Bab 11 : Huff...

5.8K 332 5
                                    

Siapa yang ga kenal sama Kennardi Tariga?

No one!

Walau tampangnya menduduki urutan kedua setelah Wira, tapi dia populer karena keplayboyannya yang ga bisa ditutup-tutupi lagi! Apalagi dengan sikapnya yang lebih supel dan ga sedingin es batu. Cewek mana pun yang mendekatinya, udah pasti berakhir di ranjang!

Dan berapa banyak cewek itu?

Well, kalau menurut penelitian Janice, Ken udah tidur dengan lebih dari setengah cewek di kampus! Entah itu kakak kelas ataupun adik kelas, semua diembat! Dan herannya, Ken ga kena penyakit kelamin sama sekali!

Ckckck!

Walaupun ga bermoral seperti itu, keluarga Tariga ga pernah dipandang rendah! Siapa juga yang mau berhadapan dengan Ken yang di darahnya mengalir darah dari garis keturunan pemilik perusahaan yang cukup berpengaruh di negara ini?!

Yah, ada sih.

Gisel!

Tapi itu pengecualian.

Walau sikapnya hancur sehancur-hancurnya, Ken ga sembarangan kurang ajar. Toh buktinya, kalau cewek yang dia ajak tidur ga mau, dia ga pernah sampai nyeret cewek itu. Kata Janice sih gitu! Dan... Yah, gue ga marah juga Ken bilang kayak gitu sama gue. Bukankah niat dia hanya membantu gue?

Caranya emang salah, dan gue ga membenarkan juga. Ya masa iya gue membenarkan cara dia yang menyuruh gue jadi pelacur dengan tidur sama Ken si palyboy cap wahid??!

Tapi.... Kalau dipikir-pikir, hidup ini sangat ga adil. Malah sangat ga adil! Jika gue kaya raya dan dari keluarga terpandang kayak Ken, sekalipun gue pelacur, pasti sangat dihormati dan disegani! Bahkan ga akan ada yang berani menghina, bahkan menampar gue kayak yang si laknat lakuin!

Apa gue ngerasa iri?

Engga juga. Gue udah menerima kehidupan diri gue yang hancur berantakan ini apa adanya. Lagipula, apa gunanya juga gue menyesal? Ga akan ada yang bisa berubah kan?

Termasuk hutang yang dibebankan kepada gue!

Huff...

"Halo? Siapa ini?" Jawab suara orang di seberang telepon.

"Ini gue, Kesha. Gue terima tawaran lu! Gue segera sms nomor rekening gue." Jawab gue singkat, cepat, padat. Setelah itu, gue buru-buru memutus sambungannya.

Ya... Akhirnya gue menerima tawaran Ken.

Apakah gue bodoh? Pikiran gue pendek?

Tapi mau gimana lagi hah?

Ga ada bedanya kan?!

Kalau gue ga punya uang buat bayar hutang, gue harus tidur sama si hidung belang itu. Dan.... Kalau mau bayar, gue harus nyerahin keperawanan gue sama si playboy Ken!

Dua hal yang akan berakhir sama dan bernilai sama.

DUA MILYAR!

Jadi gue harus milih yang mana??! Dua-duanya sama-sama bikin harga diri gue hancur. Dua-duanya sama-sama bikin gue muak dengan kehidupan gue sendiri. Dua-duanya ga ada bedanya!

Huff... Biarlah...

Dua puluh tahun gue bertahan, dan akhirnya semua berakhir detik ini juga. Hidup gue bakal ga bersisa.

Gue tau ini cuma seputar seks, tapi ... Karena hanya 'seks' itulah gue hadir tapi dianggap ga ada oleh wanita yang melahirkan gue itu! Karena 'seks' itulah gue ngerasa tersakiti karena ga diharapkan oleh siapapun!

Bagi gue, 'seks' itulah yang menjadi satu titik dimana hidup gue hancur luluh lantak seperti sekarang! Karena wanita itu ngelakuin 'seks' bebasnya seenak jidat dengan entah pria brengsek mana yang seharusnya gue sebut 'papa'!

Cukup sudah semua prinsip yang gue pegang teguh selama ini.

Setidaknya, ingatkan gue untuk dibunuh seseorang setelah semua ini berakhir. Ingatkan gue mencari seorang pembunuh bayaran, atau mencari masalah dengan seorang yang mau membunuh gue. Ingatkan gue!

Karena gue... Gue lelah!

Ga berapa lama, satu pesan masuk. Gue segera mengeceknya.

Ken >> Hotel Twins atas nama gue. Jam 10. Uangnya udah ditransfer!

Gue segera ke atm dan mengecek. Ya, uangnya benar-benar sudah ditransfer. Tepat dua milyar!

Huff...

Seperti kesepakatan yang dibuat, itu artinya gue bakal tidur sama Ken. Jadi salah satu dari cewek-cewek yang mendekatinya. Jadi salah satu dari pelacurnya!

Aaarrhgghhhhh!

Gue duduk terduduk di lantau kamar, menunggu waktu yang ditentukan Ken. Memikirkan semua hal yang berhubungan dengan hutang-hutang ini. Sungguh, ini semua gila! Dan apa yang gue lakukan sekarang sama gilanya!

Bukankah ini sama saja dengan menjual diri gue demi uang?

Apa gue udah salah ngambil keputusan? Tapi... Keputusan mana yang bisa lebih bener dari ini?!

Lagi-lagi hp gue berbunyi, menampilkan pesan masuk. Gue mengambil hp dengan malas dari saku dan melihat isinya, lalu tersenyum pahit.

Gisel >> Please, jangan! Gue bakal minta bokap gue bantuin lu! Jangan sama Ken, please! Jangan ngelakuin itu sama si jerk Kennardi!!!

Gue >> Thanks Gisel. Tapi ga apa. Gue udah mutusin semuanya...

Ya, gue udah memutuskan semuanya. Semuanyaa...

Baru saja pesan tersebut terkirim, pesan lainnya masuk. Pasti Janice! Mereka terlalu kuatirdani ilah yang gue takutkan kalau menceritakan masalah gue ke mereka. Haahh... Lelah rasanya!

Janice >> Jangan Kes! Gue bakal cari cara lain buat bantuin lu! Gue bakal bantuin lu! Tolak tawaran Ken! Ralat keputusan lu!

Gue >> Tenang aja Jan. everything's gonna be okay!

Hahaha, dalam hati gue merutuki diri gue sendiri. Dasar Kesha bodoh! Jelas-jelas gue tau... Everything's not gonna be okay!

Life without Love - 1 (Kesha)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang