Toktoktoktoktok---Berkali-kali Ara menggedor pintu kamar Aidan tetapi tidak mendapat sahutan dari dalam. Ia pun langsung membuka pintu tanpa izin dari sang pemilik kamar. "Bang Ai kat--
Semua mata tertuju kearah gadis yang berdiri didepan pintu. Dengan sangat malu Ara membanting pintu itu dan berlari ke bawah. Dengan ceroboh nya ia tersandung kaki nya sendiri--Brakdukdukduk--Ara terguling sampai kebawah tangga.Semua orang yang mendengar suara gaduh itu langsung menuju sumber suara. Aidan, Bunda, dan kembar langsung berlari kearah Ara. "Yaallah sayang kenapa bisa jatoh!" Bunda histeris melihat Ara yang terduduk dengan menutup mukanya--Malunya bertambah ketika semua teman Aidan memperhatikannya.
Dengan cekatan Aidan menggendong Ara ke sofa. "Lah itu bukannya cewe yang pernah Aidan gendong juga ya?" "Lah iya anying itu cewe yang kemarin!" "Wih si kutub es udah bawa cewe kerumah aje."--Teman Aidan pun turun dan ikut melihat keadaan Ara.
Ara meringis kesakitan saat Aidan menyentuh telapak kakinya. "Kunci mobil." Aidan menatap Ferrel--Ferrel pun berlari mengambil kunci mobil. Lagi-lagi Ara digendong ala bridal style. Si kembar diminta untuk tetap dirumah menemani teman-temannya. Sedangkan Aidan dan Bunda pergi ke rumah sakit.
___
Kaki Ara sudah dipasang gips--Aidan sedari tadi tak henti-hentinya mengomeli Ara. "Bang Ai, Ara nya lagi sakit jangan diomelin terus." Bunda berusaha membujuk anak sulungnya. "Iya bang Ai mah ngomelin Ara mulu, Ara kan juga gamau jatoh kaya tadi. Mana banyak temen bang Ai lagi. Malu bangeeeet!"--Ara sangat malu ketika kembali mengingat kejadian tadi. "Yang nyuruh kamu lari tiba-tiba siapa?" Aidan memojokkan Ara "Ya gaada sih." Ara ciut saat ditatap seperti itu oleh Aidan.
Mereka pun pulang kerumah dan disambut oleh Ayah yang buru-buru pulang ketika mendengar anak bungsunya kecelakaan. Dengan cekatan ia mengambil alih tangan anaknya itu dari Aidan. "Udah biar Ayah aja, kamu urusin temen kamu sana." Tetapi Aidan merasa jengkel dan tak terima "Aidan bisa."--Langsung merebut tangan Ara lagi--Akhirnya mereka berdua saling melempar tatapan elang dengan merebutkan tangan Ara.
Bunda yang kesal langsung memukul tangan mereka berdua dan mengambil alih tangan Ara. "Emang buah jatuh gajauh dari pohon nya." Bunda berlalu membawa Ara ke sofa. Mereka berdua membuntuti dari belakang. "Masih sakit nak?" Ayah berjongkok didepan Ara. "Ngga kok yah, kata dokter untung tadi langsung dibawa bang Ai kerumah sakit jadi ngga tambah parah." Ara tersenyum lembut sembari menerima minum yang dibawa Farrel. "Abang kira tadi ada gempa bumi ra." Ujar Farrel sembari duduk disebelah Ara dan diikuti Ferrel-- "Iya, eh tau nya anak gajah jatoh." Kekeh si kembar ketika melihat wajah kesal Ara yang dijahili dengan tangannya yang di lipat didepan dada.
Ara membuang muka kearah Aidan dan menatap melas kearah abang pertamanya itu. Aidan pun langsung menatap elang si kembar begitu juga dengan Ayah. Bunda hanya memukul pelan mereka berdua disela kekehannya. "Bunda ih kenapa ikut ngetawain Ara juga!?"--Ayah pun mengusap kepala Ara yang membuat Ara memejamkan matanya sejenak menikmati kasih sayang dari sang empu.
