" Bragaa!!" Jerit kekagetan empat dokter Boulevard menyaksikan reuni memilukan sepasang insan yang dipisahkan secara paksa oleh nasib dan keegoisan orang tua.
Bara dan Bastian berlari menghampiri dan menopang tubuh Braga yang ambruk tak sadarkan diri lalu menariknya agar tidak membebani Joanna. Edel dan Irina yang sama kagetnya ikut menghampiri.
Rasa khawatir menghinggapi diri Joanna. Dia tidak menyangka kondisi pria yang dicintainya bisa sampai seburuk ini. Muncul pikiran yang mempertanyakan apakah keputusan untuk meninggalkan Braga adalah pilihan yang sudah tepat? Ia tidak tahu jawaban apa yang akan menyahut dipersimpangan jalan.
Pandangan Joanna tidak bisa lepas dari Braga yang tampak tak berdaya dalam rengkuhan Bara dan Bastian. Keadaan memaksa mereka untuk berpisah. Tak ada restu untuk dapat bersatu. Ia takut jika keberadaan Cedric diketahui lalu jadi pusat perhatian pria yang seharusnya bisa anak itu panggil dengan sebutan kakek. Kebencian Gerard membuat ia takut. Takut Cedric akan dirampas seperti saat Braga ditarik paksa dari sisinya.
" Aku harus menahan perasaanku. Begitu Braga dibawa pergi dari sini, selesai pula pertemuan kami. Demi mempertahankan Cedric tak ada pilihan lain. Maafkan aku, Braga. Mungkin kita tidak ditakdirkan untuk bersatu saat ini atau pun nanti , aku tidak tahu. Suatu saat aku pasti akan mempertemukanmu dengan Cedric tapi tidak sekarang. Kamu tidak siap begitu juga aku." Ratapan hati Joanna. Terasa sungguh menyiksa.
" Maaf, Joanna. Kami harus segera membawa Braga kembali ke rumah sakit. Braga perlu mendapatkan pemeriksaan dan tindakan cepat. Takut kondisinya serius dan fatal." Ujar Bara memberikan penjelasan.
" Tak apa. Bawalah dia ke tempat yang seharusnya. Tidak usah memikirkanku. Keselamatan Braga lebih penting." Jawab wanita berkalung teratai putih itu dengan senyum setengah terpaksa.
" Kamu tidak ikut dengan kami ke rumah sakit? Kamu bisa menemani Braga sampai nanti dia siuman?" Irina menawarkan.
Joanna terdiam mendengar pertanyaan Irina. Dia sangat ingin pergi menemani. Dia ingin tahu kondisi Braga. Ingin mendampingi pria yang dicintainya. Pria yang tak terlupakan bahkan setelah melewati waktu panjang. Bagai berada di gurun pasir yang luas dan kering. Sendirian. Ditemani luka dan nestapa.
Mata Edel memicing menatap gelagat aneh pada diri Joanna. Wanita ini seperti menahan sesuatu. Ada kesan protective. Pada siapa? Braga? Ah, bukan sepertinya. Justru setiap ingin menyentuh Braga wanita ini ragu dan takut. Bahasa tubuh dan mimik wajahnya juga menunjukkan orang yang berada di tengah keputusan sulit. Dia menduga ada rahasia yang disembunyikan oleh Joanna.
Mata Joanna tanpa sadar melirik ke arah kamar Cedric. Bimbang antara ikut atau tinggal. Bagaimana Cedric kalau ia ikut? Pikir Joanna. Kebimbangan ganjil itu berhasil tertangkap oleh mata laser Edel. Dia ikuti arah lirikan mata Joanna. Menajamkan pandangan ke arah kamar tempat keberadaan putera Braga. Sekilas wajah tampan anak itu terlihat.
Terkejut dirinya diperhatikan, Cedric menutup jendela dengan tirai cokelat mocca kamarnya.
" Siapa? Barusan aku melihat ada orang dibalik gorden. Seorang anak laki-laki. Siapa dia? Kerabat Joanna? Atau anaknya?" Gumam Edel dalam hati. Menebak-nebak identitas Cedric.
Perasaan cinta yang cukup kuat menggiring Joanna kepada pilihan untuk ikut. Sambil terus menatap wajah tak berdaya Braga, Joanna mengambil keputusan sulit namun mantap. " Baiklah. Aku akan ikut ke rumah sakit. Menemani Braga hingga siuman" Jawabnya.
" That's great. Banyak yang perlu kalian bicarakan setelah dia siuman. Right? " sahut Bastian cukup puas dengan jawaban Joanna. Dia tahu Braga membutuhkan kehadiran Joanna saat ia sadar nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boulevard Revenge
Science FictionIrina lulus dari pendidikannya dan meraih gelar dokter spesialis bedah Thoraks Kardiovaskular di umur yang relatif muda. Ia pun bergabung menjadi salah satu dokter bedah jantung di Boulevard International Hospital. Rumah sakit berlambang daun maple...