Braga terhenyak bangun dari tidurnya. Mata membuka lebar. Napas tersengal-sengal. Dahi berkeringat. Apa itu tadi? Apa yang diucapkannya barusan? Ia berganti posisi ke duduk. Disekanya peluh di dahi. Memijit-mijit kepala yang terasa berdengung mau pecah.
" Siapa wanita itu?? Sekeras apapun aku berusaha mengingat. Tetap tidak ada titik temu. Aku merasa sangat familiar dengan sosok misteriusnya. Dan kalung teratai putih itu juga tidak asing. Aku pernah melihatnya di suatu tempat. Tapi dimana?" gumam Braga menutup wajah dengan frustasi. Tidak paham pada isi kepalanya sendiri.
Malam itu Braga tidak bisa lagi melanjutkan tidur. Pikirannya kacau. Ditemani kesunyian malam dan suara rintik hujan. Ia berdiri dan memandang butiran air yang tumpah ruah dari langit. Berkah pemberian Tuhan tiada tara bagi kehidupan manusia. Seandainya air hujan dapat menghanyutkan kegundahan, mungkin ia dengan senang hati berdiri diluar bermandikan air hujan.
Berdiri memandang keluar jendela kamar yang lebar, Braga memanjatkan doa dengan lirih dan hikmat." Tidak adakah jawaban untukku, wahai Tuhan? Tolong berikan aku petunjuk di tengah jalan yang serba samar ini. Jangan biarkan aku tersesat dan hilang tertelan kegelapan yang aku sendiri tidak tahu penyebabnya. Aku merasa kosong dan kehilangan."
Di kamar lain, sang ayah tidak pula mampu memejamkan mata. Firasat tidak enak terus menghantui belakangan ini. Braga sudah tahu tentang malpraktek itu. Pasti ia akan mencaritahu lebih lanjut. Rahasia yang disimpannya rapat-rapat mulai terancam.
" Dari mana Braga bisa tahu? Apakah Bara secara tidak sengaja membicarakannya pada Braga? Kalau iya, poin apa yang memicu pembicaraan tentang hal tersebut mencuat ke permukaan sekarang? Atau ada pihak lain yang mencoba menariknya dari dasar? Profesor Ilyas tidak mungkin membocorkannya, bukan? Yang tahu selain dia adalah Bastian. Lebih baik besok aku tanyakan langsung pada anak itu" pikir Gerard. Ia mulai menaruh kecurigaan pada Bastian.
Gemuruh suara petir membelah langit. Perang panas antar dokter di rumah sakit Boulevard semakin meruncing. Mereka sudah memegang kartu As masing-masing. Bisa untuk melumpuhkan. Bisa juga digunakan sebagai alat penghancur.
Rumah sakit Boulevard pukul 07:30. Pagi yang segar dengan udara sejuk bekas diguyur hujan tengah malam. Tanpa memandang berasal dari team mana dan mana. Para dokter divisi jantung saling bertegur sapa satu sama lain.
Atthar, Dastan, Bumi, Takhrit, Azka dan Cecillia memasuki gedung divisi jantung bersama-sama. Di tengah suasana normal seperti biasa, dari arah parkiran ada pemandangan baru yang tidak biasa. Dua orang dokter yang sangat mereka kenal, berjalan beriringan. Bahasa tubuh dan mimik wajahnya menyiratkan keintiman yang istimewa. Keserasian chemistry mereka memancar. Senyuman dan binar mata bahagia sarat cinta menghiasi wajah rupawan keduanya. Ditambah lengan sang wanita yang mengalung lembut pada lengan kokoh sang pria mempererat kontak fisik mereka. Serabun apapun mata orang yang memandang pasti akan segera tahu. Ada kedekatan khusus diantara si pria dan wanita.
Keenam dokter divisi jantung itu terpana. Dari jendela kaca bening gedung, mereka menatap pemandangan 'ganjil' dari area parkir. Seakan-akan melihat kemunculan alien dari luar angkasa di film-film NASA. Kenapa dua musuh bebuyutan itu bisa berubah drastis seinstant mie rebus? Pikir mereka.
Bara dan Irina sadar menjadi pusat perhatian. Hanya saling bertukar pandang dan tersenyum penuh arti. Paham betul akan terjadi kehebohan massal. Berjalan menghampiri kelima rekan mereka yang saat ini bertampang seperti orang idiot.
" Pagi" sapa Irina singkat.
" Pagi. Ada apa dengan wajah kalian? Seperti sedang melihat makhluk gaib saja" ujar Bara tenang seperti tidak merasa melakukan sesuatu yang 'luar biasa'.
" Kalian berdua datang bersama-sama?" Tanya Atthar dengan tampang dungu.
" Iya. Memang kenapa?" Jawab Irina sok tidak paham arah pertanyaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boulevard Revenge
Science FictionIrina lulus dari pendidikannya dan meraih gelar dokter spesialis bedah Thoraks Kardiovaskular di umur yang relatif muda. Ia pun bergabung menjadi salah satu dokter bedah jantung di Boulevard International Hospital. Rumah sakit berlambang daun maple...