"Jadi, menurut lu gw ambil apa jangan?"
-Berpikir sejenak- "Ambil aja"
"Eh? Kenapa disuruh ambil? Bukannya nanti kalian malah makin ga bisa ketemu?"
"Ini udah jadi kesepakatan kita waktu pertama kali berencana ke kota"
-Beberapa Bulan Yang Lalu-
"Gam, pokoknya apapun yang terjadi, kalo kita dapet kesempatan buat ngeraih mimpi kita, kita harus ambil itu, apapun resikonya"
"OK, tapi emang kita udah tau mimpi kita masing-masing?"
"Sekarang mungkin belum, tapi nanti suatu saat pasti kita nemu mimpi kita"
"Dan saat itu terjadi..."
"...Kita ga boleh bilang mimpi kita satu sama lain"
"Karena..."
"...Kita harus ucapkan dengan bukti"
"Jadi, kesempatan apapun yang dikasih ke kita, kita harus ambil itu"
"Ya tapi kan ga harus bikin kalian berpisah juga"
"Mungkin kamu ada benernya, tapi..."
"...Kita ke kota ini, punya tujuan. Gak semata-mata pengen sukses doang, tapi kita pengen mewujudkan mimpi kita"
Karena diluar sana banyak orang yang merelakan impiannya demi sebuah kesuksesan. Bukan berarti SALAH menjadi sukses, tapi apa SALAHnya meraih mimpi kita. Kalo kita sukses atas impian kita, bukankah kita menjadi lebih puas dan senang?"
Banyak orang diluar sana yang bilang 'Yang penting sukses' . Pernah gak, ada yang bilang 'Yang penting mimpiku tercapai' ?. Ada, tapi ga banyak. Kenapa? Karena gak semua mimpi itu mendapatkan hasil yang bisa dibilang "Sukses". Ada banyak mimpi-mimpi yang ingin mereka capai, namun hasil dari mimpi itu tidak dapat dikatakan sebagai "Sukses", ditambah dengan tuntutan hidup yang semakin membesar seiring waktu, membuat mereka mengharuskan "Sukses" dalam artian kebutuhan hidup yang tercukupi, bukan mimpi yang tercapai.
Setelah mendengar penjelasan kita, Reina pun terdiam dan berpikir sejenak. Dia terlihat seperti bersedih. Entah kenapa aku seperti dapat merasakan perasaan sedih Reina.
"Lu bisa minta izin keluar sebentar ga?"
"Keluar kemana?"
"Kita jalan-jalan bentar, lagipula kita udah lama ga jalan-jalan bareng"
"Coba gw tanyain dulu"
Aku pun bertanya kepada Pak Manajer, kemudian beliau memperbolehkanku.
"Boleh, tapi cuma 1 jam"
"Gapapa, itu udah lebih dari cukup"
Kemudian, aku pun mengajak Reina -yang daritadi masih terdiam- untuk pergi bersama kita. Reina pun setuju, kemudian kita pun pergi bertiga ke suatu tempat.
Tempat pertama yang kita kunjungi adalah stasiun tempat pertama kita datang ke kota ini, inilah tempat semuanya berawal. Sebuah kota yang belum pernah kita kunjungi sebelumnya, kemudian kita datang ke kota ini tanpa tahu tempat, tanpa tahu arah, tanpa tahu siapa-siapa, kita hanya memiliki satu sama lain. Kita menghabiskan satu hari yang panjang dan satu malam yang dingin di kota ini. Disambut dengan ketidaknyamanan di kota ini, kita tetap bertahan sampai akhirnya bisa hidup di kota ini.
Tempat kedua yang kita kunjungi adalah Warung Nasi Goreng Mas Jo. Ini adalah tempat pertama yang kita datangi di kota ini. Untuk sedikit nostalgia, kita mampir sebentar untuk makan. Dengan sedikit candaan dan gurauan, suasana makan pun dihiasi dengan senyuman dan kebahagiaan.
"Kapan ya kita terakhir makan bertiga begini?"
"Hmm.. entahlah. Sebulanan mungkin?"
"Eh, kata siapa? 48 hari tau.."
"Eh? Beneran?"
"Eh? Beneran?"Setelah reaksi kita yang melongo terhadap ucapan Reina, kemudian dilanjutkan dengan gelak tawa yang dipenuhi kebahagiaan.
