"Wih ada apa gerangan ni lo berdua berangkat bareng." Goda Ferrel diparkiran ketika melihat Rio dan Raisa datang berdua."G-gaada apa-apa kok, yakan?" Gagap Raisa yang merasa terciduk
Flashback on
Mereka sudah sampai didepan rumah Raisa. Hening sesaat yang membuat Raisa hanya menunduk dan menunggu Rio pergi.
"Kenapa ga masuk?" Tanya Rio yang bingung
"Nunggu lo pergi."
"Masuk buruan, ntar ada apa-apa lagi." Titah Rio yang membuat Raisa mengangguk.Saat Raisa masuk dan membuka gerbang rumahnya, suara Rio menginstruksi gerakan tangan nya.
"Gausah jadi pendiem gacocok." Ledek Rio yang membuat Raisa mendengus.
"Besok gue jemput."Tanpa mendengar jawaban dari Raisa, Rio langsung menancap gas. Sedangkan Raisa yang terdiam kaku merasakan desiran darah yang mengalir dan detakan jantung nya yang semakin cepat.
Ia tersadar dan langsung berlari ke dalam. Dikamar ia langsung melompat ke kasur dan menutup muka nya dengan bantal.
Ia berteriak dengan meredam suara menggunakan bantal.
"GILA!GILA!GILAA!!!"Flashback off
_____
"Lo serius gaada apa-apa sama bang Rio sa?"
Tidak tau sudah berapa kali Ara dan Amelia menanyakan hal itu yang membuat Raisa geram.
"Bacot anjrit emangnye gue harus ada apa-apa sama dia?" Seru Raisa yang membuat penghuni kantin memperhatikan mereka.
"Tuh lo aja manggil 'dia', biasanya 'kutu onta' atau 'kutil badak'."
Raisa merasa frustasi dengan kedua sahabat nya yang super kepo itu.
"Ok fine i'll told you." Raisa menyerah dan akhirnya menceritakan kejadian yang menimpa nya semalam. Bukannya merasa turut prihatin, kedua sahabatnya malah berteriak histeris ketika mendengar Rio memeluk Raisa.
"O.M.G that's a hot news babe!" Seru Belle yang memang pencinta drama maupun cerita romantis.
"Fix jadian sih, harus!" Amelia tak kalah excited
"Shut up bit*h. Mulut lo berdua lemes banget monyet!" Raisa menutup muka malu dan menyesal sudah bercerita ke mereka.
"Tapi lo ga mungkin biasa aja kan sa?" Tanya Belle yang membuat Raisa terdiam dan berpikir.
"Jujur sa, Lo pasti ngerasain sesuatu yang beda kan?" Kini Amelia yang bertanya
"Umm... Little bit?" Amelia dan Ara berteriak histeris sambil menautkan kedua tangan mereka.
Raisa yang sangat-sangat malu semakin menenggelamkan mukanya di meja.
"Wih wih have a hot news?you guys looks so excited." Gangga yang baru datang langsung ikut menimbrung membuat Amelia yang teringat Joe langsung terdiam.
Joe meminta Amelia untuk tidak terlalu dekat dengan Gangga. Sedangkan Ara yang memang agak risih pun juga ikut diam.
"Why?Why you guys be quiet?" Heran Gangga
"Please, cukup dikelas lo gangguin gue ngga." Ucap Ara dengan nada rendah namun sangat dingin.
"I don't, I just want to be close with you." Gangga menjawab dengan air muka menyesal dan berharap.
"For what?Just a friend?Or more?" Sarkas Ara yang memang masih belum tertarik dengan 'percintaan'.
"I don't know yet." Gangga juga bingung dengan dirinya sendiri.
Ara yang memang lemah dengan ekspresi sedih seseorang pun menghela nafas.
"Ok, I'll accept it if it's just friends." Perkataan Ara membuat Gangga langsung bersemangat dan menarik tangan Ara.
"Are you sure?Really?Oh thank you so mucchhh!" Seru Gangga sambil mencium-ciumi punggung tangan Ara.
_____
"Bang, bang Rio orang nya gimana sih?Baik ga?Kasar ga sih orang nya?Atau suka main tangan?Umm playboy?Kira-kira dia punya pacar ga ya?" Mereka yang sedang santai diruang tv terkejut mendengar pertanyaan Ara.
Ara yang posisi nya rebahan diatas paha Aidan mendapat tatapan elang dari sang empu.
Mereka bertiga berdiri didepan Ara dengan berkacak pinggang. Yang yang kaget Aidan tiba-tiba bangun pun meringis.
"Kenapa?!" Kesal Ara menatap mereka.
"Seharusnya kita yang nanya." Sarkas Aidan yang membuat kedua kembar mengangguk setuju.
"Bener, buat apa kamu nanyain si kutu kup-eh Rio." Sambar Farrel
"Iya, kayak nggak ada yang lebih bagus aja sih ra." Malas Ferrel sambil memutar bola mata nya."Ara nggak boleh pacaran!" Tegas Aidan menatap Ferrel tajam
Ferrel pun tersadar dan langsung mengangguk cepat.
"Bener!Karena nggak ada yang pantes buat kamu. Kamu terlalu sempurna buat siapapun." Seru Ferrel membuat Aidan dan Farrel mengangguk setuju.
Ara yang bingung berusaha mencerna perkataan ketiga abang nya itu. Sesaat kemudian ia sadar dan menepuk kening nya frustasi.
"Bukan gitu yaampun." Perkataan Ara membuat mereka bertiga bingung dan saling bertatapan.
***
Hewwo!
Aku berusaha bikin supaya cerita ini nggak terlalu terfokus ke kisah cinta Ara aja. Jadi aku bakal nambahin sedikit bumbu-bumbu cinta sahabat mereka.
Enjoy guyss!!
KAMU SEDANG MEMBACA
RARA
Teen Fiction••• Mempunyai tiga abang yang sangat menyayangi nya membuat Rara sangat bahagia. Ia kira semua laki-laki akan menyayangi nya seperti mereka bertiga. Namun ternyata hipotesis nya selama ini salah. ••• "Gue udah muak sama percintaan." Ujar Ara dengan...