Upacara bendera berjalan hikmat, sampai tiba waktunya Pak Badrul memberikan arahan berserta ceramahnya sebelum mengakhiri upacara bendera. Seluruh siswa sangat disiplin mengikuti jalannya upacara, begitu pun dengan Kevin yang berusaha stay cool di sebelah Vina. Keuntungan yang sangat besar bagi Vina, karena barisan kelasnya bersebelahan dengan kelas Kevin.
"Sayang," bisik Vina.
"Jangan panggil sayang, tempat umum, Vina," balas Kevin dengan tatapan sinis.
"Upss... iya iya deh maaf."
"Eh, si Raga nggak hadir ya? Kok nggak ikut upacara?" lirih Vina.
"MAJU CEPAT! JALAN SAJA KAMU LAMBAT!"
"Itu Raga, tadi dia menyerahkan diri," ucap Kevin.
"Hah?"
Seluruh pasang mata tertuju ke arah suara Pak Budiono, wakasek bidang kesiswaan sekaligus guru PPKN. Ia menyeret Raga ke bawah tiang bendera. Suara hujatan netizen dengan bisikan-bisikannya terdengar jelas di telinga Raga. Pria itu menampakkan wajah seramnya, ia tertangkap basah ketika bersembunyi di antara lemari kosong yang berada di sekitar lab biologi.
"Seluruh siswa harap tenang," pinta Pak Badrul keras.
Cinta mendengus sebal melihat Raga kembali menuai masalah, ia menatapnya dengan tajam, tapi pria itu malah tersenyum aneh kepadanya. Batin Cinta sudah mengumpat-umpat Raga tanpa henti. Ia heran demgan Raga, entah apa saja isi otaknya sampai nekad tidak mengikuti upacara bendera.
"INI CONTOH SISWA TIDAK TAHU ADAT, TIDAK MENGHARGAI BANGSANYA SENDIRI! TIDAK PUNYA JIWA NASIONALISME! BAPAK HARAP SISWA LAIN TETAP DISIPLIN DAN JANGAN MENIRU SISWA INI," teriak Pak Budiono lantang, mungkin terdengar sampai stand Mbak Mirna beserta pesaingnya yaitu Mbak Suminah dan Pak Laris.
"Masa ada upacara bendera dia malah asik main game di lorong lab biologi," lanjut Pak Budiono sembari menerkam lengan Raga kuat.
Seluruh siswa sontak menertawakannya, suara gemuruh menghiasi lapangan upacara. Cinta, Vina, dan Kevin hanya terdiam melihat manusia setengah buaya itu berdiri sejajar dengan Pak Budiono, tentunya tidak bertopi. Dika puas menertawakan Raga sampai air matanya berlinang.
"Udah gue bilang jangan main-main sama cctv, masih aja lo bandel," teriaknya Dika kencang.
"SUDAH, SEMUA SISWA HARAP TENANG!" seru Pak Budiono kembali.
Raga hanya bisa menundukkan kepalanya, jiwanya mungkin telah membara, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia pasrah dengan keadaan, karena ia yakin Bu Laras akan menugaskan Cinta untuk memperpanjang masa hukumannya. Hal itu akan sangat baik dalam proses pendekatannya dengan Cinta.
Upacara telah berakhir, seluruh siswa dibubarkan dan menuju kelasnya masing-masing, tetapi tidak dengan Raga yang harus menjalankan hukuman menghormati bendera sampai batas waktu yang telah ditentukan Mr. Budiono. Terik mentari terasa menembus kulit kepala Raga ditambah dengan efek panas dalam jiwa yang membuatnya semakin gerah.
Kevin dan Dika menghampiri Raga, tampaknya mereka ingin memberikan semangat kepada kawannya itu.Dika menepuk bahu kanan Raga pelan. "Udah gue bilang berkali-kali ke lo, jangan main-main sama kesaktian cctv di sini," ujar Dika dengan tawa kecilnya.
Raga tidak merespons apa pun, pria itu hanya menganggap suara Dika sebagai kicauan burung. Ia tetap berdiri tegap menghormati bendera.
"Ingat lo jantan, jangan sampai pingsan," tambah Kevin berbisik di telinganya.
"Sampai jumpa di meja makan Mbak Mirna, gue ke kelas dulu mau nyari kipas, panas di sini," pamit Dika langsung berlari meninggalkan Kevin.
"Tunggu gue Dik!" seru Kevin. Ia langsung menyusul Dika cepat tanpa menghiraukan Raga lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MANUSIA SETENGAH BUAYA [COMPLETE] ✅
Romance[CERITA INI MENGANDUNG UNSUR BUCIN LEVEL MAKSIMAL😂] FOLLOW AKU, YA😊 SEMOGA KAMU MENYUKAI CERITA INI. TERIMA KASIH, LUV❤️ Aku akan tetap mencarimu, walaupun aku tidak mengetahui keberadaanmu. Aku bertanggung jawab, termasuk bertanggung jawab dalam...