Setelah makan, kita pun melanjutkan perjalanan seperti ke taman dan pusat perbelanjaan. Intinya kita pergi ke tempat-tempat yang kita jarang pergi kesana selama datang kesini. Satu jam telah berlalu, aku harus kembali ke Restoran. Reina dan Cola pun pulang ke kosan. Aku pun melanjutkan kerja kembali, Reina datang pada sore hari, dan kita pulang pada malam hari.
Sepulang kerja, alangkah kagetnya kita melihat Cola yang tengah duduk sendirian di teras kosan.
"Akhirnya kalian pulang juga, gw dah lama nunggu"
"Ngapain disini? Lu ga kerja?"
"Gw tadi udah bilang ke Pak Bos, gw terima penawarannya. Dan dia suruh gw pulang buat siap-siap besok pagi kerumahnya bawa barang-barang gw"
"Oh gitu"
Reina buru-buru masuk ke rumahnya, entah apa yang mau dia lakuin. Aku pun menghampiri Cola yang terduduk sendirian.
"Gw mau ngomong se-"
Buru-buru aku memotong ucapannya "Gw mau mandi dulu, nanti aja ngomongnya"
Aku pun kemudian mandi dan mengganti pakaian kemudian menemui Cola di teras kosan.
"Jadi, mau ngomong apa?"
Cola bertanya kepadaku apakah aku sudah menemukan mimpiku. Aku menjawab "Belum" karena aku masih ragu-ragu tentang apa yang ingin ku capai sebenarnya. Cola pun berkata demikian. Kemudian aku menantang Cola siapa dari kita yang paling cepat dalam meraih mimpinya. Cola pun menerima tantangan itu.
"Oke, deal ya?"
"Deal". Sambil beradu kepalan tangan.
Dibawah langit malam, kita memandangi langit yang penuh dengan bintang. Kemudian, Reina pun datang menghampiri kita.
"Aku ga ketinggalan kan?"
"Ketinggalan apaan coba?"
Kemudian kita bertiga mengobrol bersama dipenuhi suasana hangat akan canda tawa ditengah dinginnya malam. Kita pun memandangi langit malam yang indah penuh dengan bintang. Ditengah obrolan, Bu Lita datang dan bergabung bersama kita di teras kosan. Bu Lita telah mendengar cerita dari Reina tentang aku dan Cola yang akan berpisah mulai dari besok. Bu Lita pun memberikan nasihat kepada aku dan Cola, tak lupa kepada Reina pula. Mendengar nasihat dari Bu Lita membuat kita semakin tenang akan kepergian masing-masing. Bu Lita memang benar-benar sosok ibu yang sangat baik, Reina mewarisi kecantikan dan kebaikan ibunya. Kecuali pas SMA sih.
Fajar pun tiba, Cola sudah bersiap-siap dengan mengemas barang-barangnya kedalam tas. Kita berulang kali memastikan tidak ada yang tertinggal. Setelah selesai siap-siap, kita pun diundang untuk sarapan bersama di rumahnya Reina. Ini mungkin menjadi sarapan bersama kita yang terakhir.
Kita bersama mengantar kepergian Cola dari kosan ini meskipun hanya beberapa meter dari kosan. Sebelum kita benar-benar berpisah, aku mengarahkan kepalan tanganku kepadanya dengan maksud untuk beradu kepalan tangan. Cola pun mengarahkan kepalan tangannya kearah kepalan tanganku. Cola pun pergi mungkin untuk selamanya dari kosan ini.
Aku berbalik badan dan melihat Reina yang tampak menahan tangis dipelukan ibunya.
"Kenapa ga pelukan sih, aneh banget. Orang mau pergi jauh juga, bukannya kasih pelukan hangat dulu kek" ucap Reina sambil tersedu-sedu.
"Untuk itu, simpan saja buat saat nanti kita ketemu lagi"
Dengan begitu, berakhirlah kisah perjalanan perantauan dua orang sahabat.
[Tamat]
KAMU SEDANG MEMBACA
Meraih Mimpi
AdventureAgam dan Cola, 2 orang siswa yang baru lulus SMA yang akan menjalani kehidupan yang sebenarnya di kota metropolitan. Beragam jalan mereka tempuh berdua melewati kejam nya arus kota dimana mereka harus bertahan demi mewujudkan mimpi mereka. Bagi seo...