Bukan hanya Irina yang terkejut. Bara dan Villan sama kagetnya melihat kedatangan Irina yang tidak disangka - sangka. Secara otomatis Bara melepaskan kedua tangan Villan.
" Irina?" gumamnya menatap gadis itu. Dia tahu Irina telah salah paham melihat pelukan tadi. Villan membekap mulutnya saking terkejut. Bingung harus bagaimana ditengah kesalahpahaman yang terjadi. Irina berbalik dan berlari pergi.
" Irinaaa!!" panggil Bara mengejarnya.
" Kenapa aku harus melihat situasi seperti tadi? Kenapa aku tiba di saat yang tidak tepat? Kenapa juga aku masih berharap Bara akan menunggu setelah perlakuan dan penolakanku tempo hari? Bodoh. Kamu bodoh Irina! Sudah pasti dia akan melupakanmu detik itu juga. Untuk apa mengharapkan wanita yang secara terang - terangan lebih memilih kakaknya ketimbang dia? Wajar. Sangat wajar! Satu - satunya yang saat ini tidak wajar adalah pikiranku!" sambil berlari, Irina bergumam sendiri. Tentang betapa bodoh harapannya saat mencari Bara ke atap tadi. Berharap permintaan maafnya akan mengembalikan pria itu ke pelukannya. Lihat apa hasilnya? Pikiran naif itu berubah jadi mimpi konyol yang berbalik menyakiti dirinya sendiri. Seperti ABG saja, rutuknya dalam hati.
" Tunggu!! Irinaa!!" suara Bara memanggilnya. Dalam satu kali sentakan, dia berhasil menggapai tangan Irina dan menarik gadis itu ke hadapannya. Dia Terkejut. Melihat hasil perbuatannya yang bisa membuat wanita setegar Irina menangis.
" Jangan salah paham. Apa yang kamu lihat, tidak seperti yang kamu sangka. Villan hanya mengucapkan perpisahannya untuk. ." Belum selesai penjelasan terlontar dari mulutnya, Irina sudah memotong.
" Buat apa? Perpisahan untuk apa? Lagipula kamu tidak perlu menjelaskannya padaku. Sekalipun itu memang berarti lebih untukmu dan dia, itu bukan hak ku untuk marah. Tidak usah memikirkan perasaan atau anggapanku" ujar Irina menampik isi hatinya sendiri. Mulutnya bisa mengucapkan sejuta kalimat sangkalan tapi matanya tidak bisa menutupi kesedihan yang tampak jelas di pelupuk matanya. Kepalanya panas. Luapan emosi mengganjal di hatinya.
" Butuh atau tidak, aku tetap akan menjelaskan kejadian yang sebenarnya padamu. Aku tidak mau kamu salah paham. Aku dan Villan tidak ada apa - apa. Apa kamu tidak perlu memberikan penjelasan juga? Kamu ke atap tadi untuk menemuiku, kan?" Bara membalikkan pertanyaan. Dia langsung menangkap maksud kemunculan Irina di atap tadi adalah untuk menemuinya. Hanya Bastian yang tahu dia sedang berada di atap. Itu artinya, sebelum ke atap, dia sudah mendatangi kantornya terlebih dahulu dimana sahabatnya itu sedang membaca sisa - sisa berkas kronologi malpraktek yang masih disimpan olehnya.
" Aku, tidak mencarimu. Tadi aku cuma ingin menenangkan pikiranku tapi tidak disangka justru melihat yang tidak ingin kulihat. Maaf kalau sudah mengganggu. Permisi" Jawab Irina lalu melengos pergi.
Bukannya marah atau bingung yang dirasakan Bara saat mendengar jawaban itu. Dia tersenyum senang karena merasakan kecemburuan Irina. Dikejarnya gadis itu dan dihadangnya dari depan.
" Kamu cemburu?" tanya Bara. Menahan sebagian senyumnya.
" Tidak! Buat apa aku cemburu? Kamu saja yang terlalu percaya diri" sahut Irina. Ketus.
" Lalu kenapa wajahmu ditekuk dan nada bicaramu seketus itu padaku? Wajahmu sangat mudah dibaca, Irina" tambah Bara yang semakin senang melihat gadis dihadapannya bertambah kesal.
" Kamu yang salah membaca ekspresiku. Sudah. Aku ingin kembali ke kantorku. Permisi. Jangan halangi jalanku!" Bentaknya membebaskan diri dari Bara. Berjalan buru - buru meninggalkan laki - laki jangkung yang sedang tertawa ringan akibat tingkah kekanak - kanakannya. Bara pun berjalan mengikuti Irina.
Dari belakang, Villan memperhatikan interaksi keduanya. Awan mendung mengitari bersama kesukaran yang sedang dirasakan wanita bertinggi 170an itu. Dia tahu dirinya telah kalah telak dan tidak ada lagi celah untuk mendapatkan hati Bara. Dengan linangan air mata di kedua pelupuk mata, wanita blasteran Amerika itu mencoba merelakan cintanya yang tidak sanggup dipertahankan lagi. Seperti melepaskan merpati yang sudah memberontak ingin terbang bebas di angkasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boulevard Revenge
Science FictionIrina lulus dari pendidikannya dan meraih gelar dokter spesialis bedah Thoraks Kardiovaskular di umur yang relatif muda. Ia pun bergabung menjadi salah satu dokter bedah jantung di Boulevard International Hospital. Rumah sakit berlambang daun maple...