.02

10 2 0
                                    

Pagi ini Ara mulai sekolah di sekolah baru nya. Selama seminggu ia berusaha menyesuaikan diri di keluarga 'baru' nya. Dan benar saja perkiraan nya, keluarga ini merupakan keluarga yang sangat harmonis. Ara masih tak bisa melupakan kejadian saat pertama kali ia menginjakkan kakinya dirumah ini 'lagi'.

Laki-laki kembar yang memeluk nya sambil merengek seperti anak bayi. Ia masih merasa canggung dengan itu.
"Huaaaaaa,,Ara akhirnya setelah 1000 tahun kamu menghilang!" Teriak Farrel dramatis.
"Bundaaaa akhirnya adek Ferrel pulaaang!Huaaaaaa!" Sambung Ferrel tak kalah dramatis.

Aidan, selaku anak tertua yang tak tahan melihat tingkah kedua adiknya itu langsung menarik paksa kerah baju mereka yang membuat mereka terjungkal. Ara terkejut karena ia juga hampir terseret karena mereka berdua masih memeluk dirinya.
"Apaan sih bang Ai!" Kesal Farrel sambil berdiri dan membantu adiknya, Ferrel berdiri.
"Iya, tadi bang Ai juga meluk Ara kan!" Seru Ferrel yang tak mau kalah.
"Berisik!" Setelah mengucapkan satu kata itu Aidan langsung menarik Ara untuk duduk disebelahnya. Ara hanya pasrah.

Si kembar pun berdecak kesal dan merengek kepada Bunda. Bunda mereka hanya terkekeh melihat tingkah mereka.
"Abang, gaboleh kasar." Tegur Bunda kepada Aidan yang diikuti ledekan kemenangan dari kembar.

Aidan hanya berdeham dan lanjut merangkul Ara sambil memainkan rambut nya. Ara sedikit risih tetapi ia berpikir mungkin ia harus terbiasa karena pasti kedepannya Aidan akan selalu melakukan ini kepadanya.
"Bang Ai curang!" Seru kembar yang mendapat senyum kemenangan dari Aidan.

Ara pindah sekolah karena jarak sekolah lamanya lumayan jauh dengan rumah nya yang sekarang. Ayah nya memindahkan Ara kesekolah yang sama dengan ketiga abangnya.

Awalnya Ara tak mau, mereka tak menerima penolakan yang membuat Ara akhirnya menurut. Saat akan berangkat, Ara menatap takjub kearah motor sport didepannya.

Hitam, warna kesukaannya. Tanpa disadari ia berlari kecil kearah motor tersebut sambil memegang stang motor itu. Si kembar hanya terkekeh melihat tingkah lucu Ara. Ara pun tersadar dan langsung menunduk malu.

Aidan mendekati Ara dan mengelus pelan puncak kepalanya.
"Mau?" Suara berat Aidan menginstruksi Ara untuk melihat sang empu.
Ara mengangguk cepat mendengar satu kata tersebut, sedetik kemudian ia menggeleng cepat juga. Ia merutuki dirinya sendiri yang selalu tak tahan ketika melihat motor sport.
"Buat kamu." Dua kata Aidan yang membuat mereka melongo tak percaya ditambah lagi ia yang langsung memberikan kunci motor tersebut kepada Ara.

Si kembar masih tak percaya karena yang mereka tahu motor tersebut adalah motor kesayangan Aidan. Bahkan mereka saja tidak diperbolehkan menyentuh motor tersebut, dan sekarang ia malah dengan mudah memberikan itu ke Ara.

Ara yang tak bisa menahan rasa gembiranya langsung mengalungkan tangan di leher sang empu dan mencium sekilas pipi Aidan.

Lagi-lagi si kembar terkejut karena mereka tidak tahu bahwa hubungan Ara dan Aidan sudah sedekat itu. Ketika dengan si kembar, Ara bahkan masih terlihat canggung.

Ara tersadar dan kembali menunduk,
"Ma-maaf bang ai." Gumam Ara yang gagap karena takut sudah mencium Aidan sembarangan.

Aidan terkekeh dan menyentuh dagu Ara mengangkat muka nya, setelah itu ia langsung mengecup singkat kening Ara yang membuat sang empu melotot tak percaya.
"Hebat kamu ra, bisa ngebuat es batu cair!" Kagum Ferrel bertepuk tangan sambil diikuti Farrel.
"Baru kali ini loh abang liat bang ai ketawa gitu ra!" Sahut Farrel sambil mengacungkan jempol kearah Ara.

Ara hanya terkekeh canggung, sedangkan Aidan tak menghiraukannya.

Mereka berangkat dengan mobil sport milik Aidan. Kalau saja tidak ada Ara, maka si kembar sudah ditendang keluar mobil oleh Aidan. Karena sedari tadi mereka berdua tak henti-hentinya mengoceh, tetapi ia merasa lega ketika melihat Ara yang sesekali tertawa mendengar cerita si kembar.

Ara sempat mencari tahu tentang keluarga nya ini, ia terkejut saat mengetahui Ayah nya merupakan seorang pengusaha yang sangat terkenal di dunia perbisnisan. Sedangkan Bunda nya seorang designer terkenal yang karya nya sudah sampai ke luar negeri, tempat kelahirannya.

Ara merasa gugup saat melihat tatapan mata serta bisikan dari penghuni sekolah barunya. Ia yakin bahwa ketiga abangnya ini merupakan most wanted.

Sekolah ini adalah salah satu sekolah Ayah nya yang dikelola oleh paman nya.

Aidan menautkan jari-jarinya ke jari mungil Ara dan menatap lembut kearah nya. Ara yang tinggi nya 160cm membuat nya harus mendongak untuk melihat Aidan yang tinggi nya 192cm. Sedangkan si kembar tinggi nya 185cm. Ara bingung, mereka semua tinggi kenapa dirinya sendiri tidak.

Ia mengangguk menatap ketiga abangnya bergantian.
'Ara siap bertempur!' Batin Ara. Sebenarnya ada alasan lain mengapa Ara awalnya tidak mau pindah. Karena Mona saudara tirinya itu juga bersekolah disini.

Ia yakin kehidupan sekolah nya pasti tidak akan tenang mulai sekarang.

***

Haihai!
Jangan lupa vote!
typo adalah jalan ninjaku!

RARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang