Wira POV
"AAAAAAAAAAAAAAARRGGGHHHHH PERGIIIIIII!!! Gakkkk! Gue ga mauuuu! Pergi brengsek! Pergi! Bajingan! Binatang!!! PERGIIII!"
Gisel dan Janice dengan sigap menjauhkan semua barang berbahaya dari dekat Kesha. Gue yang baru pertama kali melihat amukan Kesha hanya bisa diam. Teriakannya sungguh nyata dan sarat akan ketakutan dan kesedihan.
Ya Tuhan.... Jujur saja, ini menyakitkan!
Tapi gue harus bagaimana?
Kesha terus berteriak dan mengamuk. Mengusir semua orang agar pergi dan meninggalkan dia sendiri. Gisel juga sudah menarik gue dan memohon supaya gue biarin Kesha sendiri dulu. Janice udah buka pintu. Tapi... Tapi gue ga bisa! Gue ga mau ninggalin dia dan seperti dulu... Gue yang sekarang bukan lagi bocah dengan seragam putih merah! Gue punya segalanya, dan gue yakin gue sanggup bertahan di sini!
Please Kes...
Jangan seperti ini menyiksa diri lu sendiri!
"Wir... Ayo keluar dulu! Biarin Kesha tenang." Bujuk Gisel.
"Lu keluar sama Janice."
"Wir..."
Tanpa menyahuti Gisel, gue melangkahkan kaki mendekati ranjang. Tentu saja sikap difensif Kesha semakin menjadi. Matanya semakin menggelap penuh ketakutan. Bahkan teriakannya semakin menghila, dan gemetar di tangannya semakin terlihat.
Sebegitu traumanya kah dia?
Apa yang diperbuat para jahanam itu sampai Kesha seperti ini? Kesha yang selama ini mampu bertahan, kenapa seperti hancur? ... Bagaimana.... Bagaimana caranya agar dia kembali menjadi seorang Kesha yang kuat seperti sebelumnya?
Oh God... Bahkan jika gue menyewa pembunuh bayaran untuk membunuh orang yang sudah membuat hancur dirinya ini, apa dia akan kembali seperti sedia kala?
"Kes..." Panggil gue saat tepat berada di samping ranjang.
"PERGI!"
"Kesha..."
"Pergi brengsek! Pergi! Di luar sana banyak jalang yang mau layanin nafsu binatang lu! Pergi!"
"KESHA!"
Dan dalam sekali hentakan, gue menarik Kesha ke dalam pelukan gue. Ga peduli jika dia mau mengamuk atau apapun. Melihatnya menyiksa diri dalam rasa takut sudah lebih dari cukup buat gue!
Gue ga akan membuat dia sakit lagi. Sekalipun dia meronta dan memberontak pergi, tapi jika dia nyakitin dirinya, gue ga akan pernah ngebiarin! Gue akan terus ngejar Kesha kemana pun dia pergi. Gue ga peduli jika dia mau mukul dan marah ke gue. Yang gue peduli hanya satu hal....
Kesha berhak bahagia!
"Pergi.... Gue bilang pergi.... Huhuhu... Pergi....hiks..."
"Kes! Gue ga akan pergi Kes... Ga akan pernah!" Dan itulah janji gue Kes. Gue janji ga akan pernah ninggalin lu lagi apapun yang terjadi!
"Gue ga mau.... Gue ga mau.... Gue bukan cewek murahan. Gue mohon... Jangannnn..."
"Iya... Lu bukan Kes. Bukan! Semua baik-baik aja Kes..."
Kesha masih meronta, tapi lama-kelamaan tenaganya berkurang. Gue terus mendekapnya erat, seakan jika gue lepas sekarang, dia akan pergi dan tenggelam lagi dalam ketakutannya.
Dia butuh seseorang yang bisa menjauhkan dia dari apapun yang membuat dia takut, dan gue yakin gue mampu! Jangan pergi Kes... Jangan sedih lagi! Jangan takut...
"Gue takut.... Gue takut Wira.... Gue takuttt!"
"Gue ada di sini Kes... Gue ada di sini!"
"Gue takuttt!"
"Semua akan baik-baik aja! Gue bakal jagain lu! Pegang janji gue!"
***
Koridor Rumah Sakit...
"Wir... Kesha gimana?"
"She's fine. Lu pada pulang aja. Biar gue yang di sini."
"Lu yakin?"
"Yeah. Pulanglah... Jangan ke sini lagi sampe pernikahan lu dan Ken berlangsung. Lu juga Jan, Vic, Jul."
"Tapi...."
"Oke. Gue pada balik. Lu balik jagain Kesha aja. Dannnn.... Jangan lupa dateng ke pernikahan gue!"
"Oke."
Blam...
"Ken! Gue kan belum selesai ngomong!"
"Udahlah... Wira bisa ngatasin semua."
"Yeahh.. Dia bisa sendiri. Kalau Kesha aja ngijinin dia mendekat, so apa yang harus kita khawatirin?"
"I agree Vic! So... Lu pada mau ke?"
"Gue balik ke kantor deh. Kerjaan numpuk. Duluan ya!"
"Bye Jul!"
"Lu berdua?"
"Jan... Ngedate?"
"Ga deh. Pulang aja Vic. Mom pasti mau ketemu lu..."
"Oke. Ketemu calon mertua, boleh lah... Bahhaha... Aduhh! Sakit sayang!"
"Lagian... Ngomong dijaga kek!"
"Well.. Hati-hati Jan."
"Lu juga ibu hamil! Hahhaa.. Ken, jagain sahabat gue!"
"Sip!"
"Ken..."
"Hm?"
"Gue... Gue berharap Kesha bisa dateng di pernikahan gue."
"Hm... Dia emang janji dateng, tapi gimana caranya kalau kondisi dia kayak sekarang? You know... Liat cowok aja udah teriak kayak kesetanan."
"Yahhh... Gue tau. Cuma... Kan ada Wira. Gue cuma berharap Kesha bisa dateng."
"Semoga aja.."
"Ya... Semoga...... Eh Ken. Kira-kira, si laknat itu kemana ya?"
"Laknat? Maksud lu si....."
"Ya! Dia! Ga usah sebut nama dia. Gue ga suka!"
"Ya ya ya... Hm... Jujur aja gue ga tau. Dan gue ga mau tau. Yakin deh, kalau ketemu, gue pasti bunuh tu orang. Terserah Wira bakal ngamuk atau apa!"
"Huff... Gue harap, setelah ini si laknat ga akan mendekat ke Kesha. Udah cukup semua yang dia alami sampai detik ini. Dan gue harap, SAHABAT LU itu bisa jagain SAHABAT GUE dengan baik. Kalau engga, say good bye sama gue!"
"Ha? Kok gitu? Itu kan urusan Wira!"
"Bodo! Weeeeeekkkk...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Life without Love - 1 (Kesha)
RomanceGue ga butuh cinta, dan sejak hari itu gue terus kerja keras siang malam hanya demi ngelanjutin sekolah gue dan terus hidup! Walaupun gue tinggal lagi sama Mama gue yang udah ngejual gue, tapi ga ada tuh yang namanya uang buat kebutuhan sehari-hari...