Ternyata, gue emang masih belum sanggup. Rasa-rasanya gue pengen kabur dari ruangan ini sesegera mungkin! Astagaaa... Gue takut setiap ada cowok yang nengok ke arah gue.
Cuma, masalahnya gue udah janji sama Gisel! Gue bakal dateng, dan here I am... Di pernikahannya, dan menunggu si pengantin muncul.
Cepetlah Giseeeeel!
"Are you okay?" Tanya Wira.
Apa sebegitu keliatannya kecemasan gue? Ya ampun... Tapi jujur aja, gue ga bisa terlalu lama! Rasanya ada yang salah! Rasanya ada yang ngeliatin gue terus! Rasanya ada yang bikin gue taku-...
"I am here... Stay close! Setelah semua selesai, kita langsung balik. Oke?" Kata Wira seraya melingkarkan tangan kirinya di pinggang gue.
Hei hei... Sekarang takutnya gue berubah jadi perasaan berdebar-debar. Damn!
Tapi, ini lebih baik sebenarnya daripada gue ga karuan ketakutan. Hanya saja, gue takut malah jatuh semakin dalam ke pesona Wira. Ha-ha-ha... Rasanya konyol banget! Jadi gue harus milih yang mana??
"Wow... Saya tidak menyangka. Tuan muda Wira juga ada di sini?" Sapa seorang bapak-bapak yang datang mendekat. Bahkan mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Wira.
"Selamat malam, Pak Anwar. Apa kabar?"
"Baik. Wah wah... Wanita cantik ini siapa?" Tanya bapak itu sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat dengan gue.
Okeeee... Wira! Gue butuh bantuan! Gue di sini masih keringet dingin kalau diliat cowok mana pun, dan kalau sampai disentuh... Gue ga jamin ga akan bikin malu lu. Please... Help me!
"Dia kekasih saya, Kesha.. Ga keberatan? Saya ga suka milik saya disentuh siapapun." Kata Wira bercanda sembari tangan kanannya menahan tangan kanan gue agar ga menjabat tangan Pak Anwar.
Thank you!
"Wow wow... Posesif, hm? Ga masalah. Kalau begitu, sepertinya saya pergi dulu. Bertemu yang lainnya. Permisi..."
Gue pun menghela nafas lega.
"Maaf..." Bisik Wira.
Buat?
"Maaf seenaknya bilang lu kekasih gue. Cuma, gue ga tau gimana cara yang lebih halus lagi."
Ohhhhh... Yah ga apa lah. Biasa aja. Itu cuma cara Wira buat nyelamatin gue kan? Gue malah sangat berterima kasih kok.
"Ga masala-..."
"Hadirin sekalian... Sambutlah raja dan ratu malam hari ini. Kennardi dan Gisella!"
Kepala gue langsung menoleh ke arah dua orang yang disorot lampu terang di dalam ruangan yang mendadak gelap ini. Oh God, sialan! Kenapa harus pake acara mati lampu segala?!
"Wirr...." Panggil gue dengan suara bergetar.
Gue ga suka gelap. Gue sama sekali ga suka keadaan gelap sekarang! Ga mungkin gue teriak, dan yang bisa gue lakukan hanya mengeratkan genggaman gue di lengan Wira.
"Please... Jangan tinggalin gue!" Kata gue lirih yang tenggelam bersamaan dengan riuh tepuk tangan.
"Ga akan. Merapatlah..." Kata Wira sembari menarik pinggang gue.
Ga ada lagi jarak di antara kami. Dekat.... bahkan terlalu dekat untuk kami berdua! Tapi perasaan aman itu ada. Gue merasa... aman!
Jujur aja gue takut dengan gelapnya ruangan ini. Tapi ada yang lebih gue takutin daripada ini semua. Gue takut perasaan gue! Gue ga boleh sampai bener-bener jatuh..... pada Wira!
KAMU SEDANG MEMBACA
Life without Love - 1 (Kesha)
RomanceGue ga butuh cinta, dan sejak hari itu gue terus kerja keras siang malam hanya demi ngelanjutin sekolah gue dan terus hidup! Walaupun gue tinggal lagi sama Mama gue yang udah ngejual gue, tapi ga ada tuh yang namanya uang buat kebutuhan sehari-hari...