Teman-teman Aidan dan si kembar sedari tadi hanya menatap dari arah bawah tangga. Ara yang merasa diperhatikan pun menjadi salah tingkah. "B-bang Ai itu t-temen nya nungguin." Gumam nya kepada Aidan yang berada disebelah nya. Aidan pun menatap seakan mengusir mereka. Mereka yang paham pun langsung dorong-dorongan berjalan kearah sofa. "Om tante kita pamit dulu ya, udah sore juga soalnya hehe." Salah satu dari mereka yang berkulit sedikit gelap membuat Bunda dan Ayah menoleh. "Eh gamau makan dulu ko?" Tanya Bunda kepada sang empu yang dijawab tidak. Mereka pun mencium tangan Bunda dan Ayah serta melakukan tos ala laki-laki dengan ketiga abang Ara.
Setelah mereka pamit Ara merasa bisa bernafas lega. Entah mengapa kehadiran mereka membuat Ara tidak nyaman. Sebenarnya bukan tidak nyaman Ara hanya merasa malu dengan kejadian tadi pagi. "Kamu mau pindah ke kamar tamu yang dibawah aja ra?Biar ngga susah naik turun tangga nya." Bunda mengusap pelan rambut anak bungsunya itu--sang empu hanya mengangguk mengiyakan perkataan Bunda nya.
Bunda pun meminta Aidan dan kembar untuk mengantar Ara ke kamar tersebut. Sedangkan Ayah masuk keruang kerja nya dan bunda pergi ke dapur menyiapkan makan malam.
_____
Mereka semua terkejut melihat Ara yang sudah siap dengan seragam sekolah nya berjalan kearah meja makan dengan tongkat nya. "Pagii semuaaa!"--Ayah yang mata nya hampir keluar itu tersedak saat minum. Bunda membantu memberikan sapu tangan ke Ayah. Sedangkan Aidan membantu Ara duduk di kursi. "Kamu hari ini sekolah sayang?" Tanya Ayah kepada Ara yang langsung diangguki dengan semangat-"Iya yah Ara gamau ngotorin daftar absensi Ara."--"Ga!Istirahat!"--Aidan menginstruksi dengan tegas yang membuat Ara tersentak kaget. Sedangkan Ayah si kembar ikut manggut-manggut setuju. "T-tapi kan bang Ar--"--Dengan air muka yang tidak enak dilihat Aidan memotong perkataan Ara. "Ga ada tapi-tapian!" Ara yang sudah akan menangis itu menatap Bunda nya yang ia rasa satu-satunya harapan agar diberi izin. "Ekhem,, Bunda rasa gapapa kalau Ara nya sendiri janji gabakal banyak gerak waktu disekolah." Ara berbinar menatap Bunda yang bagai dewi penyelamat nya.
"Tapi bun, gaada kemungkinan Ara gabakal disenggol sama anak disekolah kan?" Ferrel membuka suara yang dilanjuti oleh Farrel--"Iya bun, lagian gapapa kali ra izin sakit buat beberapa hari doang menjelang kaki kamu baikan." Aidan dan Ayah ikut mengangguk setuju. Sedangkan Ara yang sudah mengetahui ini akan terjadi langsung melakukan aksi nya.
Dengan persiapan mengusap air mata buaya nya ia sedikit mengeluarkan suara isakan. Ayah, Aidan dan si kembar yang tak tega pun menghela nafas. "Yaudah iya kamu boleh sekolah--" Yang tadinya terisak Ara langsung berteriak sambil mengangkat kedua tangan nya keatas. "Tapi inget kamu ngga boleh keluar kelas waktu jam istirahat, biar abang kamu yang nyamperin." Ara hanya manggut-manggut mengerti sedangkan Bunda hanya terkekeh melihat mereka semua yang sudah tertipu dengan Ara.
***
Hewwo!
Jangan lupa vote!
C u!
KAMU SEDANG MEMBACA
RARA
Teen Fiction••• Mempunyai tiga abang yang sangat menyayangi nya membuat Rara sangat bahagia. Ia kira semua laki-laki akan menyayangi nya seperti mereka bertiga. Namun ternyata hipotesis nya selama ini salah. ••• "Gue udah muak sama percintaan." Ujar Ara dengan...