Jigzaw Puzzle

75.7K 3.9K 124
                                    

Malam hari di kediaman keluarga Witchlock. Rumah megah dengan arsitektur classic mediteran. Dikelilingi kebun luas berkonsep garden hill dan mediteran park. Nuansa putih dan gold menyatu dengan sempurna pada setiap detail bangunan kokoh itu. Pancuran air besar berdiri tegak ditengah putaran jalan masuk depan. Berhias kilauan cahaya lampu membuat air yang mengalir bagaikan kristal - kristal bening yang beriringan.

Dibagian belakang, membentang perkebunan luas nan hijau. Berbagai jenis bunga sampai tanaman obat terhampar subur di tanah bergaya perkebunan Amerika. Di salah satu sudutnya, berdiri seorang laki - laki berpostur jangkung dengan rambut kecokelatan. Mengenakan kaus berlengan panjang berwarna putih salju dan celana panjang putih. Wajah rupawannya tampak bersih dibawah pancaran sinar rembulan. Terlihat guratan kesukaran yang nyata dan kebimbangan tersirat di kedua matanya.

Braga memandangi kumpulan bunga mawar putih. Tampak sedang ada yang mengganggu pikiran laki - laki berhidung mancung itu. Bunga mawar putih merupakan bunga kesukaan sang ibunda. Disentuhnya bunga bermakna cinta suci itu lalu di petiknya setangkai.

"Mother. Kenapa belakangan ini aku merasa ada hal buruk yang akan terjadi? Tidak bisakah engkau memberitahuku rahasia Tuhan selanjutnya? Untukku, untuk ayah dan untuk Bara. Ada rasa sesak yang entah dari mana asalnya. Apa aku mulai gila, Mom?" gumam Braga menatap sedih sang bunga. Curahan hati tentang hal buruk yang akan terjadi itu memang akan menjadi kenyataan. Cepat atau lambat.

Hari itu first asistant Team 1 dan Team 3 telah ditukar. Dastan yang menggantikan posisi Irina di team 1 sebagai asisten Bara. Hal ini mengundang tanda tanya besar di kalangan dokter divisi jantung. Isu tentang perselisihan sampai affair antara Irina, Bara, Villan dan Braga pun mencuat ke permukaan. Tidak hanya di kalangan dokter saja sampai para staff dan perawat pun membicarakannya. Bara tidak mau ambil pusing dengan semua bisik - bisik yang merebak di belakang punggungnya. Dia sedang fokus untuk mengumpulkan informasi terkait kasus malpraktek 10 tahun lalu. Meski harus menekan hasratnya saat berpapasan dengan Irina atau Braga.

Bara berjalan menuju ruang kerja profesor Ilyas. Langkah lebarnya berhenti tepat di depan pintu bertuliskan 'Profesor Dr.Ilyas Gustav Sp.BTKV M.Kes'. Mempertimbangkan segala kemungkinan yang akan terjadi setelah dia melangkahkan kaki masuk ke dalam. Situasi mungkin akan memburuk dan semakin tidak terkendali setelah dia mengatakan apa yang akan dia katakan nanti. Tapi tekadnya sudah bulat untuk mengakhiri semua permasalahan tersembunyi ini. Semuanya harus selesai! Gumamnya dalam hati. Bara pun mengetuk pintunya.

"Masuk" jawaban dari dalam.

Dia membuka pintu dan masuk. Di dalam profesor Ilyas tengah sibuk di depan laptop hitamnya. Saat melihat siapa yang datang, ia sempat terkejut. Kemudian menatap dokter bedah jantung bertangan dingin itu dengan ekspresi senang yang sedikit dipaksakan.

" Bara. Tumben sekali kamu mengunjungiku di waktu seawal ini. Ada hal penting apa?" tanya profesor Ilyas berbasa basi. Matanya tetap tidak bisa membohongi Bara bahwa ada kewaspadaan tersirat disinar mata hangat itu.

" Ada yang ingin saya bicarakan dengan anda, profesor. Bisa saya minta waktu anda sebentar?" Bara mengutarakan niatnya tanpa ragu.

Mimik wajah profesor Ilyas berubah serius. Mengangguk dan mempersilahkannya untuk duduk. Dihampirinya sofa berwarna cokelat kopi di seberang Bara lalu duduk menunggu pembicaraan dimulai.

" Saya ingin menanyakan tentang kasus malpraktek 10 tahun lalu. Apakah saat itu ada dua malpraktek yang dilakukan secara bersamaan dengan nama pasien yang sama yaitu Arya Wiguna? Benarkah seperti itu, profesor?" Bara memulai pertanyaannya.

Mendengar pertanyaan yang sudah diduganya sejak pertama kali tamu tak terduga itu menginjakkan kaki di kantornya, cukup membuatnya terkesan. Ternyata anak ini sudah tahu. Apakah dia juga tahu bahwa Irina adalah anak salah satu korbannya? Pikiran tentang jati diri Irina terlintas dibenakknya.

Boulevard RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang