.01

10 2 0
                                    

Seorang gadis tergesa-gesa memasuki halaman belakang sebuah rumah. Ia disambut dengan manik cemas para penghuni rumah itu.
"Cepat non, kata nyonya hari ini ada tamu terhormat yang mau datang." Ujar wanita paruh baya yang tampak tergesa-gesa.
"I-iya bi." Gadis itu tersengal-sengal karena nafas nya belum teratur.

Benar saja, tak lama setelah ia membersihkan tubuh dan bersiap, terdengar suara bel dari luar.
"Biar bibi yang buka pintu nya, non Ara disini aja." Titah Bi Yuni dengan senyum hangat nya.
"Makasi bi." Ara tersenyum menimpali perkataan bi Yuni.

Setelah berapa lama, bi Yuni akhirnya kembali kedapur dengan air muka cemas.
"Ada apa bi?" Ara khawatir Ibu tiri nya itu memarahi bi Yuni lagi.
"I-itu non, n-non Ara disuruh nganter teh kedepan." Gugup Bi Yuni dengan tampang tak tega kepada Ara.

Karena bi Yuni merasakan firasat buruk. Tetapi lagi-lagi Ara tersenyum hangat sambil mengusap pundak bi Yuni pelan guna menghilangkan kekhawatirannya.
"Gapapa bi, nyonya pasti ga bakal marah didepan tamu." Tutur Ara yang langsung membawa nampan kedepan.

Ia berjalan dengan menundukkan kepalanya. Saat sudah hampir dekat dengan meja, kaki nya tersandung oleh kaki saudara tiri nya, Mona. Alhasil nampan itu jatuh kelantai dan teh yang lumayan panas itu mengenai tangannya.
"Ups,, sorry gue ga sengaja!" Ledek Mona dengan smirk nya.

Tamu tersebut terkejut, dan salah satu laki-laki menghampiri dan membantu Ara berdiri.
"Kamu baik-baik aj--" Laki-laki itu terlonjak kaget saat melihat manik mata Ara yang menatap nya saat ia mecoba berdiri.
"A-ara!" Gumam nya yang membuat keluarganya ikut terkejut tak percaya. Bahkan Bunda dari laki-laki tersebut sampai menjatuhkan cairan bening dari matanya.

Mona dan orangtuanya bingung dengan reaksi tamu mereka. Sedangkan laki-laki tersebut sudah memeluk Ara dengan sangat erat. Ara yang tak mengerti hanya diam tak bergerak ketika berada didalam pelukan sang empu. Ia merasakan pundak nya basah karena air mata sang empu.

Ara beralih ke orangtua dan 2 orang laki-laki berjalan mendekati dirinya. Setelah mengamati mereka semua Ara tersadar, rambut dan mata mereka sangat mirip dengannya. Pikirannya sudah melayang, perasaannya campur aduk, antara senang, sedih.

Apakah mereka keluarga kandungnya?Apakah Ara boleh memimpikan kehangatan keluarga?Apakah Ara akan pulang kerumah mereka?Apakah akhirnya Ara akan mendapatkan kasih sayang dari keluarga?

Wanita yang tampak sudah berkepala tiga mendekatinya dan memeluknya dengan sangat lembut.
"A-ara, ini Bunda sayang." Gumam nya tepat disebelah telinga gadis itu yang membuat darah nya berdesir.

Keluarga Mona yang masih dapat mendengar itu terkejut dan menatap tak percaya.

Setelah melepas pelukannya, wanita itu tersenyum hangat sambil memegang kedua pundak Ara. Didepannya sudah berdiri orangtua serta ketiga Abang kandungnya.
"Ara, ayo kita pulang kerumah." Ujar sang kepala keluarga itu yang membuat Ara tak bisa menahan air matanya. Ia bingung apa yang harus ia lakukan. Ia hanya bisa mengangguk sambil tersenyum ke mereka.
"Ja-jadi p-pertunangannya?" Mona akhirnya angkat bicara setelah mereka diam.
"Gue gabakal mau tunangan sama cewe kasar kaya lo!" Sarkas laki-laki yang sedang merangkul Ara menatap tajam kearah Mona.

Ara dan ketiga Abang nya keluar terlebih dahulu dari rumah tersebut. Sedangkan orangtua mereka sedang mengucapkan banyak terima kasih kepada keluarga Mona karena telah merawat Ara.

Mereka pun menceritakan kejadian yang sebenarnya, 10 tahun lalu saat mereka sedang bermain di taman, Ara diculik. Selama ini mereka sudah berusaha mencari kemana-mana tetapi tak menemukan Ara.

Papa Mona bilang bahwa mereka mengadopsi Ara dari panti asuhan.

Bi Yuni, para pembantu lain, tukang kebun, supir serta satpam kediaman tersebut menghampiri Ara. Ara langsung memeluk erat bi Yuni.
"M-makasih udah ngerawat A-ara selama ini bi, Ara g-gabakal lupa sama jasa bibi selama ini." Tangis Ara pecah dalam pelukan bi Yuni.

Kedua orangtua Ara datang dengan diikuti orangtua tiri serta Mona dibelakangnya.
"Non Ara jaga diri ya non." Seru Pak Anto selaku supir keluarga tersebut. Dimata mereka Ara adalah gadis ceria yang selalu membuat mereka merasa hangat ketika berada didekatnya.
"Hiks,,jangan lupain mang ujang ya non,,hiks!" Isak Mang Ujang selaku tukang kebun yang membuat Ara terkekeh.
"Cengeng amat lo ujang!" Sahut Pak Yanto, adik pak Anto selaku satpam kediaman ini.

Setelah acara perpisahan tersebut, Ara pun pamit dan meninggalkan rumah itu.

***

Haihai!
Jangan lupa vote!
See you next chapter!

RARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang