[11] - MANUSIA SETENGAH BUAYA

66 12 0
                                    

~HAPPY READING~




Mentari pagi datang menyambut suasana hati Cinta yang sedang bersuka ria. Ia mendapat kabar baik hari ini, neneknya telah mendapat izin pulang ke rumah. Kondisi neneknya sudah membaik secara signifikan.

​"Ma, nanti sore aku mau ke rumah Nenek ya," ucapnya semangat.

​"Iya, Cinta. Kita bareng-bareng ke rumah Nenek. Ingat, kamu pulang dulu ke rumah," balas mamanya.

​"Siap Mama tercantik seduniahh," sahut Cinta ceria sembari memberikan gaya hormat kepada mamanya.

​Cinta tidak melihat sosok Dimas, ia juga sedari tadi tidak mendengar suara Dimas. Tidak seperti hari-hari sebelumnya Dimas berkicau di pagi hari, hari ini kicauan yang mengganggu Cinta itu tidak terdengar.

​"Kakak di mana Ma? Kok tumben nggak kelihatan?" tanya Cinta.

​"Gini ya jadi adik kakak, kalau udah bareng berantem, kalau nggak bareng ditanyain. Kan Kakakmu ngambek sekarang, tanggung jawab loh, Cinta, jadi Adik," balas mamanya dengan raut wajah meyakinkan.

​"Hah? Kakak ngambek? Mama nggak ngasih dia makan ya?"

​"Kamu katanya nakal jadi Adik, makanya Kakakmu pergi," ujar mamanya.

​Cinta mulai bingung apa sebenarnya yang terjadi, wajah mamanya terlihat serius mengatakan itu.

"Serius Ma, Kakak beneran pergi? Kakak marah sama aku?" Cinta ingat, kemarin ia dapat menumpahkan teh di atas gitar Dimas.

​Mamanya tertawa lepas melihat ekspresi Cinta yang sangat menggemaskan itu jika sedang serius. Ia berhasil membuat Cinta khawatir. Ternyata di balik kemanjaan Cinta, terdapat kepeduliaan besar terhadap Dimas.

​"Kakakmu melamar kerja, Cinta, kan kamu yang ngasih brosur kemarin," ujar mamanya dengan senyum merekah.

​"Oh iya, Cinta lupa. Baguslah Ma semoga aja dia diterima kerja, biar nggak ribut terus di rumah, bising dengarnya," sahut Cinta. "Kalau begitu, Cinta mau berangkat dulu Ma, bye," pamit Cinta. Ia langsung beranjak meninggalkan mamanya seorang diri di rumah.

...

​Cinta menatap bulatan-bulatan kecil di hadapannya sembari memainkannya dalam wadah, benda kenyal dan terlihat licin, bakso khas Pak Laris. Kali ini ia makan di stand Pak Laris, sepertinya Cinta sedang berkonflik dengan Mbak Mirna, karena giveaway yang diadakan Mbak Mirna tak kunjung berpihak kepadanya.

​"Makan atuh Neng, jangan dilihatin aja bakso Akang, dijamin super duper gurih. Kalau mau tambah kecap atau saus tinggal ambil aja, gratisss," ucap Pak Laris. Dagangannya memang tidak seramai Mbak Mirna, tapi ia selalu terlihat semangat.

​"Makan atuh Neng baksonya, jangan ngehayalin jodoh terus," goda Vina mendukung.

​"Akang, kalau tambah bakso gratis kan?" ujar Vina dengan senyum manisnya.

​"Jangan atuh Neng, lama-kelamaan Akang bisa pensiun jualan bakso."

​"Lama-kelamaan emang bakal pensiun kali," gumam Vina.

​"Woi... woi... melamun aja lo. Gue tahu nih, lo pasti ada berita terbaru, cerita dong," desak Vina sembari melambaikan tangannya ke wajah Cinta.

​Cinta menatap Vina sinis. "Kepo aja lo sama gue."
​Cinta langsung melahap makanannya cepat, bahkan bisa saja menyalip Vina dalam menghabiskan makanannya, walaupun Vina lebih dulu menyantap makanannya.

​ Vina hanya diam, ia menggeleng-gelengkan kepalanya menatap gadis yang tidak mudah untuk dipahami itu.

​"Cin, urusan lo sama Raga udah selesai?" tanya Vina membuka pembicaraan lagi.

MANUSIA SETENGAH BUAYA [COMPLETE] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang