Di sebuah kafe bernuansa classic tempo dulu dengan aroma cokelat dan kopi yang harum seorang wanita muda duduk di bangku kayu panjang berwarna cokelat, tengah menunggu kedatangan seseorang.
Wanita berparas cantik. Kulitnya putih bersih, bermata bulat, hidungnya mancung, dengan rambut bob pendek warna kecokelatan. Meski tanpa polesan make up, wajah mulusnya memancarkan kecantikan beraura melankolis.
Kemeja pink warna lembut dipadu dengan rok mini selutut warna pastel, wanita itu menunggu rekannya sambil menikmati segelas kopi panas.
Sambil memainkan kakinya yang menggunakan higheels setinggi 10 centi, wanita bertubuh kecil itu mendengarkan musik dari ipod putih kesayangannya. Headset putih terpasang dikedua telinga. Mulut bersenandung ringan melantunkan lirik lagu yang sedang dinikmatinya.
Nama lengkap wanita itu, Irina Aruna Yasmine atau lebih akrab disapa Irina. Dokter muda bergelar spesialis bedah Thoraks Kardiovaskular. Umurnya 27 tahun. Pembawaan tenang namun tegas dapat terlihat jelas di raut wajah khas wanita Sunda. Irina memiliki hobi membaca dan mendengarkan musik slow. Jangan sekali-kali mengganggunya saat sedang membaca kalau tidak mau keki karena tidak diacuhkan olehnya.
Tak lama muncul wanita lain memasuki kafe. Kacamata cokelat. Highheels setinggi 7 centi. Kaus putih polos dipadu blezer hitam. Rok pendek warna putih gading menjadi pilihan yang tepat pada tata busana wanita itu. Dengan langkah mantap berjalan menghampiri Irina dan duduk dikursi seberang.
"Hai, Rin. Sorry agak lama. Biasa tadi anakku agak rewel." Kata wanita berpostur kecil dengan rambut sebahu warna kemerahan itu. Melepas kacamatanya, memamerkan kecantikan alami khas perempuan Jawa.
Wanita berhidung bangir diseberang Irina itu bernama Edelwiss Denfort. Akrab dipanggil Edel. Psikiater handal bernama asli Edelwiss Hanum Banowati sebelum menikah dengan pria berdarah campuran Amerika. Salah satu dokter di rumah sakit swasta ternama dengan nama Boulevard International Hospital.
" Tidak apa-apa, Del. Vino bagaimana kabarnya?"tanya Irina melepas headset di kedua telinganya.
" Kamu belum pernah ketemu anakku, kan? Kamu tidak datang dipernikahanku. Tidak datang juga waktu anakku lahir. Kemana saja sih kamu?" keluh Edel.
Dokter Edel memiliki seorang anak laki - laki berumur 2 tahun bernama Alvino Logan Denfort. Dipanggil Vino.
" Maaf. Aku tidak mengabarimu. Aku fokus ambil spesialis. Kan kamu tahu aku ingin sekali jadi spesialis bedah jantunh. By the way, anakmu pasti cakep dan bule kayak bapaknya, ya?"tanya Irina mengalihkan pembicaraan.
"Ya iyalah mirip suamiku. Kan dia bapaknya. Kalau tidak mirip bisa dipertanyakan dong" sahut Edel setengah tertawa.
Irina ikut tertawa mendengar candaan sahabatnya dari SMAnya itu.
"Kamu sungguh-sungguh mau gabung di rumah sakit tempatku sekarang?"tanya Edel.
"Iya serius. .siapa juga dokter yg gak mau gabung di rumah sakit tempatmu itu..rumah sakit ternama berstandart internasional. .Boulevard tempat paling diincar oleh dokter - dokter spesialis bedah jantung Del. ."jawab Irina sambil meminum kopinya
Pelayan mengatarkan pesanan Edel dan pergi
"Kalau itu keputusanmu ya aku rasa dari segi kemampuan kemungkinan besar kamu bisa lolos. .kita lagi kekurangan spesialis bedah TKV perempuan loh. .bisa jadi kesempatan emas buatmu"kata Edel sambil mengaduk cokelat panasnya
"Iya aku juga berharap banget sama kesempatan ini...kesukaanmu gak berubah ya?. .cokelat"kata Irina heran melihat hobby sahabatnya itu
"Ini enak. .Bastian juga gak pernah protes selama gak over aja. .lagi pula makanan dan minuman manis itu bisa menstimulasi pikiran jadi bahagia. ."kata Edel mulai mengeluarkan ilmu psikiaternya
KAMU SEDANG MEMBACA
Boulevard Revenge
Science-FictionIrina lulus dari pendidikannya dan meraih gelar dokter spesialis bedah Thoraks Kardiovaskular di umur yang relatif muda. Ia pun bergabung menjadi salah satu dokter bedah jantung di Boulevard International Hospital. Rumah sakit berlambang daun maple...