Eh? Kok Gitu?" ucapku.

"Dulu juga dia pernah pura-pura sakit karena dia takut mereka bakal dateng lagi. Tapi aku gak tau alesan dia trauma nya kenapa, dan juga bisa jadi dia sakit beneran, jadi coba kamu bikin dia curhat sama kamu, OK?" ucap Becca.

"Oke!" ucapku.

.... jadi gitu ceritanya" ucapku.

"J-Jadi Kak Becca sadar kalo aku cuma pura-pura tapi gak nyalahin aku?" ucap Nana yang matanya mulai berkaca-kaca.

"Jadi, kamu jangan trauma lagi ya, tenang aja, aku gak bakal sengaja dipukul lagi kok, dan kalo mereka dateng lagi, kita semua pasti bantuin kok" kataku.

"I-Iya, makasih ya Gam, udah dengerin ceritaku" jawab Nana.

"Santai aja, yaudah aku mau balik lagi ke restoran, takutnya Becca kewalahan berdua doang sama Reina" kataku.

"I-Iya, makasih udah repot-repot dateng kesini" ucap Nana.

Lalu aku pun pamit dari rumah Nana dan kembali ke restoran.

======= Di Restoran =======

"Gimana? Nana curhat?" tanya Becca.

"Iya, dia berani buat mengeluarkan pikirannya" kataku.

"Ciee... Ciee... makin deket ni ye kalian" ucap Becca dengan nada ngeselin.

"A-Apa sih, kan kamu yang nyuruh juga" ucapku.

"Ciee... malu-malu kucing ni yee" ucap Becca sekali lagi dengan nada ngeselin.

Lalu dari arah pintu belakang, ada seseorang yang berlari ke arahku.

Tanpa peringatan apa-apa, seseorang langsung menarik kerahku dan mengancamku.

"ADA HUBUNGAN APA LU SAMA NANA HAH?" teriak seseorang yang menarik kerahku.

Aku yang kaget pun tak sempat berbicara apa-apa.





Meraih MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang