Dear Wira,
Bersyukur walau rumah ini reyot dan tua, gue masih bisa menemukan kertas dan pensil. Ahhh... Rasanya kayak nulis surat wasiat aja. Di tengah dinginnya malam dan batuk yang mendera, lapar, haus .... Tapi gue harap ini ga sia-sia. Bukannya gue pesimis, tapi gue ga bisa bertahan kalau alam pun ga mau bekerja sama menolong gue.
Ahhhh.... Di tengah keadaan ini gue jadi teringat sesuatu.
Hei... Inget saat di rumah sakit lu menceritakan masa-masa kita masih memakai seragam putih merah, sejujurnya gue masih ingat semua. Hanya saja, gue malu mengakui semuanya.
Gue inget setiap pagi kita berangkat sekolah bareng. Supir-supir kita sering berantem mobil siapa yang dipakai untuk mengantar. Tidak ada yang mau kalah, karena takut dimarahi. Iya kan? Akhirnya setiap hari malah menghabiskan bensin demi konvoi.
Di sekolah, bukannya kita belajar, tapi selalu bermain! Entah saat jam kosong, ataupun saat ada pelajaran. Surat-suratan kita yang isinya meledek guru juga selalu ketahuan, dan alhasil kita selalu dihukum menulis berlembar-lembar permintaan maaf.
Tak ada kapoknya, pulang sekolah kita selalu menghabiskan waktu bersama. Favorit kita adalah berenang dan main balap sepeda. Gosong karena matahari atau luka karena jatuh bukan halangan untuk kita bermain di hari esoknya!
Rasanya berjam-jam di saat matahari tinggi ga pernah cukup, di saat bulan menampakkan diri pun kita masih terus menghabiskan waktu bersama. Manjat jendela, lalu bermain sampai tengah malam. Atau kita bakal tiduran di atap mandangin bintang, sambil dalam hati berdoa, semoga kita akan selalu bermain bersama!
Gue ditambah lu sama dengan bahagia!
Gue ga akan pernah lupa kalimat itu! Ga akan pernah! Lu adalah kebahagiaan gue, meski apapun yang terjadi!
Thanks...
Thanks karena lu suka sama gue selama ini dan lu ga pernah menjauh dari gue.
Thanks karena lu selalu perhatiin gue padahal di sekeliling lu ada banyak cewek yang lebih baik dari gue.
Thanks karena lu jagain gue, dan bikin gue ga berubah jadi gila.
Thanks... Thanks karena lu cinta sama gue.
Thanks for everything!
Tapi gue mohon, maafin gue... Inilah hidup gue. Mulanya seks dan cinta ga akan pernah ada di kamus gue. Setelah gue diperkosa, gue ga berharap cinta itu ada di hidup gue. Terlalu pengecut? Ya!
Karena akhirnya, gue sadar kalau gue cinta sama lu! Dan gue tau, ini ga bener.
Carilah yang lebih baik... Dan jangan ingat gue lagi.
Your childhood friend,
Kesha LoveniaPS.
Sampaikan terima kasih gue ke Ken. Bilangin dia buat jadi ayah yang baik buat ponakan gue. Dan semoga Gisel maafin gue yang ga bisa nemuin anaknya.Ke Victor dan Janice, sorry ga bisa nepatin janji dateng ke pernikahannya. Bahkan belum terencana saja, gue udah ga bisa dateng.
Buat Julian, kejer terus Fanny. Thanks atas sikap blak-blakan lu dan semuanya.
Terima kasih atas perhatian kalian semua. Kalian sahabat terbaik dan kalian yang terbaik yang pernah ada di hidup gue...
Don't cry too much for me. Kalian, termasuk Wira, mengisi hidup gue. Dan menjadikan prinsip gue yang LIFE WITHOUT LOVE berubah jadi penuh cinta dan bahagia. Peduli dan disayangi.
I love you guys!
I love you Wira...
***
Author POV
Kertas usang yang ditemukan di gubuk tengah hutan itu selesai dibaca. Berbagai rasa berkecamuk di hati tiap-tiap yang mendengar. Akhirnya, Wira tersenyum tipis ke semuanya, bangkit dari tempat duduk dan pamit meninggalkan rumah Kesha, tempat mereka berkumpul sembari mengenang si pemilik rumah.
Ken, Victor, bahkan Julian yakin seratus persen. Sahabatnya pasti tidak akan kuat dengan apa yang terjadi. Sekalipun ini sudah seminggu berlalu sejak dimakamkannya Kesha, tetap saja. Bahkan, Gisel dan Janice juga masih kesulitan untuk menghentikan air mata mereka saat mengingat sahabatnya... Bertahun-tahun bersama, rasanya seperti saudara sendiri. Kehilangan tidak termasuk dalam daftar yang mereka ingin lakukan!
Tak tahu berapa lama kesedihan mereka berlanjut, tapi yang jelas Kesha akan terkenang selamanya. Hanya saja, untuk saat ini semua mempunyai caranya sendiri melepaskan kepergian Kesha.
Wira yang menyembunyikan kesedihannya karena cintanya terkubur, hanya bisa pergi ke klub dan minum sampai mabuk parah... Ken, Victor, dan Julian yang kehilangan teman yang selama beberapa bulan ini dekat dengan mereka, ikut menemani Wira minum dan duduk mendengarkan ocehan Wira yang tak jelas. Tapi mereka hanya diam sekalipun mereka juga sedih...
Gisel dan Janice yang kehilangan sahabat mereka hanya bisa menangis di setiap kesempatan mereka yang ada.
Jika saja Kesha melihat, dia pasti ingin kembali dan menyesal lari pergi di hari itu. Lebih baik dia masuk penjara tapi masih bersama mereka kan?
Atau tidak?
Apakah yang terjadi sekarang malah lebih baik?
Neraka atau Surga kah yang ditempatinya sekarang? Yang jelas, dia pasti merasa lega karena keinginannya terpenuhi.
Pergi meninggalkan dunia ini tanpa membunuh dirinya sendiri. Dia sudah berjuang dan inilah akhirnya... Setidaknya, di akhir hidupnya dia masih sempat merasakan CINTA. Iya kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Life without Love - 1 (Kesha)
RomanceGue ga butuh cinta, dan sejak hari itu gue terus kerja keras siang malam hanya demi ngelanjutin sekolah gue dan terus hidup! Walaupun gue tinggal lagi sama Mama gue yang udah ngejual gue, tapi ga ada tuh yang namanya uang buat kebutuhan sehari-hari...