"Jadi si laknat itu yang nampar lu tadi?! Brengsek emang tuh orang! Kagak ada puas-puasnya nyakitin lu!" Teriak Gisel emosi.
"Tapi, gue masih ga percaya. Jadi Wira yang....."
Ya ya ya. Gue emang udah cerita ke Janice dan Gisel tentang kejadian tadi. Tentang 'TRIPLE DAMN' yang sukses membuat satu hari gue hancur berantakan! Dan... Benar kan? Udah gue bilang, ga akan ada yang percaya kalau Wira yang nolongin gue!
"Dia kan... Dingin ga tertembus gitu. Lu tau sendiri julukan dia. Prince of ice lah, atau apalah itu. Makanyaa.... Biasa juga cewek yang deketin dia. Ga mungkin banget dia yang nyamperin duluan! Pernah ada kok cewek yang pingsan di samping dia, terus ga dipeduliin. Lah lu...? Kok bisa Wira......?"
"Terserah mau percaya ato engga. Yang jelas, kuliah selanjutnya masih lama kan? Gue ke perpus deh. Ngantuk. Kuliah tadi gue ga sempet istirahat. Gue mau tidur bentar aja... Bye!" Potong gue cepat lalu pamit.
Setidaknya, dua temen gue itu udah puas mendengar penjelasan dari cerita gue dan ga akan nodong gue lagi. Memang tadi itu cukup heboh. Dosen paling cuek bikin gue jadi sorotan satu kelas dan akhirnya membuat gue malu sendiri dengan apa yang terjadi sama diri gue. Huff! Ini semua gara-gara orang itu! Sekarang.....
Gue...
Butuh...
Tidur!
Tapi sialnya, baru aja jalan sampai di belokan, orang itu muncul lagi. Kayaknya gue ga lagi mau tumbang. Gue juga ga butuh bantuan. Ngapain lagi sih orang ini di hadapan gue lagi? Mau minta maaf?! Kayaknya ga mungkin!
Ah, mungkin dia cuma mau lewat. Bukan berarti dia mau nyamperin gue kan?
"Permisi..." Kata gue lalu lewat di sampingnya.
Gue ngantukkk.... Gue capek dan lelah! Gue hanya mau tidur sekarang.
"Kesss!"
Jangan bilang kalau ini suara dia. Yah, pasti bukan lah ya! Ini pasti efek saking kecapekannya, makanya gue berhalusinasi.
"Kessssss!"
Astaga, ini horor banget!
Sebaiknya gue berjalan lebih cepat ke arah perpustakaan. Efek kecapekan sungguh luar biasa. Bahkan gue ngerasa suaranya nyata banget. Mungkin ini tanda-tanda gue bakal mendekati ajal!
"Tunggu Kesha!"
Oke, ini bukan halusinasi. Ini benar-benar Wira yang memanggil gue, bahkan mencekal tangan gue. INI NYATA!
Tapi mau apalagi dia? Manggil gue di koridor kampus sama aja artinya nambah 'damn' di satu hari ini. Orang-orang kan selalu melirik Wira kemana pun dia berada. Fansnya bertebaran! Nasib gue nantinya gimana kalau sampai diapa-apain sama fansnya?!
Dan juga... Memangnya gue harus dapet berapa banyak 'damn' sih hari ini?!
"What?!"
"Siapa yang nampar lu?" Tanyanya baik-baik.
"Orang?" Jawabku sekenanya.
"Siapa?"
"Lu mau tau?"
"Ya."
"Peduli lu apa? Lu dosen gue?"
"Just tell me."
"Sorry, tapi jangan sok kenal sama gue. Kita emang sekelas, tapi gue paling anti sama orang yang sok-sok deket."
Aku berusaha melepaskan tangannya yang mencekal lenganku, tapi ga bisa. Apalagi sih?! Emangnya tadi gue ngomong ga jelas? Udah bagus gue ga teriak-teriakin dia dn bikin dia malu. Ck!
"Ikut gue!"
"Lepasin gue!" Desis gue tajam.
"Temenin gue makan siang."
"Makan aja sama cewek laknat lu!"
"Laknat?"
Bodoh! Wira mana tau 'laknat' itu siapa! Itu kan julukan gue dan temen-temen gue! Lagipula, berani banget gue ngatain orang di depan pacarnya. Bodoh bodoh bodoh!
"Sorry. Ga bermaksud. Lu mending lepasin gue dan makan aja tuh sama Danisa. Gue ga suka bikin sensasi. Deket-deket lu nimbulin kesialan!"
"Kenapa lu nyebut Danisa begitu?" Tanyanya sambil mengangkat sebelah alisnya.
Kenapa?
Karena dia memang begitu!
Tapi tentu saja gue ga bilang begitu ke Wira. Gue cukup tau sopan santun dan tau tempat. Ini kampus, bukan jalan raya tempat para pengendara mobil motor saling maki dengan semua isi kebun binatang.
Gue menghela nafas dalam. Menghadapi orang yang seperti ini, harus dengan kesabaran ekstra.
"Gue cuma mau istirahat, oke?"
"Bareng gue ke kafetaria."
"Gue ga mau ke kafetaria!"
"Terus lu mau kemana? lu mau makan apa?"
"BUKAN URUSAN LU!"
"Sekarang jadi urusan gue."
What?
"What?!"
Itu bukan suara gue. Sumpah itu bukan suara gue! Mulut gue aja belum mangap terbuka!
Tapi tanpa menengok pun, gue tahu siapa pemilik suara itu. Suara yang melengking dan ketinggian itu. Suara cewek gila yang.... Ah udahlah! Terlalu panjang buat dijelasin siapa dia.
Pokoknya itu suara si laknat!
KAMU SEDANG MEMBACA
Life without Love - 1 (Kesha)
RomanceGue ga butuh cinta, dan sejak hari itu gue terus kerja keras siang malam hanya demi ngelanjutin sekolah gue dan terus hidup! Walaupun gue tinggal lagi sama Mama gue yang udah ngejual gue, tapi ga ada tuh yang namanya uang buat kebutuhan sehari-hari...