.06

7 3 0
                                    


"Truth or Dare?" Tanya Raisa dengan senyum licik nya. Sudah hampir seminggu sejak kejadian jatuh di tangga kemarin. Kini kaki Ara sudah semakin pulih ya walaupun tetap dipaksa menggunakan tongkat. Kini mereka sedang bermain ToD di kelas. Kini Ara yang mendapat giliran. Dengan enteng Ara menyebut kata Dare. Karena Raisa dan Amelia tahu Ara menyimpan rasa dengan salah satu kakel, mereka meminta Ara untuk mem-follow instagram kakel tersebut dan mengirim dm dengan kata-kata 'Follback'. Ara pun menjadi salah tingkah sendiri.

"Ih degdegan!Gimana kalo dia ngga bales!?" Lirih Ara yang membuat kedua sahabat nya gemas sendiri. "Coba dulu kali ra, pesimis amat hidup lo." Raisa mencibir melihat sahabat nya yang satu ini. "Gue yakin bakal dibales sama dia." Dan benar saja perkataan Ara, dm itu tidak dibalas tetapi sang empu mem-follback instagram Ara. Sedikit kecewa tetapi Ara tetap senang, terlihat dari senyuman lebar nya yang ia tutupi dengan ponsel di tangannya.

"Giliran gue, truth deh." Lagi lagi Raisa mencibir, "Halah cupu lo milih truth!" Yang di sindir hanya mengangkat bahu acuh tak acuh. "Yaudah ceritain hal paling memalukan yang pernah lo lakuin." Ara menyahut yang membuat Amelia berpikir sejenak. "Oh gue inget!Ini malu banget sih anying sampe gue pengen ngubur diri sendiri. Waktu itu ada acara dirumah tante gue yang di malang, jadi gue sama bonyok nginep disana. Kalau ngga salah sih 6 tahun yang lalu. Terus pas gue tidur gue mimpi tu, mimpi buang air di kamar mandi. Eh pas gue lagi buang air, gue denger suara nyokap teriak gini 'AMEL KAMU NGAPAIN PIPIS DIDEPAN KULKAS' gue yang kaget kebangun dong rupanya posisi gue udah didepan kulkas sambil jongkok. Untung nya gue ngga buka celana anying mana ada om, tante, sama abang sepupu gue lagi. Gue yang panik langsung lari ke kamar." Mereka berdua yang mendengar tak bisa menahan tawa dari mulai Amelia menirukan Mama nya yang berteriak. "BANGSAT!BANGSAT!BISA-BISA NYA LO PIPIS DI DEPAN KULKAS!" Tawa Raisa pecah sambil memukul-mukul meja.

Sedangkan Ara hanya tertawa seadanya. Setelah itu mereka lanjut bermain sampai lagi-lagi giliran Ara. Ara memilih Dare untuk kedua kalinya. Kali ini ia diminta untuk meminta nomor telefon kakel tersebut. Awalnya Ara ragu tetapi mau tak mau ia harus sportif.

aracantik
hi bang
maaf ganggu sebelumnya, ara dapet dare dari temen buat minta nomor telefon bang sabri
eh t-tapi kalau gamau ngasi juga gapapa kok ehehe

Sambil menunggu balasan mereka lanjut bermain. Tiba-tiba ponsel Ara bergetar dan diluar dugaan, tanpa basa-basi kakel tersebut memberikan nomor telefon nya yang membuat Ara tak percaya. Sanking senang nya, Ara melompat-lompat kegirangan tanpa sadar dengan keadaan kaki nya yang membuat nya meringis dan kembali duduk. Dengan cepat ia pun membalas dm tersebut.

Raihansabri_
+62852908*****

aracantik
wah serius ni?makasi banyak ya bang ehehe.

Kedua sahabat Ara bergidik ngeri ketika melihat Ara senyum-senyum sendiri. Tak lama bel pulang pun berbunyi dan saat mereka sedang berjalan keluar kelas, Aidan dkk datang. "Kenapa ngga nunggu didalam?Kenapa jalan nya lebih pincang?Kamu lompat-lompat?" Mereka yang menyaksikan itu merasa takjub dengan sifat si kulkas berjalan yang berubah 180° ketika didepan adik nya yang satu ini. Beberapa hari yang lalu teman-teman Aidan baru mengetahui kalau Ara adalah adik Aidan dan si kembar. Mereka merasa tertipu sekaligus lega karena ada peluang untuk mendapatkan gadis berparas cantik tersebut.

Ara hanya menunduk karena takut dimarahi oleh Aidan. Aidan hanya menghela nafas dan mengambil alih tangan Ara yang tadinya berada di bahu Raisa. "Bang Ai." Dengan lirih Ara memanggil Aidan dan menatap nya dengan puppy eyes yang membuat Aidan berdeham guna menutupi ekspresi gemas nya. "Maaf, Bang Ai jangan marah sama Ara ya." Lagi-lagi Ara mengeluarkan jurus jitu nya yang membuat Aidan tak tahan untuk mencubit pipi gadis itu.

Ara meringis, walaupun Aidan mencubit nya tidak menggunakan tenaga tetap saja terasa perih karena tangan nya itu sangat besar. "Bwang Ayii Swakitt!" Mereka hanya tertawa melihat Ara yang memang menggemaskan dengan pipi gembul nya. "Jangan lompat lagi." Ara pun hanya mengangguk. Setelah itu mereka pun pulang.

***

Hewwo!
Vote ya!
C u!

RARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang