*PERJANJIAN*

48 11 1
                                    

"Lebih baik merasa dicintai dari pada tidak dicintai sama sekali"

Pagi hari disambut dengan senyum indah seorang
gadis berbando hello kitty, senyum indah itu tak pernah pudar dari bibir mungilnya.

Dia berjalan dengan sangat bahagianya sambil sesekali menyanyikan lagu si patu bolang, dia menyusuri koridor menuju kelas sang pujaan hati dan tak lupa dia menyapa setiap orang yang berpapasan dengannya dijalan.

"Selamat pagi kak Arga, semoga hari kak Arga menyenangkan" Arga melihat sekilas kearah Sheila dengan tatapan dinginnya setelah itu berlalu tanpa sepatah kata pun.

Sheila tidak tinggal diam, dia menyamakan langkah Arga lalu berdiri dengan tangan bersedekap tepat dihadapan Arga.

"Ih kak Arga kok diam aja si, sariawan ya?" lagi lagi Arga menggeleng lalu berusaha pergi dari hadapan Sheila namun bukan Sheila namanya kalau tidak keras kepala.

"Gue mau lewat, awas!" Sheila tetap kekeh atas pendiriannya. Dia merentangkan tangannya sambil memanyunkan bibirnya namun tak lama dia kembali mengembangkan senyumnya.

"Kak Arga mau lewat?" tanya Sheila membuat Arga mendengus kesal

"Menurut lo?"

"Kalau kak Arga mau lewat ada syaratnya" ucap Sheila sambil tersenyum licik.

"Apa?" ucap Arga tak mau berlama-lama sambil memutar bola matanya malas.

"Morning kiss dulu" ucap Sheila sambil menunjuk-nunjuk pipinya.

"Gila lo!" ucap Arga ngegas sambil menoyor kening Sheila dan untung saja tidak ada yang memperhatikan, jika ada mereka pasti Arga ada scandal dengan adik kelas yang aenang sekali mengganggunya.

"Yaudah kalau kak Arga enggak mau, Sheila bakalan tetap halangi jalan kak Arga"

"Ini sekolah, jangan aneh-aneh"

"Kan enggak ada yang lihat"

"Itu apa?" Arga menunjuk sekumpulan teman-temannya yang ada didalam kelas.

Sheila menggaruk tengkuknya sambil cengengesan.

"T...tapi kan pada sibuk ngerjain urusan masing-masing enggak ada yang ngelihat ke arah kita" ucap Sheila tak pantang menyerah.

"Pokoknya gue enggak mau, terserah lo mau tetap berdiri disitu, paling lo yan.." ucap Arga tertahan saat tiba-tiba Arga merasakan sentuhan basah dan lembut yang mendarat di pipi kanannya.

"Maaf kak, sengaja" ucap Sheila dari kejauhan sambil menutup mulutnya dengan pipi yang memerah dan jangan lupakan ekspresi Arga yang melotot ke arah Sheila sambil memegang pipi kanannya.

Tak lama kemudian Arga tersadar akan lamunannya saat mendengar langkah kaki yang mendekat ke arahnya.

"Oh, jadi lo pacar barunya Sheila" Arga menoleh kearah sumber suara.

"Lo?" Arga tidak menjawab pertanyaan yang tidak penting itu namun dia mencoba mengingat seseorang yang ada dihadapannya, dia pernah melihatnya tapi dimana dan kapan.

Seolah dia dapat membaca raut wajah Arga yang bertanya-tanya, Rico mengulurkan tangannya ke Arga.

"Gue Rico, kita pernah bertemu di kantin" Arga tidak membalas uluran tangan Rico, Arga hanya melirik tangan Rico lalu menatap Kembali raut wajah Rico dengan tatapan dinginnya.

"Gue mau ngajak lo tanding basket" Arga menyerngit mendengar pernyataan Rico.

"Kita baru kenal dan lo udah ngajak gue tanding basket, maksud lo apa?"

"Lo takut?" Arga mengepalkan tangannya.

Sedari tadi dia menahan emosinya untuk tidak meladeni orang seperti Rico namun sepertinya orang seperti Rico tidak mempan untuk diberitahu dengan cara yang baik-baik.

"Tenang bro, kita anggap ini sebagai perkenalan, gue juga punya aturan untuk permainan ini, yang menang akan diberikan satu permintaan, lo setuju?"

Baiklah, Arga sudah muak mendengar perkataan Rico lebih baik dia mengiyakan saja apa yang Rico katakan.

"Ok bro, gue tunggu lo dilapangan basket waktu jam istirahat" Rico menepuk pundak Arga lalu pergi dengan kedua tangan yang dimasukkan kedalam kantung celananya sambil menampilkan smirk andalannya.

*******

"Arghh , gue malu banget, ni lagi pakek acara nyosor-nyosor aja" Sheila memukul bibirnya pelan sambil mendudukkan bokongnya.

Miska yang sedari tadi bergosip dengan Yola menghentikan aktifitasnya lalu menoleh ke arah Sheila.

"Lo kenapa Shei, sakit?" Miska meletakkan tangannya ke kening Sheila lalu ke pantatnya.

"Wah sama panasnya" Sheila mendengus mendengar penuturan Miska yang membuat emosinya semakin meletup-letup.

Miska yang peka terhadap perubahan wajah Sheila pun mengembangkan senyum cengengesannya.

"Maaf Shei, lo kenapa?" Sheila menarik nafasnya dan menghembuskannya.

"Janji lo jangan teriak?" Sheila menautkan kelingkingnya pada Miska sebagai tanda perjanjian.

"Tadi gue nyium kak Arga"

"WHAT NYIUM KAK ARGA!" Sheila menutup mulut Miska dengan satu tangannya dan satu tangannya lagi menutup mukanya menahan malu.

Anak-anak yang ada dikelas Sheila langsung menatap ke arah Sheila dan Miska sambil berbisik-bisik menanyakan apakah maksud perkataan Miksa yang ambigu.

"Sheila nyium kak Arga ya?"

"Kak Arga kali yang nyium Sheila"

"Paling Sheila tu yang nyosor, tau sendiri kita-kita kak Arga itu gimana?"

Begitulah bisik-bisik yang terdengar, 80 persen dari mereka percaya, bahwa Sheila lah yang mencium Arga duluan, tapi memang itu kebenarannya, sksksksk

"Lo sih!" Miska menggaruk tengkuknya yang tidak gatal lalu menyatukan kedua tangannya memohon ampun.

"Maaf Shei, gue enggak sengaja,, emang dasar gue mulut ember" ucapnya menepuk mulutnya dengan tangan.

"Jadi gimana ini?"

"Tenang Shei, biar gue yang urus, gue yang memulai gue juga yang harus mengakhiri" ucap miska lalu beranjak dari kursinya dan berdiri di atas kursi didepan papan tulis.

"Harap diam semua!" seketika kelas menjadi hening akibat suara toa yang dihasilkan oleh Miska dan tak disangka hal tersebut dapat membangunkan sang pangeran tidur yaitu Revan dan Rico.

"Apaan si dugong ganggu gue tidur aja, lo merusak mimpi indah gue tau, hampir aja gue mau kawin lari sama syahrini"

Miska tak menggubris perkataan Revan, kini miska hanya fokus akan satu tujuannya yaitu membenarkan nama baik Sheila yang rusak akibatnya, waw impresif.

"jadi yang kalian dengar tentang kak Arga itu salah yang sebenarnya terjadi itu bukan Arga ketua osis kita tapi Arga tetangga Sheila, tetangga Sheila semalem ciuman sama pacarnya".

Satu kelas pun membenarkan perkataan Miska, Miska kembali ke bangkunya dengan keadaan lega namun Revan menahan tangannya.

"Cerita sama gue apa yang terjadi, gue tau tadi lo bohong" bisik Revan.

"Apaan sih, gue jujur kali" Revan melepaskan tangan Miska namun tidak sepenuhnya dia percaya atas perkataan Miska.

TBC

*Akhirnya up untuk sekian lama, huaaa














DREAM IS FUTURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang