ternyata bukan dia

44 8 0
                                    

Gadis dengan rambut kepang satu itu mengeratkan kembali tasnya yang tadi hanya dia selempangkan di bahu kanannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis dengan rambut kepang satu itu mengeratkan kembali tasnya yang tadi hanya dia selempangkan di bahu kanannya. Berdecak sembari menatap gerbang beton yang menjulang tinggi, gerbang itu masih terkunci, bisa dilihat dari rantai yang bertaut dengan gembok besar di ujung pagar beton itu.

Sheila menggerakkan kakinya kesana dan kemari, mencari ide untuk bisa memasuki sekolahnya, jam menunjukan pukul 5 lewat 20 menit, pantas saja gerbang sekolah masih terkunci. Dia mengintip dari cela-cela pagar beton, dan untung saja nasib baik sedang memihak kepadanya, penjaga sekolah sudah berada di posnya sambil memakan roti  ditemani dengan segelas kopi.

"Pak, bukain dong pintunya" pinta gadis itu dengan suara cemprengnya. Penjaga sekolah yang tadi tengah memakan sarapannya langsung menoleh ke arah asal suara cempreng Sheila, dia bergegas dan berlari mendekat ke arah Sheila,memicingkan matanya sejenak.

"Non Sheila, ngapain sepagi ini udah ada di sekolah?" tanya penjaga sekolah.

Gadis itu menggaruk pangkal hidungnya,  bingung harus menjawab apa, tidak mungkinkan dia mengatakan bahwa dia datang sepagi ini karena ingin menghindari Arga, nanti di kira Sheila ada macam-macam lagi dengan Arga. Sheila hanya ingin menghindari Arga seperti apa yang lelaki itu katakan kepadanya.

"Em ada perlu pak,  boleh ya" katanya dengan menyatukan kedua tangan memohon. Penjaga sekolah menggelengkan kepalanya "Iya non, bentar saya buka dulu gerbangnya"

"Makasih pak" ucap Sheila lalu berlari kecil memasuki area sekolah yang terbilang cukup bahkan sangat luas.

Sheila memelankan langkahnya saat dia berada di depan kelas Arga. Hanya melihat kelasnya saja sudah mengingatkannya akan Arga. Sheila menggeleng sembari memijit pangkal hidungnya, Sheila sudah berniat dari kemarin untuk move on tapi emang dasarnya Sheila lemah baru melihat kelas Arga saja membuatnya gagal move on.

Gadis itu menggelengkan kepalanya, melangkahkan kembali kaki jenjangnya meninggalkan kelas Arga, saat belum sepenuhnya kaki miliknya melangkah, suara rintihan seseorang menghentikan dirinya.

Suara itu semakin lirih membuat Sheila semakin penasaran dengan asal suara itu,  dilihatnya sekeliling dan rupanya asal suara itu berada dari kelas Arga. Dengan tangan bergetar gadis itu terus melancarkan aksinya membuka knop pintu kelas 12 ipa 1.

Saat sepenuhnya pintu telah terbuka, Sheila tidak langsung mendekat ke arah gadis yang tengah melipat tangan juga kakinya dengan kepala yang merunduk. Sheila memperhatikan perempuan yang tengah menangis itu dari kepala sampai kakinya, tidak ada keanehan, sepertinya dia memang manusia bukan jin dan semacamnya pikirnya.

"Kamu kenapa? " tanya Sheila. Gadis itu menggeleng tanpa menoleh sedikit pun ke arah Sheila.  Sheila berjongkok mendekat ke arah wanita bercardingan ungu itu,  dia mengusap punggung gadis itu.
"Kamu bisa cerita sama aku kalau misalnya kamu ada masalah" ujar Sheila dengan tangan yang masih setia mengusap lembut punggung gadis itu.

DREAM IS FUTURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang